Photo by Strange Happenings |
Sungguh, sulit bagi aku untuk bisa kembali membuka pintu hati. Sengaja semuanya sudah kubentengi tinggi-tinggi agar tak ada yang bisa menembus benteng pertahananku. Aku sudah muak dikasihani kemudian ditemani hingga akhirnya ditinggalkan karena memang dari awal bukan aku orang yang selama ini mereka cari.
Hingga hari yang tak terduga itu tiba. Seseorang datang, mulai mengganggu konsentrasi dan juga fokusku. Gerak-geriknya yang mencurigakan kerap kali menimbulkan pertanyaan. Meski prasangka-prasangka selalu aku tepis tapi kenyataan justru tidak membantah. Itu benar adanya.
Percakapan-percakapan mulai tercipta sampai akhirnya ada di satu titik di mana dia memborbardir benteng pertahananku dengan kalimat-kalimat yang memilukan dan aku benci kalimat-kalimat itu. Kalimat-kalimat yang terus-menerus merobohkan benteng pertahananku hingga akhirnya benteng itu roboh, hancur. Dan begitu mudahnya aku membiarkannya masuk ke dalam hati dan fikiranku yang kacau balau berantakan.
Dia mulai merapikannya dengan perlahan. Tanpa paksaan dan juga penghakiman membuatku hanyut akan perlakuan baiknya. Tatapannya, sikap tubuhnya yang tak pernah berpaling ke arah lain. Telinga dan fokusnya tetap ditujukan padaku begitu kisah menyedihkan itu kembali terucap dari bibirku walau terkadang kelu untuk bisa tercuap dan dia selalu membantu untuk melengkapinya.
Sikapnya yang terkadang manis atau berlebihan selalu membuatku mengerutkan kening. Maksudnya apa ya? Oh atau jangan-jangan akunya aja yang gr duluan.
Sampai kebenaran itu terungkap. Dia hanya sekedar ingin membantu tanpa bermaksud membuatku jatuh. Dan aku malah terperosok ke dalam jurang sendirian.
Aku yang pada awalnya mencoba membuka diri, berharap ini takkan menyakiti justru rasanya semakin membuatku tak percaya lagi pada siapaun nanti yang akan datang.
Setelah kejadian ini, aku tak ingin membuka diri lagi. Aku tak mau lagi membagikan kisah kelamku pada siapun yang nantinya mencoba untuk menorobos masuk lagi. Karena apa? Pada intinya aku hanya dikasihani saja. Dan aku tak suka dikasihani!
Aku yang belajar kembali membuka pintu hati, rupanya bukan aku yang dicari.
Miris, kecewa, marah, benci, kesal.
Semua perasaan itu bercampur aduk.
Tuhan aku benar-benar menyerah kali ini.
Ihat
Semoga diberi kekuatan untuk mengambil pembelajaran agar bersiap menerima tahapan hidup berikutnya. Salam kami.
ReplyDeleteAamiin Mba. Salam dari aku :)
Delete