#004 DDL-Putih Abu

 



#004 DDL-Putih Abu

16 Maret 2013

 

Hai diary!


Aku rasa hari ini adalah hari yang sangat menyenangkan untuk aku. Dan entah mengapa, aku sangat menikmati itu.


Hari tadi di kelas aku bisa tertawa lepas, sialnya si Angga malah protes! Tau gak? Dia malah marah-marah ke aku. Ya aku gak terima lah. Adu mulut pun terjadi. Capek tahu ngeladenin dia, tapi rame. Hahahaa!


Terus tiba-tiba dia ambil spidol gitu kan, dia nulis di papan tulis,


Lia aku di sini


Aku mengerutkan kening begitu dia selesai menulis kalimat itu,


“Lia, lia. Lihat! Lihat aku di sini!” kataku sewot setelah aku sadar bahwa itu ternyata potongan lirik lagu yang kemudian aku akhiri dengan menyanyikan bait pertama lagu itu, lagunya Rama-Bertahan, band favoritnya dia.


Dia hanya tersenyum ke arahku lalu keluar dari kelas dan aku membuntutinya dengan tatapan kesal.


Gak tahu sih bawaannya kesel mulu liat tu orang. Euh!

 

Lia

Share:

#003 DDL-Putih Abu

 



#003 DDL-Putih Abu

14 Maret 2013

 

Dear diary,


Kalau ada lagu Dia-Sammy Simorangkir kenapa harus inget sama Farhan? Terus akhir-akhir ini, temen-temen aku juga sering bilang kalau Farhan tuh kadang suka liatin aku. Tapi aku sih masa bodo lah ya. Tuh kan ada lagu Sammy Simorangkir-Dia Emang iya sih, aku sering ngedapetin mata dia yang lagi liat ke arah aku. Tapi ya aku berusaha buat cubek alias cuek bebek.


Tadi kan pas pulang sekolah tuh hujannya, alhasil aku dipinjemin payung sama temen aku, Indah. Sayangnya payungnya gak bisa nutup, tapi ya udah deh dari pada aku pulangnya kehujanan ya aku terima aja tawaran payung rusaknya dia. Alhasil pas aku mau naik angkot, itu payung gak bisa diajak kompromi. Jadinya payungnya dipegangin sama Mamang kenek angkot. Pengen ketawa sih jadinya. :D


Udahlah hujan ya, eh angkotnya ada lagunya. Hujan masih turun deras, tiba-tiba…


Sammy Simorangkir-Dia!


Tuhan…


Lagu ini

 

Tuhan sebenarnya aku itu suka gak sih sama Farhan? Aneh sumpah -___-

 

Lia

Share:

#002 DDL-Putih Abu

 



#002 DDL-Putih Abu

29 Januari 2013

 

Hai diary! Maaf nih udah beberapa hari gak nulis.


Hm.. kemarin pas udah jam istirahat, aku nanya ke Farhan tentang Maths. Secara dia kan jago banget di Maths. Beda banget sama aku yang rapor kemarin aja nilainya di bawah KKM :’(. Alhasil ya beginilah aku harus mengerjakan beberapa tugas dari LKS untuk menambal nilai aku semester kemarin.


“Apa ini?” Tanya dia sambil membulati sebuah tulisan I Hate Maths di halaman yang dia buka secara acak itu. Sementara itu aku cuma nyengir sambil bilang dalam hati, sekarang udah enggak kok. Soalnya gara-gara…” Disensor aja ya deh kalimatnya. Hehehee.


Pas pelajaran Maths berlangsung kenapa ya Farhan nanya mulu ke Tiyas? Tapi emang sih, Tiyas juga lumayan pinter dibanding aku jadi ya mana mungkin kan dia nanya sama aku perihal Maths? Aku aja minta bantuan ke dia. Tapi gak tahu kenapa… Aku cemburu lho! Gak biasanya aku punya perasaan itu sama dia.

 

Tuhan kenapa sih aku jadi kayak gini?


Kenapa rasa ini hadir disaat aku tidak mengharapkannya?


Tuhan kenapa aku harus jatuh pada hatinya?


