Begini Ya Rasanya Jadi Anak Kost

Foto oleh Jose Barrios dari Pexels


Bismillahirrahmanirrahiim

Actually this is so surprising for me karena bener-bener dadakan dan diluar rencana. Yang pada awalnya enam tahun sembilan bulan tinggal di asrama dan sekarang harus tinggal di kostan, sendirian lagi. Ya namanya juga tinggal di asrama dalam satu ruangan tentunya gak sendirian dong, ada banyak temen-temen lain yang sama tinggal dalam satu ruangan. Terbiasa berisik, makan bareng-bareng, kemudian pasti sering ngobrol dan sekarang harus berubah seratus delapan puluh derajat dengan kondisi kostan yang sendirian, sepi, dan apa-apa harus sendiri. Di awal-awal aku sering nangis dan pasti nelfon orang rumah atau teman-teman di asrama.

Specifically, the differences are:

1. Yang biasanya pulang piket ke asrama akan disambut dengan panggilan anak-anak atau ruangan yang ramai kali ini setiap pulang dari sekolah pas sampai kostsan suasananya hening. Paling-paling merebahkan diri di kasur sambil melihat langit-langit kamar yang masih bersih.

2. Dulu pas masih di asrama untuk urusan makan gak perlu repot mikir mau makan apa dan beli di mana karena sudah disediakan oleh dapur tiga kali sehari: pagi, siang dan malam. Tinggal ngambil aja ke dinning room. Sekarang? Hmm.. masak sendiri repot karena gak suka habis. Belanja sayurannya juga gak bisa dalam porsi sedikit. Beli ya gitu-gitu aja. Kalau mau paling pesan makanannya lewat aplikasi.

3. Kalau makan biasanya ada temen atau enggak kalaupun makannya sendiri masih ada yang bisa di ajak ngobrol. Sekarang setelah nge kost? Bener-bener hening. Cuma makan sendiri gak ada temen ngobrol, gak ada temen makan. Makannya kadang sekarang kalau lagi makan suka sambil main handphone atau enggak sambil dengerin radio. Karena sepi banget juga gak enak. Gimana gitu.

4. Kalau ada apa-apa ya mau gak mau harus dihadepi sendiri karena gak ada orang yang bisa diandalkan. Misal ketika ada kecoa. Ya mau gak mau harus menghadapinya sendiri. Ya kali nelfon mereka suruh dateng dari Tasik ke Bandung. Kan kelamaan😅.

5.  Kalau mau pergi kemana-mana pastikan isi kostan udah aman seperti lampu-lampu dalam keadaan mati, terminal listrik dicabut kalau gak dipakai. Jangan lupa dikunci. Kalau pas di asrama kalau mau pergi ya pergi karena di ruangan kan ada temen yang nungguin. 

6. Di sisi lain enaknya sih ya untuk belajar, untuk menulis suasananya hening jadi lebih fokus. Toilet cuma buat sendiri jadi gak perlu antri. Kalau di asrama kan ya pasti ba’daki ba’daki sebelum mandi. (Yang pernah mondok pasti faham maksudnya).

Terlepas apapun kondisi aku saat ini, I say thanks to Allah because He has permitted me to live alone in the kost with the new situation. And this situation teaches me everything include how to survive. Karena ini bener-bener keluar dari zona nyamannya aku. Yang biasanya selalu ada di sekitar aku, yang jaraknya dekat kayak mau ngambil uang ke ATM tinggal jalan ke depan gerbang langsung ada, mau beli bubur di pagi hari atau di malam hari tinggal jalan aja deket dan selalu ada. Mau beli air kelapa misalnya tinggal jalan kaki aja udah sampe. Sekarang? Mau ke ATM (yang sama ATMnya) need more effort. Jalan agak jauh atau enggak naik ojeg. Mau beli bubur ada sih tapi pagi aja kalau mau malam ya agak jauh juga tempatnya.

