Ketika Aku Merasa Minder

Photo by Nate Neelson on Unsplash


Bismillahirrahmanirrahiim

Di awal-awal kepindahan aku ke Bandung, setiap pulang dari tempat kerja pasti kerjaanku kalau gak bengong sendiri di kostan ya nangis. Kemudian nelfon temen di asrama, orang rumah biar gak ngerasa sepi atau aku akan mengetik panjang kali lebar ditambah voice note yang durasinya cukup untuk dibikin podcast ke temen aku sambil agak sesegukan. Ternyata pindah kerja itu gak mudah ya. Berat! SANGAT BERAT! Aku harus adaptasi segalanya. Di mulai dari jam kerja yang kini lebih terjadwal dan ketat, soal makan yang harus beli sendiri/masak sendiri, pindah ke kostan yang benar-benar mendidik aku untuk hidup lebih mandiri lagi (It's very different when I stayed at dormitory. You can ask for helping to your friends), lingkungan kerja yang baru tentunya dengan tugas baru bagi aku, dan teman-teman baru tentunya. Kalau urusan kesulitan ini aku enggan bercerita ke orang tua (walau pada akhirnya aku pun menceritakan kesulitan-kesulitan aku selama di sini meski hanya garis besarnya saja karena sungguh aku tidak sampai hati mengatakannya) maka ya tentu seluruh hal yang aku rasakan saat itu aku ceritakan hanya pada teman dekatku saja. Dari seluruh kesulitan-kesulitan itu yang paling terasa mencekikku dan membuat aku sempat kehilangan percaya diri adalah teman-teman baru aku: yang rata-rata lulusan PTN ternama, sedang/sudah sekolah tingkat Master, berasal dari keluarga menengah ke atas, sudah pernah ke luar negeri. Sedangkan aku? Maka saat fikiran itu datang yang ada adalah aku terus membuat diriku terpuruk dan makin terpuruk oleh fikiran buruk aku sendiri. Padahal pada saat training semuanya baik-baik saja bahkan kami pun berteman baik dengan saling berbagi pengalaman. Jelas akunya saja yang sudah keburu menutup diri, memandang orang lain lebih special. Padahal diri ini pun tak kalah specialnya. Astaghfirullah.

Berkali-kali teman aku itu mencoba mengingatkan aku bahwa Allah tak pernah membuat produk gagal. Kamu special dan di dunia ini hanya ada kamu seorang. Tak ada orang yang benar-benar sama dengan kamu. Kamu terpilih di sana berarti kamu mampu menghadapi karena Allah tidak akan memberikan suatu ujian di luar batas kemampuan hambanya. Bahkan surat yang dikirimkannya selalu aku baca kembali jika rasa minder aku kembali kambuh.

Seketika rasa minder aku mulai lenyap. Tapi keesokan harinya rasa minder itu muncul lagi hingga pada saat training tak jarang aku kehilangan konsentrasi. Bahkan untuk sekedar giving opinion terasa sulit untuk bisa aku lakukan. Aku kembali merendahkan diriku sendiri. Aku kan cuma dari kampung, kuliah  aja sambil kerja, untuk bisa jalan-jalan ke luar kota aja belum mampu, gak ada yang special dari diri aku. Batinku dalam hati dan seluruh fikiran-fikiran positif malah hilang dan lenyap gara-gara perkataan negatif aku pada diriku sendiri. 

Capek? Tentu saja capek. Aku kesulitan untuk tidur. Bahkan kalaupun tertidur aku akan terbangun di tengah malam sekitar pukul 01.00 dini hari atau pukul 01.30. Lalu aku kesulitan untuk memejamkan mata lagi, hingga baru bisa tertidur saat jarum jam menunjukan pukul 03.30. Melelahkan sekali. Sangat melelahkan. Dan hal ini terus terjadi berturut-turut selama satu minggu. 

Setelah satu minggu terlewati, lambat laun aku bisa menerima kondisi lingkungan aku sekarang. Meski aku tak bisa seutuhnya menenangkan diriku jika rasa minder kembali menerpa, tapi setidaknya sudah agak membaik dan aku sudah jarang menghubungi temanku untuk menceritakan hal yang sama karena jawabannya pasti sama. 

Suatu hari aku hanya berniat bertanya suatu hal pada temanku yang lain yang hampir satu bulan ini tidak ada komunikasi. Aku kira komunikasi kita akan terhenti pada inti pertanyaanku tapi nyatanya tidak. Rupanya Allah tengah memberiku jawaban melalui temanku ini. 


(A : Aku, D : temanku)

A : Di sini temen-temen aku rata-rata high class hihiii. Aku awalnya sempet minder

D : Wah? Bagus dong. Berbagi dengan mereka tentang kesederhanaan. Ada masanya orang-orang high class bosan dengan kemewahan. Yang mereka punya dan bakal anggap yang sederhana itu lebih mewah. Jadi kita pede dengan versi kita. Mau gaul sama yang high class ya no problem yang penting kita punya kualitas. Bener enggak? Hihiii

A : Waduh aku gak pernah kefikiran ke sana. Pantesan beberapa dari temen aku sempet kebingungan dengan masa kerja aku sama kuliah yang berbarengan. Aku jawab ya aku kerja sambil kuliah. Ketua yayasannya pun menanyakan hal yang sama sampai kemudian ditulis bahwa aku pernah kerja sambil kuliah. Padahal bagi aku itu tuh hal biasa meski pada kenyatannya dulu sangat sulit dan capek luar biasa wkwkkw.

D : Nah iya kan gitu. Jadi sebenarnya tiap orang punya high class nya tersendiri dengan versi kita masing-masing 😃. Makannya pede aja. Kalau gaul sama siapa aja. Nah itu kan sulit dan capek luar biasanya jadi nilai plus kualitas yang lebih buat kita. 


Aku sempet nangis pas dikasih balasan begitu yang pada akhirnya aku berhasil mengeluarkan diriku dari rasa minder. Kemudian aku teringat pada sebuah penggalan hadits yang berbunyi:

"Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian itu lebih patut agar kamu tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan untukmu." (H.R Bukhari dan Muslim)

Padahal namanya manusia pasti ada sisi kekurangan dan kelebihan. Di dunia ini mana ada yang sempurna. Gak akan ada. Bukan kah manusia diciptakan dengan kondisi yang berbeda-beda agar bisa saling melengkapi satu sama lain? Mengapa aku tidak pernah terfikir hal ini sebelumnya hingga harus menutup akses pertemanan dan memblokir diriku di dalam lingkaran yang aku ini itu "gak ada apa-apanya dibandingkan mereka."

Wahai diri. Aku tahu aku salah. Tak seharusnya aku membandingkan kamu dengan yang lain. Yang sungguh sudah berbeda dari garis startnya juga. Saat ini kamu hanya perlu belajar tekun, terus memperbaiki yang kurang, semampunya, sebisanya, dan berikan yang terbaik. Biar hasil Allah yang tentukan. Karena baik dan buruknya hanya Dia yang tahu dan kewajiban kita hanya berikhtiar, berdoa, kemudian bertawakal.

Meski rasa ingin menyerah selalu saja datang menghampiri, ingat ada hidup kamu sendiri yang harus diperjuangkan, ada orang-orang tersayang kamu yang kini sudah mulai memasuki usia renta, yang waktunya mungkin tak akan lama lagi maka berikan yang terbaik untuk mereka. 

Sungguh hidup ini tak mudah. Meski harus dijungkir balikan, di posisi manapun kesulitan maupun kemudahan akan selalu ada dan berjalan beriringan.

"Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan." (Q.S Al-Insyirah 5-6)

Allah please don't ever leave me alone. I know I'm just a weak servant. All this happened because of Your will. So help me, guide me, and convince me that I can get through all of this. 

Mari perbanyak bersyukur, jangan malah makin insecure. Fighting!

Love, 

Ihat

0 Comments