Just Do It with All of Your Heart

Photo by Stillness InMotion on Unsplash

Bismillahirrahmanirrahiim 

Tulisan ini terinspirasi dari drama Korea Twenty Five Twenty One yang dibintangi oleh Kim Tae-Ri yang berperan sebagai Na Hee-Do dan Nam Joo-Hyuk yang berperan sebagai Baek Yi-Jin. Banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari drama ini. Tetapi ada satu hal yang menurut aku paling menarik, yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu scene saat Na Hee Do ditelfon oleh pelatihnya, Yang Chang-Mi bahwa dia akan dikirim ke pertandingan untuk menjadi anggota timnas. Karena Na Hee-Do ingin menjadi juara satu dan tentunya ingin masuk timnas, dia meminta kepada pelatihnya untuk melatihnya di pagi buta dan akhir pekan. Pelatihnya menyetujuinya dengan latihan sebagai berikut:

1. Setiap pagi, pakai pemberat 5kg di badan , 3kg di kaki, dan 2kg di tangan sehingga berjumlah 10kg lari dari rumah Na Hee-Do ke rumah pelatihnya kemudian membangunkan pelatihnya.
2. Lakukan fente 1000 kali setiap hari. Lakukan 300 saat pagi buta, 300 saat pelatihan pagi, dan 400 kali saat malam. 
3. Daki kaki gunung di belakang sambil membawa 2 jeriken air. Isikan dengan air di mata air di puncak. Kemudian di antar ke rumah pelatih. Batas waktunya 2 jam. 
4. Hafalkan gerakan lagu yang pelatihnya berikan berikan dan tunjukkan kepada pelatihnya.
5. Jangan bertanya apapun soal program pelatihan yang pelatihnya suruh. Karena meskipun diberi tahu oleh pelatihnya, Na Hee-Do tidak akan faham. 

Hingga Na Hee-Do merasa putus asa ketika latihan menari karena tidak bisa-bisa. Namun karena ingat dengan poin ke lima maka dia pun kembali latihan sambil berkata, "Lakukan saja sesuai perintah." 

Sampai pada saat Na Hee-Do ingin memperlihatkan gerakan tariannya kepada pelatihnya, pelatihnya  menolaknya dan berkata, 

"Beri tahu aku yang kau sadari."

"Aku sadar perbedaanku dengan Go Yu-Rim. Alasan permainan anggar Go Yu-Rim elegan bagaikan tarian adalah karena ritmenya, tetapi permainan anggarku seperti orang yang buta ritme."

"Ritmemu tak akan menjadi bagus hanya karena hafal satu latihan. Namun, aku menyuruhmu menghafalkannya agar kamu tahu cara beranggar dengan baik. Berlatihlah untuk terus mengamati, jika sudah begitu permainan anggarmu akan terlihat secara objektif."

Hingga suatu hari Na Hee-Do dikejar orang-orang yang sebelumnya pernah dihajarnya hingga akhirnya dia berlari kencang dan menyadari bahwa larinya jadi cepat sekali karena tanpa menggunakan alat pemberat. Berkat latihan dan kerja kerasnya akhirnya mengantarkan Na Hee-Do menjadi atlet yang berhasil meraih emas pada kejuaraan tingkat internasional. 


Hal ini pun mengingat aku juga pada kisah Nabi Musa yang pada saat itu beliau merasa paling alim, paling berilmu hingga kemudian Allah menegurnya bahwa ada orang yang lebih tingginya dibandingkan Nabi Musa. Kemudian Nabi Musa meminta kepada Allah untuk dipertemukan dengannya. Allah pun mengabulkan permintaan Nabi Musa untuk bertemu dengan Nabi Khidir. Sebagaimana kisahnya diabadikan dalam Al-Qur'an surat Al-Kahf dari ayat 60 sampai 82.

"(65) Lalu mereka berdua bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan rahmat kepadanya dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami. (66) Musa berkata kepadanya, "Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?" (67) Dia menjawab, "Sungguh, engkau tidak akan sanggup sabar bersamaku. (68) Dan bagaimana engkau dapat bersabar atas sesuatu, sedang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" (69) Dia (Musa) berkata, "Insya Allah akan engkau dapati aku orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam urusan apapun." (70) Dia berkata, "Jika engkau mengikutiku, maka janganlah engkau menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku menerangkannya kepadamu." (Q.S Al-Kahf : 65-70)

1. Nabi Khidir melubangi perahu
(71) Maka berjalanlah keduanya, hingga keduanya menaiki perahu lalu dia melubanginya. Dia (Musa) berkata, "Mengapa engkau melubangi perahu itu, apakah untuk menenggelamkan penumpangnya? Sungguh, engkau telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar." (72) Dia berkata, "Bukankah sudah kukatakan, bahwa engkau tidak akan mampu bersabar bersamaku?" (73) Dia (Musa) berkata, "Janganlah engkau menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah engkau membenani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku." 

2. Nabi Khidir membunuh  seorang anak muda
"(74) Maka berjalanlah keduanya, hingga ketika keduanya berjumpa dengan seorang anak muda, maka dia membunuhnya. Dia (Musa) berkata, "Mengapa engkau bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sungguh engkau telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar." (75) Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa engkau tidak akan mampu sabar bersamaku? (76) Dia (Musa) berkata, "Jika aku bertanya kepadamu tentang  sesuatu setelah ini, maka jangan lagi engkau memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya engkau sudah cukup (bersabar) menerima alasan dariku."

3. Nabi Khidir membetulkan rumah yang hampir roboh
"(77) Maka keduanya berjalan, hingga ketika keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka berdua meminta dijamu oleh penduduknya tetapi mereka (penduduk negeri itu) tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dinding rumah yang hampir roboh (di negeri itu), lalu dia menegakkannya. Dia (Musa) berkata, "Jika engkau mau, niscaya engkau dapat meminta imbalan untuk itu." 

Jika dilihat dari ayat-ayat tersebut bisa dikatakan bahwa Nabi Musa memiliki sikap yang tidak sabaran hingga selalu ditegur oleh Nabi Khidir. Hingga kemudian akhirnya mereka pun berpisah. 

"(78) Dia berkata, "Inilah perpisahan antara aku dengan engkau, aku akan memberikan penjelasan kepadamu atas perbuatan yang engkau tidak mampu sabar terhadapnya." (79) Adapun perahu itu adalah milik orang miskin yang bekerja di laut; aku bermaksud merusaknya, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang akan merampas setiap perahu. (80) Dan adapun anak muda (kafir) itu, kedua orang tuanya mukmin, dan kami khawatir kalau dia akan memaksa kedua orang tuanya kepada kesesatan dan kekafiran. (81) Kemudian kami menghendaki, sekiranya Tuhan mereka menggantinya dengan (seorang anak lain) yang lebih baik kesuciannya daripada (anak) itu dan lebih sayang (kepada ibu-bapaknya). (82) Dan adapun dinding rumah itu adalah milik dua anak yatim di kota itu, yang di bawahnya tersimpan harta bagi mereka berdua, dan ayahnya seorang yang saleh. Maka Tuhanmu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu. Apa yang kuperbuat bukan menurut kemamuanku sendiri. Itulah keterangan perbuatan-perbuatan yang engkau tidak sabar terhadapnya."