Tapi gak apa-apa. Alhamdulillah sekarang ya sudah mulai terbiasa dengan suasana baru ini. Enggak ada lagi males-malesan after shubuh karena kalau males-malesan dipastikan telat untuk sampai ke sekolah. Senin-Jum’at bener-bener full dan I must learn how to manage time well. Karena serba sendiri sebenarnya gak enak *kode keras 😂. Keuangan untuk urusan bayar sewa kost, makan, minum, keperluan pribadi mau tidak mau harus benar-benar diperhitungkan. Karena kan sebelumnya gak pernah tuh bayar sewa pas lagi di asrama, makan, minum free!  But once more, namanya juga hidup apapun itu yang terjadi hadapi dan jalani.


Love,

Ihat


Share:

This Is Because His Plan!

 

Photo by Hanny Naibaho on Unsplash

Bismillahirrahmanirrahiim...

Akhir-akhir kemarin aku jarang post ya, mohon maaf karena memang minggu-minggu kemarin sibuk mengurusi perpindahan. Perpindahan apa? Tentunya pindahan kerja. Jadi dari awal bulan Maret kemarin aku sudah dinyatakan resign dari tempat kerja aku sebelumnya, asrama tercinta yang memang almost 6.5 years I spent my time to dedicate there. Lama banget ya? Aku aja yang ngejalaninnya ngerasa kayak baru aja kemarin melangkahkan kaki masuk ke Pesantren ini, starting when I was 18 years old. When I didn’t know everything to know everything. Time flies so fast.

Honestly, I have a plan for resigning here because I want to fight my dream. In my plan, I will leave this boarding at the end of this semester. Maybe around on June. So when I got the information about job vacancy and it was suitable for me, I tried it. My application was accepted twice in different place but there was one thing that didn't support thus I didn’t continue it. And then on November 2021, I got the new information from my friend who lives in Bandung and I tried it again. I didn’t expect more and thought if this place will make myself be better and close to Allah, I believe that Allah will place me there. But if this place just will make me far from Allah, I believe that Allah will never give me that.

I forgot about my application who was send. Up till December came, I received the message from the employer that my application was accepted! After that, I followed to interview and  the result was accepted. Then, I was tested for teaching (micro teaching) in front of the supervisor and also the students. Again and again, I didn’t expect more but the result… I was accepted! Lastly, psychological test (psikotes). And yaa I passed it! Ya Allah.. Astaghfirullah, innalillahi wa alhamdulillah when I received this message and then I sujud syukur. I cried because this was not on my plan. My friends were happy to hear it but they were also sad because I would leave this place sooner.

Once more, semuanya benar-benar jauh dari rencana dan melesat cepat. Bandung is a one of my dreams which comes to me when I’m turning 24 years old.  

To all my beloved friends,

Unni. Thanks to always listen my unek-unek 😅atau dengerin Taecyeon/ Lee Min Ho ganteng yang aku udah bilang beribu kali tanpa bosan. Yang suka dirurusuh buat cepetan mandi because you’re so hard to take a bath but the soonest kalau mandi. Yang emang bukan bener-bener bestie pas aku lagi tenggelam di kolam renang 😥. Well, thanks for your letter. I cried when I read it. Huhuuuu😭. Thanks for supporting me! Your letter will be pasted in my diary. Ehehhhh.

Ummi Iwin and Ustadz Opik thanks for always giving advice for me. Entah itu soal pekerjaan, jodoh  😁 or sometimes always made me jealous karena suka minta tolong fotoin berdua wkwkw. Makasih karena suka ngajak jalan-jalan. Pangandaran, Pameungpeuk, walau kadang akunya susah diajak main hehehehhhh.

Teh Tia. Temen sekasur dulu pas masih single. Temen ngobrol soal novel, drakor jaman dulu yang belum aku tonton, soal hafalan Al-Qur’an, ngaji, sekolah. Ah pokoknya apapun itu pasti suka diobrolkan hihiiii.

Wa Ichan. Mohon maaf yang suka dipinjem hpnya buat main games, yang suka ngajak jajan kalau piket bareng, atau enggak aku yang suka ngabisin makanan Wa Ichan heheehhhh. Yang suka nitip nasi telor Teh Tati 😂.

Tuti. Yang dari awal pendiam banget, terus sakit dianterin. Orang yang pertama kali suka dibangunin kalau tengah malem bangun. Kalau apa-apa aku suka minta dianter😅 atau kalau piket malem kalau aku lagi susah tidur dan dia lagi tidur suka diganggu biar dia gak tidur karena saking takutnya 😂mohon maaf ya.

