Menjelajahi Kenangan dalam Sekejap

doc pribadi


Libur awal Ramadan kemarin memang bener-bener drama. Tiket udah dicancel duluan karena ternyata masih belum jam pulang. Pas mau pulang tiket kereta udah pada habis kemudian ketika hendak balik arah mau ke terminal macetnya ampun. Iseng buka aplikasi KAI access lagi dan ada satu yang masih kosong buru-buru aku ambil. Tanpa mikir panjang meski jadwalnya itu akan sampai ditujuan pada waktu dini hari, demi bisa pulang hari itu, aku ambil aja. Dan yup, that was my first time aku nongkrong sendirian malam-malam di stasiun.

Awalnya udah deg-degan gitu ya takut sepi atau gimana gitu tapi ternyata tidak. Justru semakin malam suasana stasiun jadi lebih ramai. Karena aku pesan tiket begitu tersisa satu jadi ya mau tidak mau tempat duduknya juga sisa kan. Ya sudahlah aku langsung kembali mengecek tiketku ketika memasuki gerbong kereta. Aku buru-buru menyimpan tas ku di bagasi kemudian langsung memejamkan mata sambil mendengarkan lagu sampai akhirnya aku dibangunkan oleh passenger lain kalau aku salah duduk. Meski agak jengkel karena hampir saja tertidur akupun akhirnya geser. Lalu tak lama ada beberapa rombongan santri yang mulai menduduki kursinya. Selang beberapa menit kereta mulai berjalan perlahan meninggalkan stasiun.

doc. pribadi

Suasana gerbong yang agak ramai dan juga celotehan beberapa rombongan santri itu rasanya membuat perasaanku tampak hangat. Rasanya seperti déjà vu. Aku kembali mengecek tiketku dan tanpa sadar kereta ini pernah membawaku ke tempat lain di waktu yang sama dan tahun berbeda.

Aku seperti sedang melihat kericuhan santri saat tak bisa duduk lantaran jalanan kereta masih terhalang oleh koper yang belum dinaikan ke bagasi. Kemudian tempat duduk yang berantakan hingga akhirnya aku melihat diri aku sendiri, memberanikan diri untuk duduk di sampingnya. Insiden tiket kereta hilang, hingga keusilannya malah membuat aku semakin panik.

Aku tersenyum sendiri. Rasanya seperti kemarin. Padahal sudah beberapa tahun yang lalu dan semuanya sudah memiliki keluarga kecil. Kini aku mulai faham, mungkin dibalik tiket yang sudah aku pesan sebelumnya kemudian dibatalkan adalah Allah ingin menghadiahkan aku perjalanan ini. Perjalanan dingin yang mengingatkan aku pada kejadian-kejadian yang dulu ku anggap menyebalkan tapi justru kini sangat kurindukan.

Dan perjalanan kali ini aku menemui keunikan lain. Passenger tadi yang membangunkan aku dan memintaku untuk geser lantaran salah kursi dia memilih untuk menggelar kardus di bawah kursi dan ternyata dia tidur di  bawah kursi. Selain itu passenger di depanku lantaran sampingnya masih kosong, dia bisa tidur menyamping dengan menekuk kakinya. Sementara itu rombongan santri itu rupanya masih ada beberapa yang terjaga dan memilih untuk saling berceloteh dengan temannya.

Terima kasih telah membawaku pada perjalanan pulang dan juga menjelajahi kenangan meski sekejap.


Love,

Ihat

0 Comments