Sunday, May 05, 2024

Never Afraid If You Leave Me

Photo by KawaiiArt1980

Kenapa ya orang ini benar-benar bisa membuat perasaanku kacau balau. Bisa tiba-tiba seneng, kesel, benci, marah, kecewa. Hanya saja setiap ada kesempatan untuk bisa berbagi cerita dengan dia, entah kenapa aku selalu merasa bisa menjadi diriku seutuhnya dan juga aku merasa tidak ragu untuk berbagi cerita apapun dengannya.

Rasanya aku bisa tenang walau kadang jawabannya bisa sangat tajam, tapi ya aku sadar semua itu karena dia ingin menyampaikan realita yang ada. 

Meski... ya aku tahu dia sudah ada yang memiliki dan perasaan ini rupanya masih mengalir. Aku pernah begitu marah saat mengetahui bahwa dia rupanya sudah ada yang memiliki dambaan hati. Aku kecewa, aku marah, dan aku tidak menerima semua itu. Aku merasa seperti hanya dikasihani, namun setelah aku belajar lagi rupanya aku tidak marah atas kehadirannya. Justru aku marah kepada diriku sendiri karena mengapa aku begitu mudah untuk jatuh cinta.

Kini, aku hanya perlu menikmatinya saja. Tak perlu lagi marah kepada diri sendiri juga sih. Bukankah perasaan yang hadir itu merupakan suatu anugrah dari Allah? Dan aku tidak akan merasakan perasaan itu kalau Allah sendiri yang mengizinkannya bukan? Aku tidak merasa takut lagi kalau memang pada akhirnya kamu hanya singgah dalam kehidupanku.

Kehadiranmu dalam hidupku sudah sangat ku syukuri.

Maaf jika kemarin aku sempat marah

Maaf jika kemarin pun aku sempat merasa kecewa

Itu semua bukan karena kehadiranmu kok

Tapi ternyata ya karena aku udah menyimpan harapan duluan sama kamu

Sehat selalu orang baik :)

Terima kasih karena selalu hadir dan mendengarkan ceritaku. 


Cause there's something in the way you look at me

It's as if my heart knows you're the missing piece

You make me believe that there's nothing in this world I can't be

I never know what you see

But there's something in the way you look at me

(The Way You Look at Me - Christian Bautista)


Love

Ihat


Share:

Tentang Bapak dan Sepeda Onthel

Photo by Wallace Silva

Dear Diri Kecil,

Hi, kamu apa kabar? Ini aku dari masa depan, dari sosok dewasamu. Dari kemarin berseliweran terus ya, tentang bapak yang membonceng anak perempuannya. Bahkan sampai viral video seorang ayah di Jember menjual anak ODGJ jadi PSK, dengan video sedang dibonceng ayahnya menggunakan sepeda onthel. Kamu menangis, ketrigger gara-gara sepeda onthelnya kan? Kamu lagi kangen bapak ya? 

Aku tahu, bapak baik. Cuma bapak dulu emosian aja. Apalagi kalau udah ditekan sana-sini. Dan ya, aku yang selalu jadi sasaran amukannya. 

Aku inget banget, dulu waktu aku kecil aku juga sering dibonceng bapak naik sepeda onthel. Malam-malam, kemudian mamah hanya bisa mendorong dari belakang sepeda sambil berjalan. Rasanya waktu itu aku ingin turun saja, menemani mamah berjalan. Tapi aku belum faham, aku hanya duduk diam di atas jok belakang sepeda dengan perasaan yang memang aku tidak suka karena mamah harus berjalan cepat sembari memegang jok belakang sepeda dan sepeda tetap dikayuh bapak. 

Setiap berangkat sekolah TK, kalau tidak berjalan kaki sendirian ya diantar bapak naik sepeda. Bahkan kalau bapak mau mengecek barang dagangan keripik ke toko-toko atau minimarket terkadang aku selalu ngeyel ingin ikut. Sampai suatu ketika aku naik ke jok belakang sepeda itu terlalu kencang membuat miss-V aku sakit dan aku duduk sembari menahan rasa sakit itu. Apalagi tiap pipis, sakit banget. Aku gak berani bilang ke mamah atau bapak pada saat itu, karena aku takut dimarahi.

Atau aku harus melihat sendiri bapak yang tiap kali mau berangkat untuk mengecek barang dagangan ke toko atau ke minimarket dengan dus besar diletakkan di jok belakang sepeda kemudian diikat dengan karet panjang berwarna hitam agar tidak jatuh.

Sepeda itu pula yang dulu kadang membuat aku gengsi. Di saat teman-temanku yang lain sudah diantar menggunakan motor.

Tapi sungguh, aku bersyukur aras moment itu. Hanya aku yang merasakan moment itu paling lama dibandingkan adik-adikku yang lain. 

Setiap kali aku dibonceng bapak naik sepeda onthelnya itu, bapak selalu bilang,

"Nyepengan sing kuat." (Pegangan yang kuat).

"Kahade, sampeanna bisi lebet kana ruji." (Hati-hati, kakinya takut masuk jari-jari ban).

Atau kalau misalkan menemukan lubang di jalan, kemudian tanpa sengaja bapak melewatinya lalu aku menjerit, 

"Aw.."

"Nyeri henteu?" (Sakit enggak?)

Aku selalu bersyukur atas moment itu.  Di tengah kesulitan ekonomi, di tengah kendaraan motor yang pada saat itu masih menjadi barang mewah dan bisa dijadikan ajang pamer, Allah melalui bapak mengajarkan aku tentang arti kesederhanaan dan "kemewahan" versi-Nya. 

Dan kini, acap kali melihat bapak-bapak menggunakan sepeda onthel, rasanya aku jadi ingat bapak. Ingin sekali memeluknya pada saat itu juga dan mengatakan,

Terima kasih telah memberiku kenangan indah, yang berbeda dari yang lain.

Terima kasih karena dulu telah memilih hidup dalam kesederhanaan saar kemewahan mulai datang membanjiri dan orang-orang justru malah memaksakan diri.

I'm so proud of being your daughter. 

Kalau ada kesempatan, aku ingin mengulang kembali dibonceng bapak naik sepeda onthel. Mungkin nanti giliran aku yang bonceng bapak :)


Love,

Ihat


Share:

Sunday, April 14, 2024

Yang Ku Kira Beda, Ternyata Sama Saja!


Photo by Strange Happenings

Sungguh, sulit bagi aku untuk bisa kembali membuka pintu hati. Sengaja semuanya sudah kubentengi tinggi-tinggi agar tak ada yang bisa menembus benteng pertahananku. Aku sudah muak dikasihani kemudian ditemani hingga akhirnya ditinggalkan karena memang dari awal bukan aku orang yang selama ini mereka cari.

Hingga hari yang tak terduga itu tiba. Seseorang datang, mulai mengganggu konsentrasi dan juga fokusku. Gerak-geriknya yang mencurigakan kerap kali menimbulkan pertanyaan. Meski prasangka-prasangka selalu aku tepis tapi kenyataan justru tidak membantah. Itu benar adanya. 

Percakapan-percakapan mulai tercipta sampai akhirnya ada di satu titik di mana dia memborbardir benteng pertahananku dengan kalimat-kalimat yang memilukan dan aku benci kalimat-kalimat itu. Kalimat-kalimat yang terus-menerus merobohkan benteng pertahananku hingga akhirnya benteng itu roboh, hancur. Dan begitu mudahnya aku membiarkannya masuk ke dalam hati dan fikiranku yang kacau balau berantakan. 

Dia mulai merapikannya dengan perlahan. Tanpa paksaan dan juga penghakiman membuatku hanyut akan perlakuan baiknya. Tatapannya, sikap tubuhnya yang tak pernah berpaling ke arah lain. Telinga dan fokusnya tetap ditujukan padaku begitu kisah menyedihkan itu kembali terucap dari bibirku walau terkadang kelu untuk bisa tercuap dan dia selalu membantu untuk melengkapinya. 

Sikapnya yang terkadang manis atau berlebihan selalu membuatku mengerutkan kening. Maksudnya apa ya? Oh atau jangan-jangan akunya aja yang gr duluan

Sampai kebenaran itu terungkap. Dia hanya sekedar ingin membantu tanpa bermaksud membuatku jatuh. Dan aku malah terperosok ke dalam jurang sendirian. 

Aku yang pada awalnya mencoba membuka diri, berharap ini takkan menyakiti justru rasanya semakin membuatku tak percaya lagi pada siapaun nanti yang akan datang. 

Setelah kejadian ini, aku tak ingin membuka diri lagi. Aku tak mau lagi membagikan kisah kelamku pada siapun yang nantinya mencoba untuk menorobos masuk lagi. Karena apa? Pada intinya aku hanya dikasihani saja. Dan aku tak suka dikasihani!

Aku yang belajar kembali membuka pintu hati, rupanya bukan aku yang dicari. 

Miris, kecewa, marah, benci, kesal.

Semua perasaan itu bercampur aduk.  

Tuhan aku benar-benar menyerah kali ini.


Ihat


Share:
My photo
I'm a storyteller who could look back at my life and get a valuable story out of it. I'm trying to figure things out by writing. Welcome to my journey! Please hit me up ihatazmi@gmail.com