Keke. Partner aku yang tegas ke adonya. Temen nyanyi di ruangan. Yang suka tidur paling akhir. Yang suka riweuh kalau ada panggilan dari luar negeri 😆yang sama-sama kalau ada kecoa ributnya ampun 😂 I will miss it when we were finding a cockroach. Pernah sampai rebutan naik kasur gegara si kecoa yang jalan-jalan ke sana- ke mari dan ngebangunin orang yang lagi tidur😆.

Arum. Yang suka cerita soal ke insecure-an bikin aku jadi ngerasa ada temen bahwa aku gak sendirian kok yang mikirin hal itu. Yang suka ngejajanin, yang pernah dibikin kesel karena insiden naik sepeda malem pas di Pangandaran. That’s unforgettable moment! Always make me laugh when I’m remembering it.

Dina. Yang sama-sama takut kecoa. Yang sama-sama penakut. Yang tengah malem pernah tiba-tiba duduk kayak hantu, atau tengah malem tiba-tiba teriak bikin aku bangun dan marah-marah 😅 yang pernah aku marahin di Pangandaram pas lagi snorkelling. I’m so sorry for that.😂

Tita. Yang apa-apa serius apalagi kalau udah nonton susah dipanggilnya. Yang sama-sama ingin punya dream catcher gegara nonton The Heirs. Yang kalau udah ngomong bahasa Sunda pasti bahasanya terdengar asing di telinga.

Silfi. Iprit! Wkwwk. Yang kalau  ngomong ada aja hal yang bikin kita ketawa. Yang suka Doraemon. Yang apa-apa kalau get problems larinya minta nikah.  Please yaa nikah bukan solusi atas masalah-masalah kita saat ini. 😅Yang suka naik gunung bahkan dia melabeli dirinya dengan sebutan anak gunung.

Teh Yunisa. Yang anaknya suka aku ambil tanpa bilang dulu ke emaknya. Abis itu aku biarin dan malah yang lain yang ngasuhnya 😂.

Teh Yuni. Kalau piket pasti bawa makanan. Yang jadi tumbal buat ngisi kelas 12 kalau lagi jamkos. Yang sama-sama pernah harap-harap cemas kalau hari Ahad tiba😂 .

Kiki. Yang baru masuk. Yang apa-apa diem gak banyak omel ini-itu. Paling nanya diam-diam 😂, yang rajin tahajud. Semoga Mamah cepet sehat ya.

Pak Iiq. Yang apa-apa pasti minta tolong heheee. Di mulai dari zaman jaga lab karena gak punya laptop jadi ya lumayan sambil nunggu sambil ikut search, ngerjain tugas. Ikutan ngeprint karena deadline. Yang suka ikut diririweuh karena anak-anak. Thanks a bunch Pak Iiq!   

Ustadz Heru. Terakhir kemaren yang ngeh dan nyadar kalau aku itu tenggelam. Thanks for saving me! Huhuuu. Yang suka julid kadang.

Teh Miftah. Yang bermutasi dari Murobbiyah menjadi Ustadzah terima kasih atas segala ilmu dan nasihatnya yang pernah diberikan. Yang sering ngasih traktiran jajanan hehee.

Ustdzah Eulis, Ustadz Budi terima kasih sudah mau membimbing, mengarahkan dan mengingatkan. Anak-anak asuh aku, Indirect terkhusus ruang 16, 17, 18, 19 & 1 terima kasih atas segala kenangannya. Suratnya yang bikin aku meleleh dan nangis.

Dan untuk seluruh warga Pesantren yang tak bisa aku sebutkan satu persatu. Jazakallohu khoiran katsiira. Terima kasih atas segala kebaikan-kebaikan dan juga kesempatan yang telah diberikan. And I never regret that I’ve ever met all of you in my life. I'm so grateful for our moments together!

Untuk segela rencana yang hanya bisa kita rencanakan. Maka sepenuhnya mari kita serahkan rencana kita pada Yang Maha Pemilik rencana terbesar se alam semesta, Allah SWT.  


Love,

Ihat

Share:

Aku Takut Kecoa, Kamu ?