From the two stories above, I tried to contemplate further. Until I  finally found something I have never realized it before. I have prayed to Allah like,

"Ya Allah please give me the place which can make me come closer to You, can develop my self to be better, taught me to keep grow and learn more."

And Allah answered my prayer with gave me this new situation. Maka tidak sepatutnya aku terus menyalahkan Allah atas apa yang menjadi milikku saat ini. Bisa jadi apa yang terjadi pada saat ini adalah bentuk didikannya Allah langsung kepadaku untuk lebih dekat dengannya, membuat diri aku berkembang, tumbuh dan bisa mengambil ilmu sebanyak-banyaknya. Bukankah itu yang sebelumnya pernah aku pinta pada Allah? Lantas saat Allah beri didikannya, mengapa aku harus marah-marah dan merasa diri ini tidak layak? Bagaimana bisa aku mencapai diri aku yang bisa dekat dengan Allah, berkembang, bertumbuh, dan jadi pembelajar sejati jika diberi ujian/pembelajaran aku selalu marah dan tidak menerimanya? Sudah seharunya aku belajar dari Na Hee Do yang ingin meraih juara 1 dengan melakukan berbagai latihan yang diberikan pelatihnya dengan kerja keras, sungguh-sungguh dan konsisten. Dari Nabi Musa aku belajar bahwa di atas langit masih ada langit, bersabar atas sesuatu hal yang belum diketahui. 

Karena hidup sejatinya begitu. Selalu memberikan kita ujian, cobaan tanpa kita tahu maksud dari semuanya itu untuk apa. Dan kita akan menyadarinya jika kita telah melalui cobaan atau ujian itu. Maka ada benarnya saat menghadapi ujian atau cobaan yang Allah beri, kita sebagai hambanya mau tidak mau harus bersabar, berusaha, tidak putus asa, dan tetap semangat. 

Bukankah tujuan kita setelah hidup di dunia ini kita ingin masuk ke dalam Surganya Allah? Lantas jika diberi ujiannya saja sebagai syarat kita latihan untuk menuju ke sananya tidak kita lakukan secara sungguh-sungguh, malah banyak protesnya, marahnya apa bisa kita mendapatkan Surga? 

"(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). (Q.S Al-Baqarah 156)

"Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata: " Kapankah pertolongan Allah datang?" Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah  itu dekat." (Q.S Al-Baqarah 215)

Ya Allah aku benar-benar meminta petujukmu sebagai leader hidupku saat ini sampai nanti aku mati, jangan biarkan aku berjalan sendiri tanpa bimbingan-Mu. Mulai saat ini aku hanya ingin tetap berusaha, berikhtiar, bersabar dan mengurangi segala bentuk pesimis dalam diri ini. Karena Engkau telah menempatkan sesuatu yang baru bagi aku, maka itu artinya Engkau yakin aku bisa melaluinya dan bisa meraih apa yang selama ini aku pinta. 

Jika Na Hee Do yang menginginkan menjadi juara 1 tapi dia tidak berjuang dan tidak meminta pelatihnya untuk melatihnya apa bisa dia meraih apa yang diinginkannya? Bukankah karena semangatnya dan tetap melakukan apa yang dipinta oleh pelatihnya tanpa banyak protes ia akhirnya bisa meraih mendali emas dan dibanggakan oleh rakyat Korea?

Jika Nabi Musa tidak belajar kepada Nabi Khidir, akankah Nabi Musa menyadari bahwa ada orang lain yang ilmunya lebih tinggi daripada dirinya sendiri? Bukankah dengan bertemu dan belajar kepada Nabi Khidir, Nabi Musa jadi sadar bahwa ternyata ada orang lain yang ilmunya lebih tinggi daripadanya?

Maka pertanyaan yang sama pun aku ajukan pada diriku sendiri, jika aku menyerah, berbalik arah, dan menyia-nyiakan kesempatan yang Allah beri, apakah aku bisa mencapai isi dari doaku? 

Just do it with all of your heart. Give the best because of Allah. Don't give up please. You will find a lot of magics from every process you do, insya allah. If you fall please get up. Fall, get up again. Until finally you get tired because what you did and see how the beautiful things will happen!


Love,
Ihat

Share:

Ketika Aku Merasa Minder

Photo by Nate Neelson on Unsplash


Bismillahirrahmanirrahiim

Di awal-awal kepindahan aku ke Bandung, setiap pulang dari tempat kerja pasti kerjaanku kalau gak bengong sendiri di kostan ya nangis. Kemudian nelfon temen di asrama, orang rumah biar gak ngerasa sepi atau aku akan mengetik panjang kali lebar ditambah voice note yang durasinya cukup untuk dibikin podcast ke temen aku sambil agak sesegukan. Ternyata pindah kerja itu gak mudah ya. Berat! SANGAT BERAT! Aku harus adaptasi segalanya. Di mulai dari jam kerja yang kini lebih terjadwal dan ketat, soal makan yang harus beli sendiri/masak sendiri, pindah ke kostan yang benar-benar mendidik aku untuk hidup lebih mandiri lagi (It's very different when I stayed at dormitory. You can ask for helping to your friends), lingkungan kerja yang baru tentunya dengan tugas baru bagi aku, dan teman-teman baru tentunya. Kalau urusan kesulitan ini aku enggan bercerita ke orang tua (walau pada akhirnya aku pun menceritakan kesulitan-kesulitan aku selama di sini meski hanya garis besarnya saja karena sungguh aku tidak sampai hati mengatakannya) maka ya tentu seluruh hal yang aku rasakan saat itu aku ceritakan hanya pada teman dekatku saja. Dari seluruh kesulitan-kesulitan itu yang paling terasa mencekikku dan membuat aku sempat kehilangan percaya diri adalah teman-teman baru aku: yang rata-rata lulusan PTN ternama, sedang/sudah sekolah tingkat Master, berasal dari keluarga menengah ke atas, sudah pernah ke luar negeri. Sedangkan aku? Maka saat fikiran itu datang yang ada adalah aku terus membuat diriku terpuruk dan makin terpuruk oleh fikiran buruk aku sendiri. Padahal pada saat training semuanya baik-baik saja bahkan kami pun berteman baik dengan saling berbagi pengalaman. Jelas akunya saja yang sudah keburu menutup diri, memandang orang lain lebih special. Padahal diri ini pun tak kalah specialnya. Astaghfirullah.

Berkali-kali teman aku itu mencoba mengingatkan aku bahwa Allah tak pernah membuat produk gagal. Kamu special dan di dunia ini hanya ada kamu seorang. Tak ada orang yang benar-benar sama dengan kamu. Kamu terpilih di sana berarti kamu mampu menghadapi karena Allah tidak akan memberikan suatu ujian di luar batas kemampuan hambanya. Bahkan surat yang dikirimkannya selalu aku baca kembali jika rasa minder aku kembali kambuh.