Dan entah mengapa Tuhan, semenjak aku menyukainya, disaat itu pula aku mulai peduli dengan Maths. Tuhan… kenapa semuanya jadi begini?


Bingung… bimbang… semuanya terasa hambar.

 


Lia

Share:

#001 DDL-Putih Abu




 


#001 DDL-Putih Abu

24 Januari 2013

 

Hai diary! Tadi pas jam olahraga nyebelinnya. Huhuuh!


Gini, tadi itu olahraganya bagian lari. Jadi dibagi dua lah, cowok-cowok, terus cewek-cewek. Pas cowok yang lari, nah dihitung berapa kali balikannya sama cewek begitupun sebaliknya. Setelah pemanasan itulah kita semua membuat barisan sebanyak dua banjar. Dalam hati aku berharap banget bisa ngitung larinya Farhan! Secara aku kan ya gitu, diam-diam suka sama dia hihiii.


Dimulailah guru olahraga aku, Pak Yusuf menghitung kami semua. Dan saat hitungan itu jatuh ke arahku,


“Nah, kamu ngitung larinya Angga.” Kata Pak Yusuf membuat Angga langsung menoleh ke arahku.


“Hah?! Ih..” ucapku sebal tak terima.


“Yah, Pak! Kok sama dia sih? Heuh, musuh!” jawab Angga dengan ekspresi sama sebalnya. Sayangnya protes aku dan dia tidak digubris oleh Pak Yusuf.


Cewek-cewek pun mulai berjalan ke pinggir, termasuk aku sambil manyun karena tak terima. Sementara itu pas aku lihat ke arah Farhan, dia hanya tersenyum.


Beginilah teriakan-teriakan ketika harus menghitung lari Angga: musuh bebuyutan!


“Heh! Cepetan larinya! Delapan!”


“Berisik lu! Ngitung aja kali!”


“Heh! Yang lain udah beres. Boyot amat sih laki!”


“Mulut lo berisiknya kebangetan ya!”


Lalu pas giliran aku yang lari. Sebenarnya sama aja sih. Aku juga boyot larinya.


“Heh cepetan larinya!”


“Berisik ngomel mulu!”


“Banyakan makan sih lu, jadi larinya lama hahahahaaa!” Tawa khasnya yang terdengar sampai ujung lapangan, membuat aku pengen banget nimpuk jidat dia pake sepatu aku.


“Sama-sama boyot ternyata, makannya jangan sok jago!” ucap dia lagi begitu aku melintasinya. Udah pengen dimasukin cabe tuh ke mulutnya. Gila keseelll!!!!

 


Nah tadi pas pelajaran IPA, kan bagian presentasi. Yes! Dari kelompok 1, ternyata aku yang nilainya paling tinggi. Kata Devi sama Nina katanya pas aku lagi presentasi, Farhan tuh gak henti-hentinya menyimak. Masa iya sih? Sejujurnya aku tadi grogi, bukan grogi karena teman-teman, tapi grogi karena dia.



Amalia yang sukanya dipanggil Lia

Share:

Ku Kira Sudah Usai


 

Aku kira aku sudah benar-benar lupa. Aku kira semua sudah usai. Nyatanya tiap kali berjumpa ataupun berpapasan, perasaan itu kerap kali datang. Entah berwujud benci yang aku sendiri ingin menghilang acap kali pertemuan itu datang. Atau mungkin berwujud debaran yang harus ku redam sekuat mungkin, agar kamu tak bisa membaca radarku.

Sadar bahwa ini ternyata ini belum berakhir dan aku harus kembali bermain peran. Seolah aku tak memiliki perasaan itu. Namun ternyata sulit bukan?

Rasanya ingin berlari jauh saat berada pada satu ruangan yang sama. Rasanya bingung harus berkata apa saat berpapasan.
Untuk aku yang saat ini sudah tak lagi mengharapkanmu. Sudah tak lagi mendoakanmu. Sudah menghapusmu dari kisah harian yang biasa aku tulis di lembaran-lembaran kertas.