 

www.canva.com

Bismillahirrahmanirrahiim

Takut Kecoa? Ada yang sama?

Literally tadinya aku gak akan nulis ini. Cuma pas mau nulis kebelet pengen buang air kecil dan pas mau masuk ke kamar mandi, Astaghfirullah! Itu kecoa entah datang dari mana lagi mondar-mandir di belakang kloset bikin aku bergidik dan bingung harus diapain biar mati. Semprotan buat pembunuh serangga belum beli, padahal tadi pagi pas ditelfon Mamah bilang suruh beli. Biar pas dateng tuh si kecoa langsung semprot dan nanti juga mati sendiri jadi bisa langsung dibuang kecoanya. Because she knows that I'm so scared with cockroach.

Bingung harus diapain, teriak minta tolong tetangga ya kali mereka dari kemaren pintunya nutup terus dan keluar cuma kalau mau masak doang di dapur umum ( I wanna cry with this situation. I know it’s the first time for me so I’m not used with this 😭). Kebiasaan 6 tahun lebih di asrama kalau ada kecoa ya auto teriak, lari pontang-panting dari ujung ruangan ke ujung ruangan dan nanti giliran Unni sama Tuti yang beraksi. (Selain aku ada Keke sama Dina yang sama-sama takut kecoa jadi suka teriak berjama'ah dan berebut tempat yang aman. Kan jadi kangen kan karena takutnya bareng-bareng gak sendirian😭😆). Atau kalau lagi di rumah, pasti bakal teriak-teriak manggil, “Mamaahh… Mamaahhh…” “Bapakk… Bapakk…” habis itu Bapak akan bawa sapu buat mukul si kecoa atau Mamah dengan membawa semprotan pembunuh serangga.

And now? Mau gak mau aku harus beraksi sendiri. Bermodalkan cairan pembersih wc yang aku arahkan ke si kecoa malah bikin si kecoa lari terbirit-birit muterin isi kamar mandi😢. Udah puyeng kayaknya eh malah mau naik keluar dari kamar mandi. Panik lah! I immediately brought a broom dan aku pukul langsung si kecoanya eh si kecoanya malah mau terbang malah bikin aku ngejerit! Untungnya gak kenceng amet karena aku tahu nanti malah menimbulkan kepanikan bagi yang lain. Masa gegara kecoa heboh. Kan nanti gitu 😔. Ok. Masih dengan pegang sapu, si kecoa bener-bener keluar dari toilet dan lari ke pojokan deket botol gas kecil. Memaksakan diri untuk berani padahal sebenarnya takut setengah mati, aku mencoba buat neken si botol ke dinding dan alhasil si kecoa malah keluar mau lari ke arah aku tapi malah balik lagi ke belakang si botol. Duh udah pengen nangis! Mana di luar hujan lagi, petirnya nyamber gede! Aku tarik nafas coba buat sekali lagi meski dengan perasaan takut  sampai akhirnya aku mengulanginya hingga 3x. Dan di ketiga kalinya ini lah akhirnya si kecoa udah mulai gak berdaya dengan keadaan terbalik. Yes! Buru-buru aku seret pakai sapu meski dengan was-was dan pas aku buang ke luar ruangan nihil! Itu se kecoa entah lari ke mana. Lho bukannya tadi udah kebalik ya?

Aku cek lagi dan dia lari lagi ke pojokan itu! Arghh!!! Aku kembali lagi melakukan hal yang sama, memukul itu si kecoa hingga terbalik lalu aku seret hati-hati meski dengan hati yang super duper ketakutan dan taraaaaa dia akhirnya mati di teras kosan ku.

Kalau ditanya kenapa takut sama kecoa, ya takut. Asli TAKUT! Apalagi pas terbangnya iihhhh pokoknya. Aku yang biasanya selalu mengandalkan teman-teman, Mamah, Bapak, kini mau gak mau harus menghadapi rasa ketakutan itu sendirian. Gak enak sih. Tapi ya kali mau dibiarin aja itu kecoa berkeliaran di kamar mandi dan harus nahan pipis? Gak juga kan?

Punya pengalaman yang sama soal kecoa? Share with me here!

“Keadaan benar-benar membuatku harus menghadapi dan melawan rasa takut sendirian.”


Cheers,

Ihat

Share:

Adalah Kamu

 

Photo by Toa Heftiba on Unsplash

Ada hal yang tak seharusnya aku mulai. Karena aku tak pernah tahu arus ini akan membawa aku ke mana. Meski diawal aku sudah menyadarinya bahwa ini akan berakhir bencana tapi perasaan yang datang terus saja menggedor pintu hatiku, minta aku membukanya, mengakuinya. Dan aku tak sanggup untuk menahan gedoran itu hingga aku mempersilahkan mereka masuk dan menempatkannya di sudut ruang hatiku yang masih tersisa.

Adalah kamu. Yang aku sendiri tak pernah menyangka akan terlibat urusan asmara. Kamu yang selama ini hanya aku anggap sebagai teman biasa lambat laun semua berubah termasuk sesuatu dalam hati kini selalu ingin ikut berbicara. Gayaku yang kaku begitu berjumpa denganmu, berbicara dengan nada datar dan selalu menghindar dari berbagai topik pembicaraan, komunikasi seperlunya adalah cara aku menyelamatkan diriku dari hal-hal yang nantinya hanya akan membuatku sakit berkepanjangan. Mungkin kamu akan mengira itu adalah caraku untuk memberikan radar padamu. Bukan. Bukan itu. Aku tak butuh perhatian darimu. Aku tak butuh kamu tahu atau tidak soal perasaaanku. Karena buat apa? Buat apa jika kamu hanya sekedar ingin tahu dan kamu akan tetap pergi bersamanya?

Tak ada yang salah dengan perasaan yang datang. Meski perasaan itu tak berpihak, patah sebelum dimulai, bertepuk sebelah tangan. Aku yakin akan ada suatu nasihat yang bisa aku ambil. Akan ada suatu  pengalaman baru untuk aku agar terus belajar menghindari kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi sebelumnya. Cinta tak pernah salah datang. Hanya waktu yang salah dan kamu adalah bukan orang yang tepat. Aku akan salah jika aku tetap mencoba mendekatimu, mengambil semua peluang yang ada, dan berusaha mematahkan kisahmu bersamanya. Tapi aku tak seegois itu. Aku tak sejahat itu.

Aku tak perlu melakukan hal bodoh untuk perkara cinta. Yang aku yakini adalah jika kamu orangnya maka kamu akan melepaskan pelukan yang lain dan berpaling padaku. Bukan begitu? Jika kamu masih berada dalam pelukannya dan enggan melepaskannya lantas mengapa aku harus melepaskanmu secara paksa dari pelukannya?

Sekalipun kenangan manis pernah tercipta, itu tak ada artinya di hidupmu bukan? Aku hanyalah cameo dalam hidupmu hingga akhirnya kamu akan cepat lupa terhadapku. Kamu akan lupa terhadap hari-hari yang pernah dilalui bersama.

Tolong jangan salahkan aku atas perasaan ini. Aku pun tak mengerti dan tak tahu dari manakah asal mulanya perasaaan ini hadir. Menyeruak dalam hati lantas meminta tempat untuk disinggahi. Meski kisahnya tak pernah benar-benar hidup dalam kenyataan, setidaknya pernah hidup di sudut hati yang lain meski harus ku padamkan juga pada akhirnya.

Menyakitkan bukan? Kembali mencintai orang yang salah. Mencintai orang yang jelas-jelas dari awal tak bisa kita miliki. Tapi aku bisa apa? Bukankah kita tak bisa memilih esok lusa akan jatuh pada hati siapa? Bertemu dengan siapa? Sekalipun dengan doa, bukankah ada taqdir yang sudah ditetapkan yang tak  bisa dirubah ketetapannya dan memaksa kita mau tidak mau untuk melaluinya?

Pada cinta yang hadir dan kamu yang singgah. Terima kasih atas hangatnya pertemuan, kisah-kisah yang menyenangkan dan juga mendebarkan. Aku sangat berterima kasih dan bersyukur. Karena tak ada alasan untuk aku membencimu meski dirimu tak bisa ku miliki seutuhnya. Kelak jika kau mengetahui kebenarannya, kuharap kau tak membenciku.


Love,

Ihat

Share: