When My Overthinking Comes

Foto oleh Olya Kobruseva dari Pexels


Hello everyone. Happy Eid Al-Fitr. Taqobbalallohu minna wa minkun. Aamiin. Mohon maaf lahir dan batin juga ya!

H-1 menjelang Idul Fitri, I didn't know why I was so messed up. I was messed up to face tomorrow, my Eid Fitri. I was not happy to celebrate my Eid. Besides, I was also afraid to meet my big family, I was afraid with their questions. Yang terkadang suka bikin menohok dan bikin sakit hati. Such as,

"Kuliah udah lulus?"
"Udah dapet kerja?"
"Kerja di mana?"
"Mana dong calonnya. Belum dikenalin juga."

And sederet pertanyaan lain yang pada umumnya selalu dilontarkan khas Idul Fitri yang ujung-ujungnya comparing each other. 

"Eh itu kan keponakan aku udah dapet kerja di perusahaan x gajinya enak, gede, bla bla..."

"Dia kemarin kan nikahnya biaya resepsinya ditanggung sama suaminya semuanya..."

Dalam hati ngebatin, mau hidup seenak gimanapun juga part gak enaknya pasti dapet. Kita liatnya cuma pekarangannya aja sih coba kalau masuk ke dalam belum tentu seindah pekarangannya kan?

Fatalnya hal itu bikin aku susah tidur dan ketakutan sendiri atas pertanyaan-pertanyaan yang aku bikin sendiri. Dasar si overthinking! Hidup sampe hari besok aja belum tentu. Malah mikirin hal-hal yang belum terjadi. Kayak gak punya Allah aja. 

And when morning came after doing shalat Ied, to be honest aku agak mogok ketika Mamah udah ngajak kita semua kumpul di rumah saudara. Aku agak mengulur-ngulur waktu karena sejatinya aku males dan gak mau ketemu keluarga besar dari bapak gegara fikiran-fikiran aneh semalam yang aku bikin sendiri. Tapi ya pada akhirnya aku ngikut. Berjalan, ngekor di belakang Mamah dengan hati yang harap-harap cemas.

"Kalau ditanya gitu harus jawab apa ya?"
"Kira-kira mereka bakal nanya apa ya?"

Sesampainya di sana,  we gathered together, saling maaf-memaafkan, dan tenggg! Ini nih moment yang kadang bikin akward. Beberapa pertanyaan mulai terlontar menghangatkan suasana, beruntung pertanyaan yang diarahkan ke aku gak ada sama sekali pertanyaan yang aku takutkan: yang menyinggung aku. Dan aku bisa rileks menjawabnya. Sedikit demi sedikit awan hitam di atas kepalaku memudar dan pergi. Bahkan yang bikin aku terharu itu beberapa saudara aku ada yang mendoakan aku biar segera ketemu jodoh yang sholeh, baik, dan mapan. Ya aku aminkan saja. 

Tahu tidak sebenarnya apa yang aku takutkan semalam dan malah bikin aku stress sendiri itu adalah ulah aku sendiri? Ulah atas prasangka-prasangka jelekku dan malah bikin otak aku mikir yang aneh-aneh. Dan itu semua berawal dari scrolling social media. Beberapa content yang appear adalah cara menjawab pertanyaan-pertanyaan aneh saat lebaran tiba. Lalu otakku salah respon dan akhirnya aku malah menciptakan rasa takut sendiri ketimbang mempersiapkan jawaban jika memang benar-benar akan ditanya hal yang tak diinginkan.

Terkadang kita terlalu khawatir dan takut atas hal yang belum terjadi. Padahal semua itu diluar kendali kita. Dan bahkan as I mentioned above belum tentu juga kan waktu kita masih ada untuk esok hari? Jadi kenapa mesti mengkhawatirkan esok hari yang belum tentu terjadi pada kita? Well, I mean iya kita harus punya rencana, harus. Memikirkan kemungkinan terburuknya bahkan iya harus biar kita punya rencana cadangan, tapi kalau terus terusan fokusnya di hal-hal buruk yang memang belum tentu terjadi justru akan membuat kita semakin down dan enggan untuk melakukannya karena udah takut duluan. Seperti aku yang udah takut duluan, jadi males kumpul keluarga, males ketemu keluarga. Faktanya apa? Mereka biasa-biasa aja kok. Gak nanya yang aneh-aneh. Bahkan mereka mendoakan kebaikan buat aku. 

"Katakanlah (Muhammad), "Aku tidak kuasa mendatangkan manfaat maupun menolak mudarat bagi diriku kecuali apa yang dikehendaki Allah. Sekiranya aku mengetahui yang ghaib, niscaya aku akan membuat kebajikan sebanyak - banyaknya dan tidak akan ditimpa bahaya. Aku hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman." (Q.S Al-A'raf : 188)

Setingkat Rasulullah saja tidak bisa membawakan manfaat atau menolak mudarat dan juga tidak tahu perkara ghaib. Lantas kita sebagai umatnya? Astaghfirullah 😭 As a moslem also, kalau kita banyak takutnya atas hidup ini berarti kita gak percaya atas ketetapannya Allah. Sebagaimana yang tertuang dalam Q.S Al-Hadid ayat 22 bahwa segala sesuatu sudah dituliskan di lauhul mahfudz. Lantas mengapa kita harus memikirkan hal-hal yang memang diluar kuasa kita? Bukankah Allah itu Al-'Aliim, Maha Mengetahui? Maha Mengetahui mana yang baik dan buruk bagi kita? 

Dan fikiran-fikiran jelek itu berasal dari syetan. Agar kita senantiasa ragu akan ketetapan Allah, ragu atas kuasa Allah, ragu atas pertolongan Allah. 

Menulis ini adalah salah satu cara agar overthinking aku sedikit demi sedikit berkurang. Because writing is one of my ways to be able to talk deeply with my self. Bukan maksud menggurui tapi sedang mengingatkan diri. 

"Bukankah Dia (Allah) yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya dan menghilangkan kesusahan dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemimpin) di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat." (Q.S An-Naml: 62)

Love,
Ihat

0 Comments