Seketika rasa minder aku mulai lenyap. Tapi keesokan harinya rasa minder itu muncul lagi hingga pada saat training tak jarang aku kehilangan konsentrasi. Bahkan untuk sekedar giving opinion terasa sulit untuk bisa aku lakukan. Aku kembali merendahkan diriku sendiri. Aku kan cuma dari kampung, kuliah  aja sambil kerja, untuk bisa jalan-jalan ke luar kota aja belum mampu, gak ada yang special dari diri aku. Batinku dalam hati dan seluruh fikiran-fikiran positif malah hilang dan lenyap gara-gara perkataan negatif aku pada diriku sendiri. 

Capek? Tentu saja capek. Aku kesulitan untuk tidur. Bahkan kalaupun tertidur aku akan terbangun di tengah malam sekitar pukul 01.00 dini hari atau pukul 01.30. Lalu aku kesulitan untuk memejamkan mata lagi, hingga baru bisa tertidur saat jarum jam menunjukan pukul 03.30. Melelahkan sekali. Sangat melelahkan. Dan hal ini terus terjadi berturut-turut selama satu minggu. 

Setelah satu minggu terlewati, lambat laun aku bisa menerima kondisi lingkungan aku sekarang. Meski aku tak bisa seutuhnya menenangkan diriku jika rasa minder kembali menerpa, tapi setidaknya sudah agak membaik dan aku sudah jarang menghubungi temanku untuk menceritakan hal yang sama karena jawabannya pasti sama. 

Suatu hari aku hanya berniat bertanya suatu hal pada temanku yang lain yang hampir satu bulan ini tidak ada komunikasi. Aku kira komunikasi kita akan terhenti pada inti pertanyaanku tapi nyatanya tidak. Rupanya Allah tengah memberiku jawaban melalui temanku ini. 


(A : Aku, D : temanku)

A : Di sini temen-temen aku rata-rata high class hihiii. Aku awalnya sempet minder

D : Wah? Bagus dong. Berbagi dengan mereka tentang kesederhanaan. Ada masanya orang-orang high class bosan dengan kemewahan. Yang mereka punya dan bakal anggap yang sederhana itu lebih mewah. Jadi kita pede dengan versi kita. Mau gaul sama yang high class ya no problem yang penting kita punya kualitas. Bener enggak? Hihiii

A : Waduh aku gak pernah kefikiran ke sana. Pantesan beberapa dari temen aku sempet kebingungan dengan masa kerja aku sama kuliah yang berbarengan. Aku jawab ya aku kerja sambil kuliah. Ketua yayasannya pun menanyakan hal yang sama sampai kemudian ditulis bahwa aku pernah kerja sambil kuliah. Padahal bagi aku itu tuh hal biasa meski pada kenyatannya dulu sangat sulit dan capek luar biasa wkwkkw.

D : Nah iya kan gitu. Jadi sebenarnya tiap orang punya high class nya tersendiri dengan versi kita masing-masing 😃. Makannya pede aja. Kalau gaul sama siapa aja. Nah itu kan sulit dan capek luar biasanya jadi nilai plus kualitas yang lebih buat kita. 


Aku sempet nangis pas dikasih balasan begitu yang pada akhirnya aku berhasil mengeluarkan diriku dari rasa minder. Kemudian aku teringat pada sebuah penggalan hadits yang berbunyi:

"Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian itu lebih patut agar kamu tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan untukmu." (H.R Bukhari dan Muslim)

Padahal namanya manusia pasti ada sisi kekurangan dan kelebihan. Di dunia ini mana ada yang sempurna. Gak akan ada. Bukan kah manusia diciptakan dengan kondisi yang berbeda-beda agar bisa saling melengkapi satu sama lain? Mengapa aku tidak pernah terfikir hal ini sebelumnya hingga harus menutup akses pertemanan dan memblokir diriku di dalam lingkaran yang aku ini itu "gak ada apa-apanya dibandingkan mereka."

Wahai diri. Aku tahu aku salah. Tak seharusnya aku membandingkan kamu dengan yang lain. Yang sungguh sudah berbeda dari garis startnya juga. Saat ini kamu hanya perlu belajar tekun, terus memperbaiki yang kurang, semampunya, sebisanya, dan berikan yang terbaik. Biar hasil Allah yang tentukan. Karena baik dan buruknya hanya Dia yang tahu dan kewajiban kita hanya berikhtiar, berdoa, kemudian bertawakal.

Meski rasa ingin menyerah selalu saja datang menghampiri, ingat ada hidup kamu sendiri yang harus diperjuangkan, ada orang-orang tersayang kamu yang kini sudah mulai memasuki usia renta, yang waktunya mungkin tak akan lama lagi maka berikan yang terbaik untuk mereka. 

Sungguh hidup ini tak mudah. Meski harus dijungkir balikan, di posisi manapun kesulitan maupun kemudahan akan selalu ada dan berjalan beriringan.

"Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan." (Q.S Al-Insyirah 5-6)

Allah please don't ever leave me alone. I know I'm just a weak servant. All this happened because of Your will. So help me, guide me, and convince me that I can get through all of this. 

Mari perbanyak bersyukur, jangan malah makin insecure. Fighting!

Love, 

Ihat

Share:

Cari Rezeki Di mana Aja

Photo by Gijs Coolen on Unsplash



Bismillahirrahmanirrahiim

Three weeks ago I visited West Java Public Library (Perpustakaan Umum Jawa Barat) located at Jl. Kawaluyaan Indah II No. 4 Soekarno Hatta Bandung, West Java by using ojol. I was so amazed when I arrived there because the building is awesome! Bangunannya tinggi, terdiri dari 4 lantai, petugasnya yang ramah, protokol kesehatannya juga ketat (masuk ke gedung ini harus dibuktikan dengan aplikasi PeduliLindungi atau kartu vaksin dosis 2 pas waktu aku ke sana), dicek suhu juga, dan waktu itu sayangnya aku cuma bisa masuk di area lantai satunya aja karena masih pandemi belum bisa main ke lantai atas. Jadi cuma bikin kartu anggota aja deh habis itu pulang lagi. 

Dikesempatan yang baik ini, bukan itu sih inti yang ingin aku share ke temen-temen semua. Yang aku ingin share adalah cerita pas perjalanan menuju ke Perpustakaannya. Ok, because I don't have private vehicle so I chose ojol. Selama perjalanan Mamangnya nanya-nanya soal,

"Boleh gak jalannya ke sini?"

"Jalannya ke sini aja ya gak apa-apa? Biar cepat."

Dan aku cuma jawab,

"Iya Pak."

"Ya gak apa-apa Pak asal sampai aja." Dengan mata yang lirik kiri-kanan, melihat-lihat jalan yang dilalui. Karena memang sejatinya aku gak tahu ini jalannya ke mana dan harus ke mana jadi ya udah terserah Mamang Ojolnya aja yang penting sampai di tempat tujuan.

Hingga kemudian si Mamangnya mulai nanya-nanya, apa aku kuliah, kerja, dll yang kemudian aku bilang sendiri ke si Mangnya bahwa aku bukan asli orang Bandung.

"Oh bukan orang Bandung, dikira teh orang Bandung. Pantesan saya tanya jalannya dari tadi Tetehnya jawab ngikut aja." 

"Hee iya Pak maaf. Soalnya saya baru pindahnya juga."