Aku benci saat semesta seolah sengaja sering mempertemukan. Saat aku lengah, lupa tentangmu. Maka saat itu pula kamu hadir dan membuat hatiku kembali berkata lain.

Kembali lagi dipendam dan membiarkan perasaaan yang ada.

Kalaupun harus kembali patah ya tak apa. Nikmati saja tangisannya semoga ada ejaan-ejaan yang bisa ku susun rapih.
Kalaupun berakhir baik. Mungkin kamu adalah hadiah terbaik yang Tuhan kirim untuk aku.

Ingin berbicara sejujurnya padamu, tapi aku memilih untuk bisu.
Biarkan takdir yang menemukan jalannya sendiri.

Aku hanya sedang belajar mencintai diriku sendiri. Membuang semua prasangka-prasangka buruk dan menikmati setiap kehadiran yang datang dalam hidupku.

Terima kasih telah mengizinkanku jatuh cinta padamu. Meski kemungkinan kembali patah akan selalu menjadi jawaban yang pasti.

Terima kasih wahai diri untuk bisa menahan ego. Terima kasih karena telah menerima perasaan ini tanpa perlu merasa menjadi beban.

Kalaupun tak menjadi nyata di kehidupan yang fana ini, semoga bisa menjelma menjadi kisah abadi dalam aksara yang ku rangkai meski dengan tertatih.

Tuhan. Aku terima segala konsekuensi atas apa yang telah Engkau hadirkan padaku.

Jikalau dia memang tak pernah ada di ujung penantian ini mohon beri petunjuk dan juga arahanmu agar aku tak kembali tersesat.

 Love,
Ihat

Share:

Killing the Time before Iftar to Ereveld Pandu


 

Ngabuburit ke kekuburan? Ngapain?

Beberapa teman-teman aku di media sosial memberikan komentar kurang lebih seperti itu saat aku mem­­-post ­foto-foto hasil walking tour ke Ereveld Pandu. Jawabanku ya, why not? I got many stories here.

Sabtu, 15 April 2023 lalu aku berkesempatan untuk bisa kembali mengikuti walking tour with CeritaBandung.id dengan rute perjalanan “Senja di Ereveld Pandu.” Waw! Salah satu destinasi yang aku tunggu selama ini! Jadi ada hikmahnya juga ya kebagian tiket kereta malam, siangnya bisa jalan-jalan dulu yey!

Yang pertama kali terlintas di benak sebelum mengikuti rute kali ini adalah aku berfikir untuk bisa mengambil foto terbaik di makam yang tersusun rapi dan cantik ini. Unfortunately, fikiran itu mendadak musnah begitu mengikuti langsung rute perjalanan ini. Bukan karena suasana “kuburan” yang orang-orang pasti tebak menyeramkan; tidak. Tapi setelah mendengarkan sejarah dari tour guidenya membuat kami sebagai peserta tour harus bisa saling respect satu sama lain.

Firstly, di rute kali ini kami gak diajak langsung menuju Ereveld Pandu, tapi kami diajak untuk mengunjungi makam-makam para tokoh sejarah yang berada di TPU Pandu. Dimulai dari makamnya Raymond Kenndy, seorang professor antropologi dari Yale University yang sampai saat ini kasus pembunuhannya belum terungkap, kemudian kami juga diajak mengunjungi makam Alexius Impurung Mendur, seorang fotografer yang mengabadikan peristiwa detik-detik proklamasi kemerdekaan RI. Ada juga makam Prof. Ir. Charles Prosper Wolff Schoemaker yang merupakan seorang arsitek, dosen ITB, dan juga guru Ir. Soekarno. Beberapa karya beliau salah satunya adalah Villa Isola yang berada di  Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.


doc. pribadi

Selain itu ada juga makam keluarga Ursone yang merupakan warga asal Italia, yang kemudian menetap tinggal di Bandung tepatnya di daerah Lembang dan memiliki usaha berupa perternakan susu sapi. Selain itu, mereka juga memberikan tanahnya secara cuma-cuma untuk pendirian Observatorium Bosccha lho! Gimana keren kan?

doc. pribadi

Barulah terakhir kami mengunjungi Ereveld Pandu, sebuah kompleks pemakaman yang dikelola oleh Yayasan pemakaman Belanda, yaitu Oorlogs Graven Stichting (OSG). Makam yang tersusun rapi dan cantik ini merupakan tempat peristirahatan terakhir bagi para korban Perang Dunia Kedua.

doc.pribadi

doc. pri


Terkadang kita terlalu menyepelekan hal-hal yang kita anggap sudah tiada padahal di sana ada makna dan juga pembelajaran yang bisa kita ambil. Contohnya, dari perjalanan kali ini adalah beberapa maut yang masih menyisakan tanya yang sulit untuk bisa dipecahkan siapa dalangnya. Namun percaya dan yakin bahwa jika di dunia belum bisa terpecahkan, di akhirat nanti pasti akan terbalaskan.

Pada saat hari ketika mereka dibangkitkan oleh Allah semuanya, lalu diberitakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.” (Q.S Al-Mujadilah ayat 6).

Gimana masih mau komen, ngapain ngabuburit ke kuburan? :D

 

Love,

Ihat

 

 

 

  

Share:

The School Internship (PPL) Has Done!

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Setelah melewati beberapa rintangan dan anehnya ini terasa seperti drama. Fix! I call this drama of the school internship (PPL).

First, pas mau daftar guru pamongku bilang buat nanti exam ambil jam 3-4 biar waktunya gak banyak kebuang. Soalnya kalau take the first lesson dikhawatirkan banyak waktu terbuang lantaran banyak a b c d nya. Ok, aku sepakat dan aku tulis di form pendaftarannya I will teach on the third lesson!

Next day, aku balik lagi ke sekolah dan juga ke kampus buat tanda tangan di beberapa lembar pengesahan. When I visited my lecturer she said that she can’t attend if I teach on the third lesson. Because she has agenda in another school. She can attend if I take on the first lesson so I agree with her.

I back to my school and I seeing my teacher. Her face like just little shocked when I say that I took the first lesson because my lecturer has another agenda.

On Wednesday, October 9 2019.

That was my teaching examination. I was nervous because my lecturer came late and my students said to me that at half past eight they were going to the Bank! OMG! Cobaan apalagi ini. Setelah tadi pagi pas naik ojeg lama si mang nya salah berhenti terus pas mau ke sekolah salah ambil jalan, that was made me came late five minutes :(!

With totally twelve students went to the bank, my project had to finish in this day. In the class there were seven students keep stay. But, I said thanks to Allah my teaching examination ran well.

Share:

Jadi Kapan Nikah?

Entah mengapa ya sering ditanya perkara kapan nikah? Akhirnya terasa memekakkan telinga bahkan kalau udah terlalu dalam pertanyaannya misalkan temen-temen aku udah terlanjur kepo nih dengan urusan asmara aku ujung-ujungnya ya aku jadi sentimen gitu. Jadi pengen ngamuk-ngamuk. Terus pengen ngatain juga kayak,


Lo siapa gue sih? Ngatur-ngatur hidup gue. Dicariin jodoh buat gue aja kagak apalagi mau bayarin biaya resepsinya? Terus kalau misalkan suatu saat di pernikahan gue nanti ada apa-apanya lo mau tanggung jawab?


Tapi ya semua kata-kata itu hanya mampu terucap di dalam hati, sisanya ya istighfar kemudian gak aku balas pesannya.


Atau mungkin ada orang yang penasaran, apakah aku pernah dilamar seseorang? Lalu aku jawab belum pernah, mereka diam. Jadi mereka kira sebelum mereka tahu tentang aku, aku adalah tipikal orang pemilih, yang suka nolak cowok. Ha! Terbukti kan yang datang aja gak ada, jadi apa yang bisa aku tolak?


Sometimes, hati aku pastilah terbersit rasa iri kayak yang lain belum nikah tapi pernah gitu dilamar terus misalkan karena gak cocok ditolak. Lah aku? Masih gini-gini aja, sendiri. Atau mungkin pernah ada yang ngajakin nikah, terus ditolak. Lah aku? Belum pernah.


