Belajar Dari Episode 15 Hometown Cha Cha Cha

Instagram tvn_drama

Bismillahirrahmanirrahiim

Siapa di sini yang sudah marathon drama korea Hometown Cha Cha Cha? Terlepas dari skandal yang sedang menimpa Kim Soen Ho (semoga segera selesai dan menemui titik terangnya ya, aamiin) drakor ini menurutku bagus dan sangat disayangkan jika dilewatkan begitu saja. Dari setiap episode selalu ada hal yang bisa dijadikan pelajaran. Aku sendiri baru nonton sampai episode 15 dan masih stuck di episode ini. Episode yang mengundang banjir air mata. Karena di episode ini terkuak sudah masa lalu Hong Du Sik yang selama ini disimpannya rapat-rapat.


Instagram tvn_drama

Masa lalunya ini terbongkar saat Kim Do Ha, asisten sutradara Ji Seong Hyun yang bertanya kepada Hong Du Sik tentang pekerjaannya dulu dan apakah mengenal ayahnya atau tidak. Pukulanpun dilayangkan tepat kepada Hong Du Sik membuat seluruh warga Gonjing kaget melihatnya. Dari sanalah Hong Du Sik mulai menceritakan masa lalunya itu kepada kekasihnya, Yoo Hye Jin. Kisahnya itu dimulai saat ia kuliah di Seoul dulu bertemu dengan Sunbae yang baik bernama Park Jung Woo yang sudah dianggapnya seperti kakak sendiri. Kemudian bekerja bersama di sebuah perusahaan hingga sebuah insiden tabrakan mobil yang merenggut nyawa Park Jung Woo. Istrinya saat itu malah menyalahkan Hong Du Sik atas kematian suaminya dan istrinya sampai bilang bahwa yang seharusnya mati adalah Hong Du Sik bukan suaminya. Di sini Hong Du Sik sangat merasa bersalah. Selain itu, Hong Du Sik juga dituding sebagai penyebab kelumpuhan yang menimpa ayahnya Kim Do Ha. Padahal kalau ditonton sampai akhir menurutku bukan kesalahan Hong Du Sik sih cuma orang-orangnya aja yang tidak siap menerima musibah sehingga menyalahkan orang lain, dalam drama ini mereka menyalahkan Hong Du Sik atas segala insiden yang terjadi.

Musibah Dalam Islam

Dalam Islam musibah yang terjadi kepada kita tidak lain dan tidak bukan karena disebabkan oleh diri kita sendiri, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S As-Syura ayat 30:

“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).”

Selain itu Allah juga berfirman di surat lain, Q.S An-Nisa ayat 79:

“Kebajikan apa pun yang kamu peroleh, adalah dari sisi Allah, dan keburukan apa pun yang menimpamu itu dari (kesalahan) dirimu sendiri…”

Lantas bagaimana sikap kita sebagai seorang muslim jika mendapatkan musibah? Tentunya berdasarkan kedua ayat tersebut kita tidak bisa menyalahkan orang lain atas musibah yang menimpa diri kita sendiri artinya kita harus introspeksi diri. Selain itu sebagai seorang muslim kita harus yakin bahwa segala sesuatu itu berasal dari Allah dan akan kembali lagi kepada Allah, maka ketika mendapatkan musibah yang pertama kali diucapkan adalah kalimat Istirja, yaitu Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un.

“(yaitu) orang yang apabila ditimpa musibah mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS.Al-Baqarah 156-157).

Pengalaman Pribadi

Sebenarnya sih misal kalau ada diposisi Kepala Hong tentu aku juga pasti merasa bersalah. Aku sendiri pernah mengalami hal seperti itu tiga tahun yang lalu saat anak asuh aku mengalami kecelakaan lalu lintas dan meninggal ditempat. Sempat merasa bersalah karena mengapa mengizinkan dia buat pulang meski saat kejadian Bapaknya tiba-tiba datang buat jemput dan tidak ada konfirmasi sebelumnya. Saat aku ta’ziyah waktu itu aku nangis dipelukan Ibunya sambil bilang mungkin musibah ini terjadi karena aku yang mengizinkan. Si Ibu dengan besar hati malah menenangkan aku bahwa dalam hal ini tidak ada yang perlu disalahkan semuanya sudah ketentuan Allah dan mungkin sudah jalannya bagi anaknya untuk kembali kepada Allah. Aku terdiam mendengarkan ucapan Ibunya itu. Begitu tegar hati si ibu menerima dan melepaskan anaknya untuk pergi selama-lamanya.

Tak hanya sampai disitu, hari-hari selanjutnya aku sering mengeluh dan berandai-andai jika saja hari itu Bapaknya tidak datang untuk menjemput dan aku tidak memberikan izin pulang mungkin musibah itu tidak akan terjadi. Bapak aku yang mendengarnya langsung marah dan mengingatkan aku bahwa segala sesuatu sudah ditetapkan oleh Allah di Lauhul Mahfudz dan urusan nyawa seseorang tidak ada yang bisa mencegahnya.

“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfudz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh yang demikian itu mudah bagi Allah.” ( Q.S Al-Hadid 22)

“Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya…”(Q.S Ali Imran: 144)

Dari tulisan ini aku mengambil beberapa poin untuk dijadikan pelajaran:

  1. Mengucapkan kalimat Istirja begitu kita mendapati musibah
  2. Saat mendapatkan musibah jangan sibuk menyalahkan orang lain tapi lihat ke diri sendiri, introspeksi. Karena menyalahkan orang lain tidak akan bisa mengembalikan apa yang telah terjadi/hilang.
  3. Yakin bahwa segala sesuatu sudah diatur dan ditulis oleh Allah di Lauhul Mahfudz.
  4. Tidak bereaksi berlebih saat mendapatkan kesenangan/kesulitan. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al-Hadid ayat 23:
    “Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.”
  5. Terakhir, yakinkan diri sesuai firman Allah bahwa setiap kesulitan pasti ada kemudahan (Q.S Al-Insyirah 5-6).

Always keep spirited,

0 Comments