"Asli mana gitu Teh?"

"Asli Tasik Pak."

"Oh Tasik. Tasiknya di mana?"

"Tasik kota." 

"Oh iya geningan orang Tasik. Sami abi oge ti Tasik Teh." (Oh iya ternyata orang Tasik. Sama saya juga dari Tasik.)

Si Mamang ojolnya langsung ganti jadi pakai bahasa Sunda dan aku agak terkejut bercampur senang karena bertemu dengan orang yang sama dari daerah asal. 

"Oh gitu ya Pak. Bapak Tasikna di mana? Atos lami di Bandungna?" (Oh gitu ya Pak. Bapak Tasiknya di mana? Sudah lama tinggal di Bandungnya?)

"Abi mah Tasikna di ujung. Nembe satahun Teh. Pami istri sami ti Tasik kota." (Saya Tasiknya di ujung. Baru satu tahun Teh. Kalau istri sama dari Tasik kota.)

"Oh jadi istri Bapak mah aslina ti Tasik Kota." (Oh jadi istri Bapak aslinya dari Tasik Kota)

"Muhun calikna ge ayeuna diditu sareng pun anak." (Iya tinggalnya juga sekarang sama di sana sama anak juga)

Aku mengerutkan kening. Tinggal di sana?

"Jadi Bapak sama istri LDR gitu? Tasik-Bandung?"

"Iya Teh. Seminggu atau dua minggu sekali baru pulang ke Tasik."

"Di sini Bapak nge kost?"

"Iya saya di sini nge kost Teh. Teteh di Bandung sama saudara atau ada saudara?"

"Oh gitu ya Pak. Keren-keren. Saya di Bandung nge kost dan gak ada saudara."

"Kenapa jauh-jauh ke Bandung kerjanya? Kenapa gak di Tasik aja?"

"Hehee. Udah rezekinya kali Pak. Soalnya saya kemarin di Tasik gak nemu-nemu."

"Iya ketang gak apa-apa. Nyari rezeki mah di mana aja asal halal. Saya juga nyari penumpang di Bandung enggak di Tasik. Nyari pengalaman sama suasana baru."

"Iya ya pak."

"Iya Teh. Kan bumi Allah itu luas. Di mana pun juga kita bisa cari rezeki di sana. Selama itu halal dan barokah."

Aku hanya diam sambil mengangguk-anggukkan kepala. Dalam hati, keren ini si Bapak. Berani LDR sama istrinya demi mencari nafkah. 

Tak terasa perbicangan kami pun akhirnya harus terhenti karena sudah sampai di lokasi. 

"Pokoknya mah jangan takut. Inysa allah selalu ada rezekinya." Tutup si Bapak begitu aku mengembalikan helmet dan menyerahkan uang kepada si Bapak ojol tersebut.  

Aku langsung teringat pada satu ayat dalam Al-Qur'an,

"Apabila sholat telah dilaksanakan, carilah karunia Allah maka bertebaranlah kamu di bumi dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung." (Q.S Al-Jumu'ah : 10)

Ayat ini memang kaitannya adalah dengan Sholat Jum'at. Namun yang menjadi inspirasi bagi aku adalah di kalimat "carilah karunia Allah maka bertebaranlah kamu di bumi." Selain itu di ayat lain, di Q.S An-Nisa ayat 97 Allah berfrman,

"...Mereka (para malaikat) bertanya: "Bukankah bumi Allah itu luas sehingga kamu dapat berhijrah (berpindah-pindah) di bumi itu?"...." 

Dua ayat ini yang memotivasi aku untuk akhirnya memutuskan hijrah ke Bandung. Meski memang terasa berat, namun karena ingin mendapatkan hal yang lebih (bukan soal materi saja, pengalaman dan ilmu tentunya yang tidak bisa terganti nilainya) dan karena tadi bertemu si Mamang Ojol aku jadi semakin semangat. Beliau saja rela meninggalkan istri dan anaknya demi mendapatkan keuntungan yang lebih. 

Dan selama perjalanan pulang aku masih teringat obrolan dengan si Mamang Ojol itu. Kadang begitu ya Allah kalau mau nasehatin kita dengan cara apa saja. Bisa jadi perbincangan tadi dengan Mamang Ojol adalah cara Allah menyemangatiku atas keputusan yang sudah aku ambil. Thanks Allah. Alhamdulillah. 

Untuk kamu yang saat ini berjuang dan menjadi anak rantau tetap semangat ya! Hal yang harus aku relakan adalah berpisah dengan keluarga dan ini sangat jauh sekali dengan pengorbanan si Bapak ojol tadi yang harus berpisah dengan anak istrinya. Karena sejatinya apapun yang akan kita dapatkan tentunya harus  ada yang kita lepaskan. 

Love,

Ihat

Share:

Membaca Kembali Isi Surat

 

Photo by Andrew Dunstan on Unsplash


Malam ini entah kenapa perasaan aku sendu. Entah mungkin rindu atau bagaimana yang jelas setelah melihat memori-memori beberapa tahun belakang. Tersenyum, tertawa, menitikkan air mata begitu satu persatu foto-foto itu muncul di layar laptop. Aku tahu waktu yang telah hilang tak akan pernah bisa kembali. Mungkin dengan seperti ini salah satu caranya agar bisa kembali mengingatnya. Mustahil kan untuk bisa kembali ke masa lalu dengan menggunakan mesin waktu seperti Nobita yang meminta bantuan kepada Doraemon?

Hal yang paling menyesakkan sampai saat ini adalah surat ucapan kelulusan atas wisudaku satu tahun yang lalu yang ditulis oleh anak-anaku, FULATION. Surat yang ku baca untuk pertama kalinya pada malam hari setelah siangnya acara wisuda dan saat itu perasaanku meledak. Aku menangis tersedu-sedu. Hinga barusan, saat aku tak sengaja menemukannya kemudian kembali membacanya rasanya masih sama; masih meneteskan air mata. Terima kasih sudah mau direpotkan dan diajak kerja sama. Aku gak tahu lagi harus berkata apa karena tak ada yang bisa menggantikan kalian.

Semoga urusan-urusan kalian dipermudah ya anak-anak. Mari sama-sama kembali lagi berjuang walau tak lagi bergandengan tangan. Mari sama-sama berdoa meski jarak yang memisahkan. Mohon maaf atas segala khilaf yang pernah dilakukan. Terima kasih untuk suratnya yang membuatku kembali percaya diri untuk terus berjuang!

Tonight let me share about the letter from my students.



Love,

Ihat

Share:

Begini Ya Rasanya Jadi Anak Kost

Foto oleh Jose Barrios dari Pexels


Bismillahirrahmanirrahiim

Actually this is so surprising for me karena bener-bener dadakan dan diluar rencana. Yang pada awalnya enam tahun sembilan bulan tinggal di asrama dan sekarang harus tinggal di kostan, sendirian lagi. Ya namanya juga tinggal di asrama dalam satu ruangan tentunya gak sendirian dong, ada banyak temen-temen lain yang sama tinggal dalam satu ruangan. Terbiasa berisik, makan bareng-bareng, kemudian pasti sering ngobrol dan sekarang harus berubah seratus delapan puluh derajat dengan kondisi kostan yang sendirian, sepi, dan apa-apa harus sendiri. Di awal-awal aku sering nangis dan pasti nelfon orang rumah atau teman-teman di asrama.

Specifically, the differences are:

1. Yang biasanya pulang piket ke asrama akan disambut dengan panggilan anak-anak atau ruangan yang ramai kali ini setiap pulang dari sekolah pas sampai kostsan suasananya hening. Paling-paling merebahkan diri di kasur sambil melihat langit-langit kamar yang masih bersih.

2. Dulu pas masih di asrama untuk urusan makan gak perlu repot mikir mau makan apa dan beli di mana karena sudah disediakan oleh dapur tiga kali sehari: pagi, siang dan malam. Tinggal ngambil aja ke dinning room. Sekarang? Hmm.. masak sendiri repot karena gak suka habis. Belanja sayurannya juga gak bisa dalam porsi sedikit. Beli ya gitu-gitu aja. Kalau mau paling pesan makanannya lewat aplikasi.

3. Kalau makan biasanya ada temen atau enggak kalaupun makannya sendiri masih ada yang bisa di ajak ngobrol. Sekarang setelah nge kost? Bener-bener hening. Cuma makan sendiri gak ada temen ngobrol, gak ada temen makan. Makannya kadang sekarang kalau lagi makan suka sambil main handphone atau enggak sambil dengerin radio. Karena sepi banget juga gak enak. Gimana gitu.

4. Kalau ada apa-apa ya mau gak mau harus dihadepi sendiri karena gak ada orang yang bisa diandalkan. Misal ketika ada kecoa. Ya mau gak mau harus menghadapinya sendiri. Ya kali nelfon mereka suruh dateng dari Tasik ke Bandung. Kan kelamaan😅.

5.  Kalau mau pergi kemana-mana pastikan isi kostan udah aman seperti lampu-lampu dalam keadaan mati, terminal listrik dicabut kalau gak dipakai. Jangan lupa dikunci. Kalau pas di asrama kalau mau pergi ya pergi karena di ruangan kan ada temen yang nungguin. 

6. Di sisi lain enaknya sih ya untuk belajar, untuk menulis suasananya hening jadi lebih fokus. Toilet cuma buat sendiri jadi gak perlu antri. Kalau di asrama kan ya pasti ba’daki ba’daki sebelum mandi. (Yang pernah mondok pasti faham maksudnya).

Terlepas apapun kondisi aku saat ini, I say thanks to Allah because He has permitted me to live alone in the kost with the new situation. And this situation teaches me everything include how to survive. Karena ini bener-bener keluar dari zona nyamannya aku. Yang biasanya selalu ada di sekitar aku, yang jaraknya dekat kayak mau ngambil uang ke ATM tinggal jalan ke depan gerbang langsung ada, mau beli bubur di pagi hari atau di malam hari tinggal jalan aja deket dan selalu ada. Mau beli air kelapa misalnya tinggal jalan kaki aja udah sampe. Sekarang? Mau ke ATM (yang sama ATMnya) need more effort. Jalan agak jauh atau enggak naik ojeg. Mau beli bubur ada sih tapi pagi aja kalau mau malam ya agak jauh juga tempatnya.

Tapi gak apa-apa. Alhamdulillah sekarang ya sudah mulai terbiasa dengan suasana baru ini. Enggak ada lagi males-malesan after shubuh karena kalau males-malesan dipastikan telat untuk sampai ke sekolah. Senin-Jum’at bener-bener full dan I must learn how to manage time well. Karena serba sendiri sebenarnya gak enak *kode keras 😂. Keuangan untuk urusan bayar sewa kost, makan, minum, keperluan pribadi mau tidak mau harus benar-benar diperhitungkan. Karena kan sebelumnya gak pernah tuh bayar sewa pas lagi di asrama, makan, minum free!  But once more, namanya juga hidup apapun itu yang terjadi hadapi dan jalani.


Love,

Ihat


Share:

This Is Because His Plan!

 

Photo by Hanny Naibaho on Unsplash

Bismillahirrahmanirrahiim...

Akhir-akhir kemarin aku jarang post ya, mohon maaf karena memang minggu-minggu kemarin sibuk mengurusi perpindahan. Perpindahan apa? Tentunya pindahan kerja. Jadi dari awal bulan Maret kemarin aku sudah dinyatakan resign dari tempat kerja aku sebelumnya, asrama tercinta yang memang almost 6.5 years I spent my time to dedicate there. Lama banget ya? Aku aja yang ngejalaninnya ngerasa kayak baru aja kemarin melangkahkan kaki masuk ke Pesantren ini, starting when I was 18 years old. When I didn’t know everything to know everything. Time flies so fast.

Honestly, I have a plan for resigning here because I want to fight my dream. In my plan, I will leave this boarding at the end of this semester. Maybe around on June. So when I got the information about job vacancy and it was suitable for me, I tried it. My application was accepted twice in different place but there was one thing that didn't support thus I didn’t continue it. And then on November 2021, I got the new information from my friend who lives in Bandung and I tried it again. I didn’t expect more and thought if this place will make myself be better and close to Allah, I believe that Allah will place me there. But if this place just will make me far from Allah, I believe that Allah will never give me that.

I forgot about my application who was send. Up till December came, I received the message from the employer that my application was accepted! After that, I followed to interview and  the result was accepted. Then, I was tested for teaching (micro teaching) in front of the supervisor and also the students. Again and again, I didn’t expect more but the result… I was accepted! Lastly, psychological test (psikotes). And yaa I passed it! Ya Allah.. Astaghfirullah, innalillahi wa alhamdulillah when I received this message and then I sujud syukur. I cried because this was not on my plan. My friends were happy to hear it but they were also sad because I would leave this place sooner.

Once more, semuanya benar-benar jauh dari rencana dan melesat cepat. Bandung is a one of my dreams which comes to me when I’m turning 24 years old.  

To all my beloved friends,

Unni. Thanks to always listen my unek-unek 😅atau dengerin Taecyeon/ Lee Min Ho ganteng yang aku udah bilang beribu kali tanpa bosan. Yang suka dirurusuh buat cepetan mandi because you’re so hard to take a bath but the soonest kalau mandi. Yang emang bukan bener-bener bestie pas aku lagi tenggelam di kolam renang 😥. Well, thanks for your letter. I cried when I read it. Huhuuuu😭. Thanks for supporting me! Your letter will be pasted in my diary. Ehehhhh.

Ummi Iwin and Ustadz Opik thanks for always giving advice for me. Entah itu soal pekerjaan, jodoh  😁 or sometimes always made me jealous karena suka minta tolong fotoin berdua wkwkw. Makasih karena suka ngajak jalan-jalan. Pangandaran, Pameungpeuk, walau kadang akunya susah diajak main hehehehhhh.

Teh Tia. Temen sekasur dulu pas masih single. Temen ngobrol soal novel, drakor jaman dulu yang belum aku tonton, soal hafalan Al-Qur’an, ngaji, sekolah. Ah pokoknya apapun itu pasti suka diobrolkan hihiiii.

Wa Ichan. Mohon maaf yang suka dipinjem hpnya buat main games, yang suka ngajak jajan kalau piket bareng, atau enggak aku yang suka ngabisin makanan Wa Ichan heheehhhh. Yang suka nitip nasi telor Teh Tati 😂.

Tuti. Yang dari awal pendiam banget, terus sakit dianterin. Orang yang pertama kali suka dibangunin kalau tengah malem bangun. Kalau apa-apa aku suka minta dianter😅 atau kalau piket malem kalau aku lagi susah tidur dan dia lagi tidur suka diganggu biar dia gak tidur karena saking takutnya 😂mohon maaf ya.

Keke. Partner aku yang tegas ke adonya. Temen nyanyi di ruangan. Yang suka tidur paling akhir. Yang suka riweuh kalau ada panggilan dari luar negeri 😆yang sama-sama kalau ada kecoa ributnya ampun 😂 I will miss it when we were finding a cockroach. Pernah sampai rebutan naik kasur gegara si kecoa yang jalan-jalan ke sana- ke mari dan ngebangunin orang yang lagi tidur😆.

Arum. Yang suka cerita soal ke insecure-an bikin aku jadi ngerasa ada temen bahwa aku gak sendirian kok yang mikirin hal itu. Yang suka ngejajanin, yang pernah dibikin kesel karena insiden naik sepeda malem pas di Pangandaran. That’s unforgettable moment! Always make me laugh when I’m remembering it.

Dina. Yang sama-sama takut kecoa. Yang sama-sama penakut. Yang tengah malem pernah tiba-tiba duduk kayak hantu, atau tengah malem tiba-tiba teriak bikin aku bangun dan marah-marah 😅 yang pernah aku marahin di Pangandaram pas lagi snorkelling. I’m so sorry for that.😂

Tita. Yang apa-apa serius apalagi kalau udah nonton susah dipanggilnya. Yang sama-sama ingin punya dream catcher gegara nonton The Heirs. Yang kalau udah ngomong bahasa Sunda pasti bahasanya terdengar asing di telinga.

Silfi. Iprit! Wkwwk. Yang kalau  ngomong ada aja hal yang bikin kita ketawa. Yang suka Doraemon. Yang apa-apa kalau get problems larinya minta nikah.  Please yaa nikah bukan solusi atas masalah-masalah kita saat ini. 😅Yang suka naik gunung bahkan dia melabeli dirinya dengan sebutan anak gunung.

Teh Yunisa. Yang anaknya suka aku ambil tanpa bilang dulu ke emaknya. Abis itu aku biarin dan malah yang lain yang ngasuhnya 😂.

Teh Yuni. Kalau piket pasti bawa makanan. Yang jadi tumbal buat ngisi kelas 12 kalau lagi jamkos. Yang sama-sama pernah harap-harap cemas kalau hari Ahad tiba😂 .

Kiki. Yang baru masuk. Yang apa-apa diem gak banyak omel ini-itu. Paling nanya diam-diam 😂, yang rajin tahajud. Semoga Mamah cepet sehat ya.

Pak Iiq. Yang apa-apa pasti minta tolong heheee. Di mulai dari zaman jaga lab karena gak punya laptop jadi ya lumayan sambil nunggu sambil ikut search, ngerjain tugas. Ikutan ngeprint karena deadline. Yang suka ikut diririweuh karena anak-anak. Thanks a bunch Pak Iiq!   

Ustadz Heru. Terakhir kemaren yang ngeh dan nyadar kalau aku itu tenggelam. Thanks for saving me! Huhuuu. Yang suka julid kadang.

Teh Miftah. Yang bermutasi dari Murobbiyah menjadi Ustadzah terima kasih atas segala ilmu dan nasihatnya yang pernah diberikan. Yang sering ngasih traktiran jajanan hehee.

Ustdzah Eulis, Ustadz Budi terima kasih sudah mau membimbing, mengarahkan dan mengingatkan. Anak-anak asuh aku, Indirect terkhusus ruang 16, 17, 18, 19 & 1 terima kasih atas segala kenangannya. Suratnya yang bikin aku meleleh dan nangis.

Dan untuk seluruh warga Pesantren yang tak bisa aku sebutkan satu persatu. Jazakallohu khoiran katsiira. Terima kasih atas segala kebaikan-kebaikan dan juga kesempatan yang telah diberikan. And I never regret that I’ve ever met all of you in my life. I'm so grateful for our moments together!

Untuk segela rencana yang hanya bisa kita rencanakan. Maka sepenuhnya mari kita serahkan rencana kita pada Yang Maha Pemilik rencana terbesar se alam semesta, Allah SWT.  


Love,

Ihat

Share:

Aku Takut Kecoa, Kamu ?

 

www.canva.com

Bismillahirrahmanirrahiim

Takut Kecoa? Ada yang sama?

Literally tadinya aku gak akan nulis ini. Cuma pas mau nulis kebelet pengen buang air kecil dan pas mau masuk ke kamar mandi, Astaghfirullah! Itu kecoa entah datang dari mana lagi mondar-mandir di belakang kloset bikin aku bergidik dan bingung harus diapain biar mati. Semprotan buat pembunuh serangga belum beli, padahal tadi pagi pas ditelfon Mamah bilang suruh beli. Biar pas dateng tuh si kecoa langsung semprot dan nanti juga mati sendiri jadi bisa langsung dibuang kecoanya. Because she knows that I'm so scared with cockroach.

Bingung harus diapain, teriak minta tolong tetangga ya kali mereka dari kemaren pintunya nutup terus dan keluar cuma kalau mau masak doang di dapur umum ( I wanna cry with this situation. I know it’s the first time for me so I’m not used with this 😭). Kebiasaan 6 tahun lebih di asrama kalau ada kecoa ya auto teriak, lari pontang-panting dari ujung ruangan ke ujung ruangan dan nanti giliran Unni sama Tuti yang beraksi. (Selain aku ada Keke sama Dina yang sama-sama takut kecoa jadi suka teriak berjama'ah dan berebut tempat yang aman. Kan jadi kangen kan karena takutnya bareng-bareng gak sendirian😭😆). Atau kalau lagi di rumah, pasti bakal teriak-teriak manggil, “Mamaahh… Mamaahhh…” “Bapakk… Bapakk…” habis itu Bapak akan bawa sapu buat mukul si kecoa atau Mamah dengan membawa semprotan pembunuh serangga.

And now? Mau gak mau aku harus beraksi sendiri. Bermodalkan cairan pembersih wc yang aku arahkan ke si kecoa malah bikin si kecoa lari terbirit-birit muterin isi kamar mandi😢. Udah puyeng kayaknya eh malah mau naik keluar dari kamar mandi. Panik lah! I immediately brought a broom dan aku pukul langsung si kecoanya eh si kecoanya malah mau terbang malah bikin aku ngejerit! Untungnya gak kenceng amet karena aku tahu nanti malah menimbulkan kepanikan bagi yang lain. Masa gegara kecoa heboh. Kan nanti gitu 😔. Ok. Masih dengan pegang sapu, si kecoa bener-bener keluar dari toilet dan lari ke pojokan deket botol gas kecil. Memaksakan diri untuk berani padahal sebenarnya takut setengah mati, aku mencoba buat neken si botol ke dinding dan alhasil si kecoa malah keluar mau lari ke arah aku tapi malah balik lagi ke belakang si botol. Duh udah pengen nangis! Mana di luar hujan lagi, petirnya nyamber gede! Aku tarik nafas coba buat sekali lagi meski dengan perasaan takut  sampai akhirnya aku mengulanginya hingga 3x. Dan di ketiga kalinya ini lah akhirnya si kecoa udah mulai gak berdaya dengan keadaan terbalik. Yes! Buru-buru aku seret pakai sapu meski dengan was-was dan pas aku buang ke luar ruangan nihil! Itu se kecoa entah lari ke mana. Lho bukannya tadi udah kebalik ya?