Makannya aku selalu nolak kalau diajakin bukber. Apalagi di circle yang temen-temen aku hampir semuanya udah nikah dan bawa anak. Karena yang bikin aku males adalah wejangan mereka sama aku yang harus inget nikah jangan sibuk kerja mulu. Pengen aku debat tapi gak enaklah kondisinya lagi kumpul gitu kan. Jadi cuma dibalas dengan senyum mesem sambil berkata,


“Ya doain yah, niat mah udah ada cuma gimana ya kalau jodohnya belum dateng aja. Masa aku harus maksa-maksa gitu sama Allah? Kan gak juga ya. Thank you sih udah ngingetin, tapi lain kali selain ngingetin boleh dong sambil dikenalian gitu sama temen atau siapapun yang masih jomlo ke aku.”


Jleb!


Jadi buat temen-temen gak usah panik ya perkara siapa jodoh aku. Aku aja santai. Bahkan ya nih gegara omongan kalian pernah suatu ketika aku sampai bela-belain beli buku tentang jodoh. Judul bukunya itu Menemukan Pangeran Impian yang ditulis oleh Nurimannisa. Dan ternyata dalam buku itu dibahas ada 7 strategi menjemput jodoh impian. Salah satunya yang paling menohok adalah di nomor urut 2 yang membahas mengenai Bersihkan Hati (Healing & Cleansing).


doc.pribadi

Di point dua ini ada beberapa sub bab yang memang sangat menampar aku, yaitu berdamai dengan diri sendiri: memaafkan diri sendiri, membersihkannya dari segala penyakit hati, kemudian memaafkan dan meminta maaf kepada orang tua.


Ok. The real definition of loving yourself: forgiving and accepting. Kalau dalam Islam mah Qona’ah ya, menerima segala pemberian dari Allah Swt. Wah, ngomongnya sih gampang praktiknya yang bener-bener Masya Allah, bahkan tak jarang harus melibatkan Allah, meminta pertolongan Allah agar proses ini dimudahkan.


Perkara memaafkan diri ini alhamdulillahnya ya setiap hari insha allah selalu dilakukan, karena sekarang mindset nya adalah kalau bukan diri kamu yang sayang dan cinta sama diri kamu sendiri, lantas siapa lagi? Nah, yang kedua ini nih memaafkan dan meminta maaf kepada orang tua.


Yap! Gak ada orang tua yang sempurna di dunia ini. Even, mereka berpendidikan tinggi, tau ilmu parenting, tau ilmu mengasuh anak yang baik itu gimana. Ya tentu pasti akan selalu ada titik hitam yang menodai.


Suatu hari ketika aku bisa beli baju sendiri dari hasil uang gajihan aku bapak aku malamnya tiba-tiba berkata seperti ini,


“Maafin bapak ya nak. Bapak sampai saat ini belum bisa beliin baju kamu, beliin baju buat Mamamu. Bahkan sekarang kamu bisa beli baju kamu sendiri dari hasil keringat kamu. Maafin bapak ya nak, kemampuan bapak cuma sampai sini. Bukan bapak gak mau bahagiain kalian semua. Bapak juga pengen. Bapak juga pengen anak-anak bapak, Mama bisa milih baju sesuai dengan apa yang mereka mau. Tapi ya beginilah kondisi ekonomi Bapak.”


Aku terdiam kemudian terisak. Rasanya sakit sekali mendengarnya. Ternyata hal yang aku anggap sepele, seperti aku bisa beli baju sendiri, rupanya di depan mata Bapaku itu seperti kegagalan dia sebagai seorang Bapak yang bertugas memberikan nafkah tapi tidak mampu untuk sampai ke sana.


Bukan hal itu aja sih, I’m so proud when they try to apologize from their mistakes in the past. Karena bagi aku meminta maaf adalah hal yang paling susah dilakukan terlebih dari orang tua kepada anaknya. But, they did it. Kalau teman-teman tau, my parents are not graduated from the top university. No, they’re just graduated from elementary school.


Yah, begitulah. Ternyata setelah membaca buku ini benar-benar dari hal sepele saja harus diperhatikan. Sometimes, I always think like, Allah tuh sayang sama aku. Allah pengen aku melakukan hal positif lainnya sebelum aku nikah biar aku gak ada kata “menyesal” setelah menikah nanti. Dan aku menikah karena memang benar-benar aku yang menginginkan itu dan aku sudah siap untuk membagikan seluruh hidup aku untuk kepentingan keluarga aku nanti.


Mohon maaf agak ngaler-ngidul nulisnya. Tapi yang pengen aku highlight di sini adalah stop be curious from my business if you don’t have intentions to help me: just sit, quiet, and relax. This is my business and you don’t have to interfere.


The last, happy weekend and happy fasting everyone. May Allah always help and protect us in every step.  


Love,

Ihat

Share:

My New Project on Storial.co



Hai! Sambil mengisi waktu ngabuburit selama bulan Ramadan. kali ini insha allah aku akan mengisinya dnegan menulis proyek terbaru aku di Storial.co berjudul The Answer for My Prayers. Proyek ini merupakan proyek untuk kompetisi yang diadakan oleh Storial berjudul Kejutan Sebelum Ramadan.

Segala bentuk komentar dan saran yang membangun sangat aku tunggu ya! 

Love,

Ihat

Share:

Gerak-gerik seorang Guru

doc. pribadi

Hari kemarin rasanya kacau saat buku agenda yang pernah ku pinjam ketika kembali dicari oleh pemiliknya ternyata tidak ada. Sementara hari Senin yang akan datang, buku agenda itu akan diperiksa oleh team supervisor sebagai bukti catatan. Paniklah kami semua. Terlebih aku yang pernah meminjamnya. Dan seingatku aku langsung mengembalikannya di hari yang sama pada saat aku meminjamnya.

Aku duduk termangu dengan muka kusut di meja kerjaku yang berada di belakang para siswa. Dan jujur saja ingin menangis kalau sampai buku agenda itu benar-benar lenyap.

“Bu, ibu sedih ya?” ucap salah satu siswa yang rupanya sedari tadi memperhatikanku.

“Eh? Iya. Ini buku agenda kelas hilang.” Jawabku sedikit kaget bercampur malu.

“Buku agenda kelas yang mana, Bu? Yang ini?” Dia menghampiri mejaku lalu menunjukkan pada buku agenda kelas milikku yang berada di box file.

“Bukan. Itu punya Ibu. Yang hilang yang kelas sebelah. Ibu pernah pinjam padahal sudah dikembalikan tapi katanya tidak ada.”

Tanpa ku pinta dia bergegas mencari ke tumpukan dokumen-dokumen di lemari belakang kelas. Aku tertegun sebentar. Rasa haru menyelimuti.

“Di sana gak ada, udah Ibu cari juga. Ibu mau minta tolong ya barang kali di lemari depan ada.”

Dia langsung berjalan ke depan kelas dan aku mengikutinya dari belakang. Dia membuka satu persatu si pintu lemari itu dan tetap hasilnya tidak ada.

“Enggak ada Bu.” Jawabnya sambil berjalan ke sisi depan yang lain dan kembali mencoba mencarinya di lemari yang berbeda. “Tetap gak ada Bu.”

Aku menghela nafas panjang kemudian mengucapkan terima kasih pada siswaku tersebut. Sudah pasrah kalau benar-benar hilang. Dan pada saat istirahat sholat dzuhur akhirnya buku agenda itu sudah ditemukan berada di lemari kelas tersebut. Alhamdulillah.

Dan setelah itu aku benar-benar bersyukur gegara insiden tersebut. Aku tidak percaya bahwa di kelasku ternyata ada siswa yang benar-benar memperhatikan tingkah laku gurunya. Ini adalah kejadian ke dua kalinya. Sebelumnya adalah pada saat aku kembali dari toilet dan masuk kelas lalu berpapasan dengan salah seorang siswa (siswa yang berbeda dari yang di atas) yang sedang mengerjakan tugas kelompok. Begitu kami berpapasan, aku sedang memegang area perutku yang terasa sakit sambil mengernyitkan wajah menahan sakit, kemudian siswa itu berhenti sambil memperhatikan wajahku lalu berkata,

“Ibu kenapa? Mules ya?”

Aku langsung terperanjat kaget. Aku kira dia hanya akan melewatiku begitu saja.

Bersyukur karena memiliki siswa seperti mereka, tapi di sisi lain aku juga harus memperhatikan tingkah laku yang aku lakukan. Karena ternyata gerak-gerik seorang guru itu sangat diperhatikan oleh siswanya.  

Pernah memiliki pengalaman serupa diperhatikan oleh siswa? Share di kolom komentar ya!

 

Love,

Ihat

Share:

Menjelajahi Kenangan dalam Sekejap

doc pribadi


Libur awal Ramadan kemarin memang bener-bener drama. Tiket udah dicancel duluan karena ternyata masih belum jam pulang. Pas mau pulang tiket kereta udah pada habis kemudian ketika hendak balik arah mau ke terminal macetnya ampun. Iseng buka aplikasi KAI access lagi dan ada satu yang masih kosong buru-buru aku ambil. Tanpa mikir panjang meski jadwalnya itu akan sampai ditujuan pada waktu dini hari, demi bisa pulang hari itu, aku ambil aja. Dan yup, that was my first time aku nongkrong sendirian malam-malam di stasiun.

Awalnya udah deg-degan gitu ya takut sepi atau gimana gitu tapi ternyata tidak. Justru semakin malam suasana stasiun jadi lebih ramai. Karena aku pesan tiket begitu tersisa satu jadi ya mau tidak mau tempat duduknya juga sisa kan. Ya sudahlah aku langsung kembali mengecek tiketku ketika memasuki gerbong kereta. Aku buru-buru menyimpan tas ku di bagasi kemudian langsung memejamkan mata sambil mendengarkan lagu sampai akhirnya aku dibangunkan oleh passenger lain kalau aku salah duduk. Meski agak jengkel karena hampir saja tertidur akupun akhirnya geser. Lalu tak lama ada beberapa rombongan santri yang mulai menduduki kursinya. Selang beberapa menit kereta mulai berjalan perlahan meninggalkan stasiun.

doc. pribadi

Suasana gerbong yang agak ramai dan juga celotehan beberapa rombongan santri itu rasanya membuat perasaanku tampak hangat. Rasanya seperti déjà vu. Aku kembali mengecek tiketku dan tanpa sadar kereta ini pernah membawaku ke tempat lain di waktu yang sama dan tahun berbeda.

Aku seperti sedang melihat kericuhan santri saat tak bisa duduk lantaran jalanan kereta masih terhalang oleh koper yang belum dinaikan ke bagasi. Kemudian tempat duduk yang berantakan hingga akhirnya aku melihat diri aku sendiri, memberanikan diri untuk duduk di sampingnya. Insiden tiket kereta hilang, hingga keusilannya malah membuat aku semakin panik.

Aku tersenyum sendiri. Rasanya seperti kemarin. Padahal sudah beberapa tahun yang lalu dan semuanya sudah memiliki keluarga kecil. Kini aku mulai faham, mungkin dibalik tiket yang sudah aku pesan sebelumnya kemudian dibatalkan adalah Allah ingin menghadiahkan aku perjalanan ini. Perjalanan dingin yang mengingatkan aku pada kejadian-kejadian yang dulu ku anggap menyebalkan tapi justru kini sangat kurindukan.

Dan perjalanan kali ini aku menemui keunikan lain. Passenger tadi yang membangunkan aku dan memintaku untuk geser lantaran salah kursi dia memilih untuk menggelar kardus di bawah kursi dan ternyata dia tidur di  bawah kursi. Selain itu passenger di depanku lantaran sampingnya masih kosong, dia bisa tidur menyamping dengan menekuk kakinya. Sementara itu rombongan santri itu rupanya masih ada beberapa yang terjaga dan memilih untuk saling berceloteh dengan temannya.

Terima kasih telah membawaku pada perjalanan pulang dan juga menjelajahi kenangan meski sekejap.


Love,

Ihat

Share: