Dear kamu, Selamat!

 


Dear kamu,

Lama tak jumpa dan yang kudapati adalah kabar kamu telah meminang orang lain. Kaget, bahagia, sekaligus kecewa bercampur dalam hati. Cerita-certia imajinasiku mendadak luluh, hancur dan aku tak berdaya untuk melanjutkan kisah fiksi ini.

Kamu yang ku kira akan menjadi terakhir bagiku ternyata tidak. Bukan kamu orangnya. Kamu adalah harapan terakhir yang selalu aku panjatkan, rupanya hanya menjadi tempat persinggahan dan kisah yang sudah usai. Yang seharusnya sudah aku tutup lembarannya tujuh tahun yang lalu.

Doa yang kamu panjatkan yang pertama dan juga rupanya menjadi yang terakhir bagiku itu harusnya sudah menjadi bab akhir yang tak perlu aku lanjutkan lagi dengan paragraph baru berisi harapan-harapan kosong.

Aku kembali pada titik terendahku.

Kembali pada garis merah yang selama ini dengan susah payah aku telah menarik diri darinya.

Aku kembali terjerebab hanya karena kenyataan yang seolah-olah selalu menipuku.

Aku benci dibuat bahagia kemudian tak lama dibuat menderita

Aku benci pada cinta yang datang yang pada akhirnya hanya membuat aku kembali menjadi seperti orang gila.

Aku mulai membenci diriku sendiri karena begitu mudahnya terperdaya

Aku mulai merutuk pada diri sendiri

Sudah tak seharusnya kemarin aku mencarimu

Meminta kepada-Nya

Jelas dari awal kamu hanya datang sebagai pelangi di hidupku.

Yang hanya bisa dipandang namun tak bisa diraih.

Sudah sadar sekarang?

Yuk, kembali lagi berjalan untuk pulang pada rumah sendiri

Tak apa-apa sambil terseok-seok asal sampai

Doakan agar kamu bahagia dengan kehidupan barumu

Namun sungguh aku tak sanggup jika pertemuan pertama nanti setelah tujuh tahun tak jumpa

Kamu sudah menggandeng tangan seorang perempuan, yang tak lain dan tak bukan adalah istrimu.


Dan hujan mengguyur deras malam ini seolah meredam tangisku agar kamu tak mendengarnya. 


Love,

Ihat



0 Comments