Aku cek lagi dan dia lari lagi ke pojokan itu! Arghh!!! Aku kembali lagi melakukan hal yang sama, memukul itu si kecoa hingga terbalik lalu aku seret hati-hati meski dengan hati yang super duper ketakutan dan taraaaaa dia akhirnya mati di teras kosan ku.

Kalau ditanya kenapa takut sama kecoa, ya takut. Asli TAKUT! Apalagi pas terbangnya iihhhh pokoknya. Aku yang biasanya selalu mengandalkan teman-teman, Mamah, Bapak, kini mau gak mau harus menghadapi rasa ketakutan itu sendirian. Gak enak sih. Tapi ya kali mau dibiarin aja itu kecoa berkeliaran di kamar mandi dan harus nahan pipis? Gak juga kan?

Punya pengalaman yang sama soal kecoa? Share with me here!

“Keadaan benar-benar membuatku harus menghadapi dan melawan rasa takut sendirian.”


Cheers,

Ihat

Share:

Adalah Kamu

 

Photo by Toa Heftiba on Unsplash

Ada hal yang tak seharusnya aku mulai. Karena aku tak pernah tahu arus ini akan membawa aku ke mana. Meski diawal aku sudah menyadarinya bahwa ini akan berakhir bencana tapi perasaan yang datang terus saja menggedor pintu hatiku, minta aku membukanya, mengakuinya. Dan aku tak sanggup untuk menahan gedoran itu hingga aku mempersilahkan mereka masuk dan menempatkannya di sudut ruang hatiku yang masih tersisa.

Adalah kamu. Yang aku sendiri tak pernah menyangka akan terlibat urusan asmara. Kamu yang selama ini hanya aku anggap sebagai teman biasa lambat laun semua berubah termasuk sesuatu dalam hati kini selalu ingin ikut berbicara. Gayaku yang kaku begitu berjumpa denganmu, berbicara dengan nada datar dan selalu menghindar dari berbagai topik pembicaraan, komunikasi seperlunya adalah cara aku menyelamatkan diriku dari hal-hal yang nantinya hanya akan membuatku sakit berkepanjangan. Mungkin kamu akan mengira itu adalah caraku untuk memberikan radar padamu. Bukan. Bukan itu. Aku tak butuh perhatian darimu. Aku tak butuh kamu tahu atau tidak soal perasaaanku. Karena buat apa? Buat apa jika kamu hanya sekedar ingin tahu dan kamu akan tetap pergi bersamanya?

Tak ada yang salah dengan perasaan yang datang. Meski perasaan itu tak berpihak, patah sebelum dimulai, bertepuk sebelah tangan. Aku yakin akan ada suatu nasihat yang bisa aku ambil. Akan ada suatu  pengalaman baru untuk aku agar terus belajar menghindari kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi sebelumnya. Cinta tak pernah salah datang. Hanya waktu yang salah dan kamu adalah bukan orang yang tepat. Aku akan salah jika aku tetap mencoba mendekatimu, mengambil semua peluang yang ada, dan berusaha mematahkan kisahmu bersamanya. Tapi aku tak seegois itu. Aku tak sejahat itu.

Aku tak perlu melakukan hal bodoh untuk perkara cinta. Yang aku yakini adalah jika kamu orangnya maka kamu akan melepaskan pelukan yang lain dan berpaling padaku. Bukan begitu? Jika kamu masih berada dalam pelukannya dan enggan melepaskannya lantas mengapa aku harus melepaskanmu secara paksa dari pelukannya?

Sekalipun kenangan manis pernah tercipta, itu tak ada artinya di hidupmu bukan? Aku hanyalah cameo dalam hidupmu hingga akhirnya kamu akan cepat lupa terhadapku. Kamu akan lupa terhadap hari-hari yang pernah dilalui bersama.

Tolong jangan salahkan aku atas perasaan ini. Aku pun tak mengerti dan tak tahu dari manakah asal mulanya perasaaan ini hadir. Menyeruak dalam hati lantas meminta tempat untuk disinggahi. Meski kisahnya tak pernah benar-benar hidup dalam kenyataan, setidaknya pernah hidup di sudut hati yang lain meski harus ku padamkan juga pada akhirnya.

Menyakitkan bukan? Kembali mencintai orang yang salah. Mencintai orang yang jelas-jelas dari awal tak bisa kita miliki. Tapi aku bisa apa? Bukankah kita tak bisa memilih esok lusa akan jatuh pada hati siapa? Bertemu dengan siapa? Sekalipun dengan doa, bukankah ada taqdir yang sudah ditetapkan yang tak  bisa dirubah ketetapannya dan memaksa kita mau tidak mau untuk melaluinya?

Pada cinta yang hadir dan kamu yang singgah. Terima kasih atas hangatnya pertemuan, kisah-kisah yang menyenangkan dan juga mendebarkan. Aku sangat berterima kasih dan bersyukur. Karena tak ada alasan untuk aku membencimu meski dirimu tak bisa ku miliki seutuhnya. Kelak jika kau mengetahui kebenarannya, kuharap kau tak membenciku.


Love,

Ihat

Share:

Cerita Mamang Supir Ciamisan

Photo by Adismara Putri Pradiri on Unsplash


Bismillahirrahmaaniirahiim

Kemarin saya baru saja pergi ke kampus untuk mengambil Ijazah meski ya harus bolak-balik sana-sini buat minta surat-surat yang dibutuhkan untuk pengambilan Ijazah. Alhamdulillah gak sia-sia sih. Finally I got it. Sepulang dari kampus as usually I use a public transportation karena emang belum punya motor sendiri sih. Siang itu saat matahari sedang terik-teriknya panas saya memutuskan buat naik angkutan umum 01 nanti berhenti di halte Taman Lokasana habis itu dilanjut dengan menggunakan mobil Ciamisan, sejenis mobil angkutan umum jurusan Tasik-Ciamis dan saya menyebutnya mobil Ciamisan.

Alhamdulillah saya mendapati mobil Ciamisan yang penuh dan saya kebagian duduk di depan di samping Mamang sopirnya. Kalau mobil Ciamisannya penuh itu artinya mobil akan terus melaju dan gak akan ngetem. Ngetem itu artinya berhenti dibeberapa lokasi untuk menunggu penumpang naik. Nah pas di pertigaan jalan, mobil Ciamisan yang saya tumpangi itu malah berhenti padahal di depannya sudah ada mobil Ciamisan lain yang memang sedang ngetem, dikarenakan penumpangnya sedikit. Saya sempat mengerutkan kening, kok si Mangnya malah berhenti sih? Tak lama si Mang sopir Ciamisan yang saya tumpangi ini mobilnya, beliau itu malah turun dan menyebrangi jalan raya. Saya kira si Mamang supir mau setoran hasil nariknya hari ini eh ternyata beliau itu sedang membantu seorang ibu-ibu yang akan menyebrangi jalan dan hendak menaiki mobil Ciamisan. Begitu mereka berhasil menyebrang, si Mang supir mobil Ciamisan yang di depan malah teriak-teriaknya dari kursi pengemudi sambil bilang,

“Eta penumpang urang! Naha kalah ku maneh dicokot! Urang tatadi nungguan!” Kurang lebih artinya begini itu penumpang saya. Kenapa malah kamu yang ambil! Dari tadi saya nungguin!

Dan si Ibu itu juga malah membuka pintu mobil Ciamisan yang saya tumpangi. Mungkin karena tadi ya dibantuin nyebrang sama si Mangnya. Cuma sayangnya si Ibu gak jadi naik karena mobilnya penuh dan udah gak muat lagi si kursi penumpangnya. Si Mang supir mobil Ciamisan yang saya tumpangi beliau sudah masuk lagi ke dalam mobil kemudian menjalankan lagi mobilnya sambil berteriak ke supir Mang mobil Ciamisan yang tadi,

“Matakan boga suku teh pake. Lain cicing wae nungguan penumpang datang! Naon hesena turun pangmentaskeun!.” Makannya kalau punya kaki itu dipake. Bukannya diem aja nunggu penumpang datang! Apa susahnya bantuin nyebrangin orang!

Saya hanya diam menyaksikan kejadian itu. Hingga akhirnya saya menyimpulkan sendiri dari kejadian ini bahwa yang namanya rezeki memang seharusnya dijemput. Gak cuma diem aja nunggu bola datang, istilahnya begitu. Dari kasus si Mang itu bisa dilihat kan rezeki bisa segera diperoleh dengan menjemputnya? Meski ya si Ibu tadi gak jadi naik karena mobilnya ternyata udah penuh.

Menurut kalian gimana?


Love,

Ihat

Share:

Dulu vs Sekarang: Botol Minum & Kotak Makan

Photo by Mikhail Nilov from Pexels


Zaman saya pas Muallimien/SMA pengen punya botol minum aja susahnya minta ampun. Meski ada di lemari perabotan rumah, tapi botol minumnya itu udah jelek bahkan bocor. Jadi kalau dibawa ke sekolah harus pakai krresek biar gak rembes gitu airnya atau enggak dipegang soalnya kalau dimasukin ke tas udahlah tau-tau buku yang ada di dalam tas ikut kebasahan. Makannya dulu sekalian berangkat sekolah saya suka mampir dulu ke warung buat beli air minum kemasan botol. Habis itu botolnya gak saya buang, saya pake lagi sampai botolnya udah keliatan ledrek (kucel, jelek).

Sebenarnya ya malu juga sih kalau lagi kumpul istirahat, makan sama temen-temen saat yang lain bawa botol minum bermerek katakanlah Lion Star, Tupperware, wah nyali saya langsung ciut. Tapi ya mau gimana lagi saya cuma bisa mandang tempat minum tersebut sambil sesekali saya pegang.

Tidak hanya botol minum, kotak makan juga. Jadi dulu itu dari kelas X temen-temen saya rajin bawa bekal ke sekolah. Selain biar irit uang juga karena kebanyakan dari mereka tidak sempat sarapan di rumah jadi dibekal gitu makanannya. Hampir semua teman-teman saya memiliki kotak makan atau biasanya saya menyebutnya misting. Dan ya sama rata-rata bermerek gitu. Lantas saya sendiri? Saya juga di rumah ada kotak makan dan itupun sering rebutan dengan adik. Waktu itu di rumah cuma punya dua kotak makan, yang satu ukurannya kecil dan sudah jelek ya, yang satunya lagi lumayan besar tapi penutupnya gampang ngebuka. Pernah suatu ketika saya bekal nasi dengan lauknya itu tumis kentang bumbu kuning. Saya pakai kotak makanannya yang ukurannya agak besar dan tak lupa saya masukin ke kresek juga karena takut tumpah. Alhasil pas pelajaran pertama aroma bumbu kuning itu menyeruak begitu saya membuka tas untuk ambil buku dan yaa… Taraaa!!! Beberapa buku saya di dalam tas  kena bumbu kuning dari tumis kentang tersebut. Ternyata kreseknya bocor dan si nasi berserta kentangnya jatuh semua ke kresek. Setelah kejadian itu saya gak mau lagi pakai kotak makan itu dan memilih menggunakan bungkus nasi dan plastik untuk lauknya.

Lalu bagaimana sekarang?

Alhamdulillah wa syukurillah selain saya bisa beli sendiri botol minum dan juga kotak makan, beberapa tetangga ada yang suka ngasih ke rumah. Belum lagi beberapa orang tua anak asuh saya ada yang mengirimi saya kado berisi botol minum dan kotak makan. Sekarang Alhamdulillah kalau pergi kemana-mana bawa botol minum itu gak gampang bocor. Jadi meski disimpan di dalam tas dengan barang yang lain aman.

Nah makannya saya suka ngomel-ngomel kalau sedang mengontrol ruangan asrama anak-anak. Melihat botol minum dan kotak makan yang disimpan di mana saja membuat saya langsung bergegas mengumpulkannya disuatu tempat sambil ngomel-ngomel. Karena bagi saya itu berharga sekali. Saya pernah mengalami bagaimana susahnya untuk bisa memiliki alat makan dan minum tersebut.

Jadi buat kamu yang masih menyiakan-nyiakan suatu barang karena kamu anggap kamu mudah mendapatkannya coba renungkan. Diluaran sana banyak orang yang sangat sulit untuk bisa meraih apa yang sudah kamu miliki saat ini. Maka dari itu rawatlah, jangan disimpan di mana saja, kalaupun misal karena barangnya sudah banyak dan tidak terpakai lebih baik kamu berikan barang tersebut kepada orang yang membutuhkan.


Love,

De Ihat

Share:

Katamu

Photo by cottonbro from Pexels


Katamu
Aku adalah jari manis yang kelak akan kau sematkan cincin sebagai pengikat
Katamu
Aku adalah hal yang akan selalu ditunggu dan didoakan agar bisa bertemu di dunia nyata
Katamu
Aku adalah yang mau sama-sama menemani dan juga menanti

Dulu
Iya itu katamu
Dulu

Katamu 
Aku adalah hal yang telah yang lalu
Katamu
Aku adalah hal yang telah usang dan usai
Katamu
Aku adalah bukan sosok yang harus diperjuangkan lagi

Katamu
Kini
Dan itulah yang sebenar-benarnya

Hingga akhirnya aku menyesali apa katamu dulu
Karena katamu dulu adalah basi, mengingkari, sekaligus mengkhianati

Dari aku yang selalu merasa tertipu kamu dan waktu,

De Ihat

Share: