Showing posts with label Catatan Harian. Show all posts
Showing posts with label Catatan Harian. Show all posts

This Is Because His Plan!

 

Photo by Hanny Naibaho on Unsplash

Bismillahirrahmanirrahiim...

Akhir-akhir kemarin aku jarang post ya, mohon maaf karena memang minggu-minggu kemarin sibuk mengurusi perpindahan. Perpindahan apa? Tentunya pindahan kerja. Jadi dari awal bulan Maret kemarin aku sudah dinyatakan resign dari tempat kerja aku sebelumnya, asrama tercinta yang memang almost 6.5 years I spent my time to dedicate there. Lama banget ya? Aku aja yang ngejalaninnya ngerasa kayak baru aja kemarin melangkahkan kaki masuk ke Pesantren ini, starting when I was 18 years old. When I didn’t know everything to know everything. Time flies so fast.

Honestly, I have a plan for resigning here because I want to fight my dream. In my plan, I will leave this boarding at the end of this semester. Maybe around on June. So when I got the information about job vacancy and it was suitable for me, I tried it. My application was accepted twice in different place but there was one thing that didn't support thus I didn’t continue it. And then on November 2021, I got the new information from my friend who lives in Bandung and I tried it again. I didn’t expect more and thought if this place will make myself be better and close to Allah, I believe that Allah will place me there. But if this place just will make me far from Allah, I believe that Allah will never give me that.

I forgot about my application who was send. Up till December came, I received the message from the employer that my application was accepted! After that, I followed to interview and  the result was accepted. Then, I was tested for teaching (micro teaching) in front of the supervisor and also the students. Again and again, I didn’t expect more but the result… I was accepted! Lastly, psychological test (psikotes). And yaa I passed it! Ya Allah.. Astaghfirullah, innalillahi wa alhamdulillah when I received this message and then I sujud syukur. I cried because this was not on my plan. My friends were happy to hear it but they were also sad because I would leave this place sooner.

Once more, semuanya benar-benar jauh dari rencana dan melesat cepat. Bandung is a one of my dreams which comes to me when I’m turning 24 years old.  

To all my beloved friends,

Unni. Thanks to always listen my unek-unek ๐Ÿ˜…atau dengerin Taecyeon/ Lee Min Ho ganteng yang aku udah bilang beribu kali tanpa bosan. Yang suka dirurusuh buat cepetan mandi because you’re so hard to take a bath but the soonest kalau mandi. Yang emang bukan bener-bener bestie pas aku lagi tenggelam di kolam renang ๐Ÿ˜ฅ. Well, thanks for your letter. I cried when I read it. Huhuuuu๐Ÿ˜ญ. Thanks for supporting me! Your letter will be pasted in my diary. Ehehhhh.

Ummi Iwin and Ustadz Opik thanks for always giving advice for me. Entah itu soal pekerjaan, jodoh  ๐Ÿ˜ or sometimes always made me jealous karena suka minta tolong fotoin berdua wkwkw. Makasih karena suka ngajak jalan-jalan. Pangandaran, Pameungpeuk, walau kadang akunya susah diajak main hehehehhhh.

Teh Tia. Temen sekasur dulu pas masih single. Temen ngobrol soal novel, drakor jaman dulu yang belum aku tonton, soal hafalan Al-Qur’an, ngaji, sekolah. Ah pokoknya apapun itu pasti suka diobrolkan hihiiii.

Wa Ichan. Mohon maaf yang suka dipinjem hpnya buat main games, yang suka ngajak jajan kalau piket bareng, atau enggak aku yang suka ngabisin makanan Wa Ichan heheehhhh. Yang suka nitip nasi telor Teh Tati ๐Ÿ˜‚.

Tuti. Yang dari awal pendiam banget, terus sakit dianterin. Orang yang pertama kali suka dibangunin kalau tengah malem bangun. Kalau apa-apa aku suka minta dianter๐Ÿ˜… atau kalau piket malem kalau aku lagi susah tidur dan dia lagi tidur suka diganggu biar dia gak tidur karena saking takutnya ๐Ÿ˜‚mohon maaf ya.

Keke. Partner aku yang tegas ke adonya. Temen nyanyi di ruangan. Yang suka tidur paling akhir. Yang suka riweuh kalau ada panggilan dari luar negeri ๐Ÿ˜†yang sama-sama kalau ada kecoa ributnya ampun ๐Ÿ˜‚ I will miss it when we were finding a cockroach. Pernah sampai rebutan naik kasur gegara si kecoa yang jalan-jalan ke sana- ke mari dan ngebangunin orang yang lagi tidur๐Ÿ˜†.

Arum. Yang suka cerita soal ke insecure-an bikin aku jadi ngerasa ada temen bahwa aku gak sendirian kok yang mikirin hal itu. Yang suka ngejajanin, yang pernah dibikin kesel karena insiden naik sepeda malem pas di Pangandaran. That’s unforgettable moment! Always make me laugh when I’m remembering it.

Dina. Yang sama-sama takut kecoa. Yang sama-sama penakut. Yang tengah malem pernah tiba-tiba duduk kayak hantu, atau tengah malem tiba-tiba teriak bikin aku bangun dan marah-marah ๐Ÿ˜… yang pernah aku marahin di Pangandaram pas lagi snorkelling. I’m so sorry for that.๐Ÿ˜‚

Tita. Yang apa-apa serius apalagi kalau udah nonton susah dipanggilnya. Yang sama-sama ingin punya dream catcher gegara nonton The Heirs. Yang kalau udah ngomong bahasa Sunda pasti bahasanya terdengar asing di telinga.

Silfi. Iprit! Wkwwk. Yang kalau  ngomong ada aja hal yang bikin kita ketawa. Yang suka Doraemon. Yang apa-apa kalau get problems larinya minta nikah.  Please yaa nikah bukan solusi atas masalah-masalah kita saat ini. ๐Ÿ˜…Yang suka naik gunung bahkan dia melabeli dirinya dengan sebutan anak gunung.

Teh Yunisa. Yang anaknya suka aku ambil tanpa bilang dulu ke emaknya. Abis itu aku biarin dan malah yang lain yang ngasuhnya ๐Ÿ˜‚.

Teh Yuni. Kalau piket pasti bawa makanan. Yang jadi tumbal buat ngisi kelas 12 kalau lagi jamkos. Yang sama-sama pernah harap-harap cemas kalau hari Ahad tiba๐Ÿ˜‚ .

Kiki. Yang baru masuk. Yang apa-apa diem gak banyak omel ini-itu. Paling nanya diam-diam ๐Ÿ˜‚, yang rajin tahajud. Semoga Mamah cepet sehat ya.

Pak Iiq. Yang apa-apa pasti minta tolong heheee. Di mulai dari zaman jaga lab karena gak punya laptop jadi ya lumayan sambil nunggu sambil ikut search, ngerjain tugas. Ikutan ngeprint karena deadline. Yang suka ikut diririweuh karena anak-anak. Thanks a bunch Pak Iiq!   

Ustadz Heru. Terakhir kemaren yang ngeh dan nyadar kalau aku itu tenggelam. Thanks for saving me! Huhuuu. Yang suka julid kadang.

Teh Miftah. Yang bermutasi dari Murobbiyah menjadi Ustadzah terima kasih atas segala ilmu dan nasihatnya yang pernah diberikan. Yang sering ngasih traktiran jajanan hehee.

Ustdzah Eulis, Ustadz Budi terima kasih sudah mau membimbing, mengarahkan dan mengingatkan. Anak-anak asuh aku, Indirect terkhusus ruang 16, 17, 18, 19 & 1 terima kasih atas segala kenangannya. Suratnya yang bikin aku meleleh dan nangis.

Dan untuk seluruh warga Pesantren yang tak bisa aku sebutkan satu persatu. Jazakallohu khoiran katsiira. Terima kasih atas segala kebaikan-kebaikan dan juga kesempatan yang telah diberikan. And I never regret that I’ve ever met all of you in my life. I'm so grateful for our moments together!

Untuk segela rencana yang hanya bisa kita rencanakan. Maka sepenuhnya mari kita serahkan rencana kita pada Yang Maha Pemilik rencana terbesar se alam semesta, Allah SWT.  


Love,

Ihat

Share:

Aku Takut Kecoa, Kamu ?

 

www.canva.com

Bismillahirrahmanirrahiim

Takut Kecoa? Ada yang sama?

Literally tadinya aku gak akan nulis ini. Cuma pas mau nulis kebelet pengen buang air kecil dan pas mau masuk ke kamar mandi, Astaghfirullah! Itu kecoa entah datang dari mana lagi mondar-mandir di belakang kloset bikin aku bergidik dan bingung harus diapain biar mati. Semprotan buat pembunuh serangga belum beli, padahal tadi pagi pas ditelfon Mamah bilang suruh beli. Biar pas dateng tuh si kecoa langsung semprot dan nanti juga mati sendiri jadi bisa langsung dibuang kecoanya. Because she knows that I'm so scared with cockroach.

Bingung harus diapain, teriak minta tolong tetangga ya kali mereka dari kemaren pintunya nutup terus dan keluar cuma kalau mau masak doang di dapur umum ( I wanna cry with this situation. I know it’s the first time for me so I’m not used with this ๐Ÿ˜ญ). Kebiasaan 6 tahun lebih di asrama kalau ada kecoa ya auto teriak, lari pontang-panting dari ujung ruangan ke ujung ruangan dan nanti giliran Unni sama Tuti yang beraksi. (Selain aku ada Keke sama Dina yang sama-sama takut kecoa jadi suka teriak berjama'ah dan berebut tempat yang aman. Kan jadi kangen kan karena takutnya bareng-bareng gak sendirian๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜†). Atau kalau lagi di rumah, pasti bakal teriak-teriak manggil, “Mamaahh… Mamaahhh…” “Bapakk… Bapakk…” habis itu Bapak akan bawa sapu buat mukul si kecoa atau Mamah dengan membawa semprotan pembunuh serangga.

And now? Mau gak mau aku harus beraksi sendiri. Bermodalkan cairan pembersih wc yang aku arahkan ke si kecoa malah bikin si kecoa lari terbirit-birit muterin isi kamar mandi๐Ÿ˜ข. Udah puyeng kayaknya eh malah mau naik keluar dari kamar mandi. Panik lah! I immediately brought a broom dan aku pukul langsung si kecoanya eh si kecoanya malah mau terbang malah bikin aku ngejerit! Untungnya gak kenceng amet karena aku tahu nanti malah menimbulkan kepanikan bagi yang lain. Masa gegara kecoa heboh. Kan nanti gitu ๐Ÿ˜”. Ok. Masih dengan pegang sapu, si kecoa bener-bener keluar dari toilet dan lari ke pojokan deket botol gas kecil. Memaksakan diri untuk berani padahal sebenarnya takut setengah mati, aku mencoba buat neken si botol ke dinding dan alhasil si kecoa malah keluar mau lari ke arah aku tapi malah balik lagi ke belakang si botol. Duh udah pengen nangis! Mana di luar hujan lagi, petirnya nyamber gede! Aku tarik nafas coba buat sekali lagi meski dengan perasaan takut  sampai akhirnya aku mengulanginya hingga 3x. Dan di ketiga kalinya ini lah akhirnya si kecoa udah mulai gak berdaya dengan keadaan terbalik. Yes! Buru-buru aku seret pakai sapu meski dengan was-was dan pas aku buang ke luar ruangan nihil! Itu se kecoa entah lari ke mana. Lho bukannya tadi udah kebalik ya?

Aku cek lagi dan dia lari lagi ke pojokan itu! Arghh!!! Aku kembali lagi melakukan hal yang sama, memukul itu si kecoa hingga terbalik lalu aku seret hati-hati meski dengan hati yang super duper ketakutan dan taraaaaa dia akhirnya mati di teras kosan ku.

Kalau ditanya kenapa takut sama kecoa, ya takut. Asli TAKUT! Apalagi pas terbangnya iihhhh pokoknya. Aku yang biasanya selalu mengandalkan teman-teman, Mamah, Bapak, kini mau gak mau harus menghadapi rasa ketakutan itu sendirian. Gak enak sih. Tapi ya kali mau dibiarin aja itu kecoa berkeliaran di kamar mandi dan harus nahan pipis? Gak juga kan?

Punya pengalaman yang sama soal kecoa? Share with me here!

“Keadaan benar-benar membuatku harus menghadapi dan melawan rasa takut sendirian.”


Cheers,

Ihat

Share:

Dikasih Waktu Buat Balik Lagi Ke Zaman SMA?!

Photo by THIS IS ZUN from Pexels


Bismillahirrahmanirrahiim

Mari berandai-andai…

The question is what did you do if you could turn back your time when you at Senior High School?

Hmm kalau dalam grammar ini termasuk dalam contoh conditional sentences type 2. Artinya impossible hihii. Tapi gak apa-apa sih, cuma mau lihat diri saya di masa lalu oleh saya yang sedang berada di masa kini.

Well, kata orang masa SMA itu adalah masa yang paling indah. Ya bisa dibilang gitu sih. Meski kenyatannya masa pahitnya juga dapet hahaa. Nah kalau emang dikasih kesempatan buat turn back ke masa itu maka jawabannya saya exactly, I would reset about everything that has happened. Hahaaa gak mungkin banget! Lol!

1. Belajar lebih dimaksimalkan

Seandainya saya bisa balik lagi ke bangku SMA tentu hal pertama yang ingin saya perbaiki adalah usaha saya dalam belajar. Meski iya dulu juga saya rajin belajar tapi rasanya kurang maksimal aja. Apalagi dipelajaran tertentu saya suka tidur. Ya Allah forgive me. Ngerasa dosa banget kalau inget ini sekarang. Ilmunya jadi gak dapet karena tidur di kelas atau enggak gak merhatiin guru atau paling oarah seolah-olah merhatiin tapi fikiran lagi melayang ke mana gitu. Kadang suka nyesel aja kenapa dulu gak mati-matian belajar kayak Kang Sol A di drakor Law School. Hehee. Tapi ya mau gimana lagi saya cuma bisa ceritain ini ke anak-anak asuh saya biar gak nyesel kayak saya atau ke adik saya.

2. Stop for loving someone who never love yourself

Ha! Ini memang kebodohan saya selama masa SMA. Uhh kalau aja bisa dikembalikan lagi waktu, saya mau langsung cabut perasaan saya itu dan lebih memilih untuk fokus mencintai diri saya sendiri. Saya sadar diri saya amat berharga dari pada perasaan bodoh itu. Tapi ya mau gimana lagi. Mungkin itu adalah salah satu fase kehidupan yang harus saya jalani. Meski menyakitkan pada saat itu, tapi saat ini kalau difikir-fikir lucu juga dan kadang bilang ke diri sendiri kok saya waktu itu mau ya dibego-begoin sama kelakuan dia? Tau gitu udah saya jauhin bahkan gak akan saya ladenin dari pada ujung-ujungnya cuma bikin saya jatuh sendirian.

3. Ambil kerja part time

Satu lagi yang saya sesalkan kenapa gak dari dulu saya mulai. Yap soal kerja! Meski pas zaman sekolah saya dulu saya suka berjualan dan di awal kelas 12 saya mulai mengajar kadang ya kalau liat dari kaca mata sekarang kenapa gak dimulai dari pas kelas X? Ya kerja apa kek yang emang bisa part time. Entah itu jadi kasir, penyiar radio, biar banyak pengalaman aja gitu. Tapi ya dulu gak mikir ke sana sih, Mikirnya cuma fokus buat sekolah aja belum ngerti duit. Heheee.

Semua yang saya tulis ini emang udah mustahil terjadi tapi setidaknya hal-hal yang menurut saya ini berharga sekali bisa saya sampaikan ke adik-adik saya, ke anak-anak asuh saya, atau mungkin ke anak saya sendiri nanti biar mereka bisa ambil hikmah dari pengalaman saya. Berharap mereka lebih baik dari saya dan enggak nyesel kayak saya sekarang. Saya yakin kok orang akan lebih tertarik untuk mendengarkan cerita apalagi ceritanya based on experience/true story ketimbang dinasehatin.

Cheers,



Share:

Kalau Lihat Ikan Lumba-Lumba Jadi Ingat...

Photo by รdรกm Berkecz on Unsplash

Bismillahirrahmanirrahiim

Sore tadi ketika aku sedang memeriksa gambar hasil anak-anak, ada seorang anak yang menggambar seorang anak perempuan sedang dicium oleh ikan lumba-lumba. Aku tertegun dan cukup lama memandangi gambar itu di layar komputer. Aku tersenyum kecut mengingat aku tidak pernah ada diposisi si anak perempuan yang ada digambar ini.

Aku jadi inget masa TK aku. Let me tell you here.

Usiaku saat itu lima tahun. Anak TK yang kalau berangkat ke sekolah tuh gak pernah diantar. Jarak antara rumah dengan sekolah lumayan lah sekitar 650 meter pas aku cek sekarang pakai Google Maps. Jalan kaki sendiri atau bareng sama temen-temen yang lain tapi sih seringnya sendiri. Kalau zaman sekarang udah jarang ya anak TK jalan sendiri sekolah. Rata-rata diantar naik motor kan? Zaman aku dulu sih udah biasa anak ke sekolah sendiri. Jadi waktu itu sekolah aku ngadain semacam apa ya kayak main gitu lah atau kunjungan kali ya namanya? Ya pokoknya waktu itu diluar hari sekolah kalau gak salah, sekolah aku ngadain kunjungan buat nonton pertunjukan lumba-lumba tepatnya di acara festival kota. Sekolah ngasih pilihan antara orang tua boleh ikut tapi bayarnya double, atau yang gak ikut orang tuanya juga gak apa-apa karena semua guru ikut dan mendampingi juga. Orang tua aku pilih yang, ok kamu berangkat sendiri. Dan saat itu aku sebagai anak pertama yang gak punya pengalaman apa-apa (maksudnya pengalaman dari Kakak, iyalah namanya juga anak pertama) cuma ngangguk-ngangguk aja yang penting udah ikut aja asik kan nonton lumba-lumba.

Besoknya pas mau berangkat Mamah ngasih aku bekel makanan yang dimasukin ke kotak makanan. Aku lupa lagi makanannya apa yang jelas yang masih ingat makanan pasar lah ya dan juga uang Rp. 1000,-. Ini lebih gede dari uang jajanku yang biasanya cuma Rp. 500,-. Hanya saja Bapakku menegur Mamah kok ngasihnya cuma seribu dan Bapak ngambil uang aku yang seribu itu dan menggantinya dengan uang Rp. 5000,-. Waw! Lima ribu! Zaman dulu tahun 2003 duit lima ribu berharga banget! Bisa jajan sepuasnya! Ok. Aku dianterin dulu ke sekolah sebelum Bapak pergi ke bengkel, dibonceng naik sepeda. Sementara itu Mamah seperti biasa pergi ke rumah Ua buat bantu-bantu.

Sesampainya di depan sekolah, Bapak wanti-wanti sama aku soal uang, jangan hilang terus kalau bisa harus ada sisanya. Aku saat itu cuma iya iya aja, salim lalu berhamburan masuk kelas dengan perasaan bahagia. Namun begitu aku masuk kelas beberapa orang tua murid justru banyak yang ikut. Aku sih gak peduli banget ya waktu itu. Nah sebelum berangkat itu aku sama temen-temen jajan dulu di sekolah sampai akhirnya kembalian uang aku yang jumlahnya tiga ribu itu, aku langsung masukin aja ke kantong celana seragam aku. Dan tanpa aku sadari lagi itu kantong celananya ternyata dangkal banget. Dengan uang seribuan lembaran yang gak aku lipet rapih dan aku masukin langsung gitu ke aja ke kantong celana aku itu ternyata uangnya jatuh tepat di ambang pintu! Teman-teman aku yang lain pada ribut itu uang siapa yang jatuh. Aku yang liatnya masa bodo. Karena aku fikir  uang aku kan aman ada di kantong celana. Dan pada saat itu parahnya lagi aku gak ngecek uang aku masih ada apa enggak.

Berangkatlah kita ke festival kota itu naik kereta odong-odong. Sesampainya di sana tentu kita jalan ya, mengitari festival itu sendiri. Agak siangan kayaknya ketika sampai di acara pertunjukan lumba-lumba itu. aku buru-buru membuka bekal yang tadi disiapkan mamah dan memakannya begitu sampai di sana. Air minum pun aku cuma bawa sedikit. Ternyata acara lumba-lumba itu cukup lama lah ya (mungkin karena aku masih kecil waktu itu). nah pas diakhir acara si penjaganya bilang yang mau diphoto sama lumba-lumbanya bisa mendaftar terlebih dahulu dengan membayar Rp. 20.000,- Aku buru-buru merogoh isi saku celanaku dan aku langsung panik begitu ternyata isi saku celanaku kosong! Aku teringat uang yang tadi jatuh diambangppintu kelas. Jangan-jangan tadi  itu uang aku yang jatuh? Sementara itu teman-teman aku yang membawa uang lebih  udah ikut mendaftar, apalagi yang ikut bersama orang tuanya. Aku cuma menatap mereka dengan tatapan nanar kalau harus aku expresikan sekarang. Cuma waktu itu karena aku gak ngerti sama emosi yang aku rasakan saat itu, saat liat mereka antri buat diphoto rasanya kok sakit ya. Kenapa Mamah aku gak ikut juga sama aku di sini? Padahal pengen banget diphoto sambil dicium lumba-lumba.

Beberapa temanku yang sudah mendapatkan cetakan photonya langsung lonjak-lonjak bahagia sambil memamerkan cetakan photonya itu kepadanya ibunya, sementara aku yang masih duduk di kursi penonton cuma bisa nonton sambil kefikiran uang itu ilang ke mana

Hari semakin siang dan perut aku juga udah mulai keroncongan. Selain itu aku pun kehausan. Aku menahan lapar dan haus sejak menonton pertunjukkan lumba-lumba tadi. Dan setelah menonton pertunjukkan lumba-lumba itu acara dilanjutkan dengan belanja. Jadi bagi anak-anak yang mau belanja silahkan, apalagi yang sama orang tuanya. Aku saat itu karena sendirian gak tahu harus pergi kemana. Aku cuma membuntuti rombongan sambil menahan rasa lapar dan haus. Sementara itu fikiranku kembali pada uang yang hilang itu karena takut nanti kalau pulang ke rumah dan ditanyai Bapak terus aku jawab hilang Bapak pasti akan marah besar. Sepanjang jalan udahlah panas, pusing karena aku berjalan dikelilingi oleh orang-orang dewasa yang emang tinggi-tinggi ya jadi pusing gitu. Sambil megang perut karena lapar dan saat itu aku gak menemukan guru aku. Guru aku entah pergi ke mana. Saat itu yang ada difikiranku cuma pengen buru-buru naik kereta odong-odong dan sampai sekolah habis itu pulang.

Begitu sampai sekolah aku pulang sendirian. Tidak dijemput dan harus berjalan kaki menuju rumah. Sementara itu uang kan udah gak punya, minum juga udah habis. Aku berjalan sendiri menuju rumah sambil menahan rasa haus dan lapar. Belum lagi panasnya terik matahari. Sekitar 10-15 menit aku baru bisa sampai rumah. Waktu itu yang aku ingat begitu sampai rumah, Mamah udah pulang dari rumah Ua karena memang jamnya untuk sholat dzuhur. Nah sesampainya di rumah itu aku langsung ganti baju , mengambil air minum, makan, sholat, habis itu ya pergi tidur. Mamah aku gak bilang apapun dan aku juga tidak mengatakan apapun karena aku lelah dan aku takut kalau aku bilang aku haus dan lapar selama di sana terus mereka jawab kan dikasih uang lebih terus aku jawab uangnya hilang, mereka akan memarahiku. Nah waktu itu Bapak aku juga udah pulang dari bengkel terus Bapak nanya uangnya nyisa atau enggak ya aku jawab uangnya habis soalnya aku haus. Padahal yang terjadi sebenarnya uangnya hilang dan aku kehausan selama di festival itu.

Aku gak berani cerita ini ke mereka sampai akhirnya kisah aku ini kembali terulang ke adek aku.

Pas aku lagi di asrama, Mamah nelfon aku bilang katanya adek aku ada acara renang di sekolah dan orang tua boleh ikut atau enggak (kondisi sekarang jauh berbeda dengan yang dulu. Mamah dulu dingin dan cuek beda dengan sekarang. Dan aku lebih dekat sekarang dengan Mamah termasuk dengan Bapak.) otomatis aku langsung ngambek dong begitu Mamah bilang Mamah gak akan ikut karena jualan. Aku bilang Mamah harus ikut, kalau soal biaya biar aku yang bayar. Aku kembali teringat kejadian aku dulu dan aku gak mau kejadian itu terulang lagi ke ade aku. Tapi takdir berkata lain…

Begitu aku pulang ke rumah karena di asrama sedang gak ada jadwal, Bapak cerita sama aku kalau Mamah aku ternyata gak ikut ke acara renangnya ade aku karena gurunya bilang kalaupun orang tua gak ikut tetap ada guru yang memantau. Ah bullshit! Dalam hati aku.  Alhasil adek aku sendirian ke sana dan saat itu tetangga aku yang ikut ke acara renang itu ngomel-ngomel ke Bapak aku lantaran adek aku kasian banget gak ada yang ngurusin, bajunya basah, dll. Bapak aku langsung pergi ke skeolah buat jemput adek aku. Dan Bapak gak tega banget liat kondisi ade aku yang iya cuma liat sana-sini sambil bengong. Aku cuma nelen ludah aja karena gak tahan aku juga punya pengalaman yang sama dulu.

Dan pengalaman aku itu baru aku sampaikan kebenarannya ke mereka pas aku usia 22 tahun. Mamah aku cuma diam dan terlihat ngerasa berasalah banget sampai kalau tiap kita ngumpul dan ngomongin soal itu Mamah tuh langsung menitikan air mata dan suka minta buat berhenti cerita tentang itu. Aku sadar kok dengan sifat Mamah yang mudah percaya sama omongan orang.

Makannya kalau pergi ke festival bayang-bayang aku kecil dulu tuh suka tiba-tiba datang aja. Atau enggak iya kalau liat gambar lumba-lumba. Langsung keingetan momen itu. Dan sebelumnya aku pernah cerita soal ini ke teman-teman aku, sayangnya dari mereka cuma bilang, itu sih biasa aja. Atau enggak, lebai cerita gitu doang nangis. Semenjak saat itu aku tak ingin lagi berbagi kisahku yang memang menurutku sangat menyedihkan pada orang lain. Cukup ditulis di sini saja. Karena dengan menulis aku bisa bebas menyampaikan apa yang ingin aku sampaikan dan apa yang aku rasakan.

Dari pengalaman aku ini aku cuma mau nulis poin-poinnya aja buat bekal nanti kalau aku udah nikah dan punya anak:

  1. As a mother ternyata harus serba tahu segalanya, meski kamu tidak mengalaminya dulu di masa kamu kecil atau karena baru punya anak, kamu bisa bertanya kepada orang lain atau rajin baca.
  2. Kalau ada acara di sekolah terus kalau orang tua sekiranya boleh ikut dan anak masih kecil lebih baik ikut.
  3. Sebagai orang tua ternyata jangan langsung menyalahkan si anak kalau si anak berbuat salah. Kasusku kan begitu karena sebelumnya-sebelumnya orang tua aku, terutama Bapak yang suka marah dan ngasih hukuman kalau aku salah maka di kasus ini aku memilih berbohong dari pada harus dimarahi dan mendapat hukuman.
  4. Sebagai guru kalau mengadakan acara seperti ini harus extra perhatian pada murid yang tidak didampingi oleh orang tuanya.
  5. Suatu saat nanti jika aku menjadi seorang Ibu, aku ingin lebih perhatian pada anak aku. Aku ingin anak aku kelak bisa mencurahkan segala isi hatinya tanpa menyalahkan dan juga menggurui.

Tapi soal lumba-lumba ternyata gak sampai di situ. Lumba-lumba juga mengingatkan aku pada seseorang yang selama ini selalu aku harapkan ternyata dia meminang orang lain di saat ribuan pertanyaan untuk dia belum aku sampaikan.

Ya udah sih mau gimana lagi. Setiap tanya kadang gak butuh jawaban cuma butuh penerimaan aja. Bener gak?

Love,



Share:

FULATION: Congrats and See U at The Top!


Doc. Pribadi

Bismillahirrohmanirrohim

Anak-anakku sekalian, FULATION yang disayang Allah, bagaimana kabarnya? Semoga senantiasa sehat dan ada dalam lindungan Allah SWT. Aamiin. 

Well, congratulations on your graduation! Alhamdulillah kalian bisa melewati semua tantangan demi tantangan selama tinggal di Pesantren hingga akhirnya kalian bisa menyelesaikannya sampai ke garis finish. Tepatnya tanggal 6 Juli tadi kalian telah resmi menjadi alumni. Ukhti doakan semoga ilmu yang sudah kalian dapatkan selama di Pesantren senantiasa tetap diamalkan di kehidupan sehari-hari dan menjadi penjaga kalian dalam mengarungi kehidupan ini. Udah yaa Ukhti gak akan lagi bangunin kalian tiap pagi, gak akan lagi ngomel-ngomel karena kalian susah bangun, terlambat ke sekolah, kerudung sama kaos kaki pendek, ruangan berantakan, piring, sendok, botol minum yang disimpan di mana aja. Gak akan lagi ngomel-ngomel sambil maksa buat ke klinik, maksa kalian harus banyak makan dan minum. Gak akan lagi nganter ke klinik, manggil-manggil kalian karena ada telfon atau WhatsApp, atau manggil-manggil kalian lantaran hp kecil belum juga dibalikin. Hehee.

Dikesempatan yang baik ini, Ukhti mau minta maaf yang sebesarnya-besarnya sama kalian. Maafin Ukhti yang mungkin tiap pagi bikin kalian bete, sebel, rungsing :D. Maafin Ukhti juga yang bisa jadi tanpa sengaja pilih kasih, walau hal itu sebenarnya selalu Ukhti jauhin sebisa mungkin. Bagi kalian yang pernah kebentak, kemarahin sama Ukhti padahal bukan kalian yang salahnya, yang pernah ke razia hp, rambut, celana pendek karena ya itu udah tugas Ukhti ๐Ÿ˜€ atau yang pernah terabaikan karena Ukhti harus ngurus  lain hal. Ukhti minta maaf ya. Untuk barang, makanan, uang atau apapun itu takutnya ada yang ke makan atau ke pake, atau ada yang hilang mohon keikhlasannya. Maaf untuk segala kesalahan, kekurangan, dan kekhilafan Ukhti selama enam atau bahkan tiga tahun terakhir ini. 

Ukhti sangat bersyukur bisa kenal dan mengasuh kalian. Kalian adalah murid Ukhti yang rupa-rupa warnanya, sekaligus teman dan partner selama di Pesantren. Terima kasih karena selalu pengertian, mau sama-sama bekerja sama, dan yang tak kalah adalah secara tidak langsung Ukhti belajar banyak hal dari kalian. You are the best thing that I have ever had. 

Selamat buat anak-anak Ukhti  yang sudah mendapatkan impiannya, yang belum jangan patah semangat. Karena yang terbaik tak selalu mesti datang cepat dan yang buruk tak mesti datang terlambat. Setiap orang punya timing nya masing-masing. Semangat ya!

Finally, congrats and see you at the top! Mari sama-sama mendoakan semoga dilain kesempatan kita bisa berjumpa kembali. Love you!

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

With love,

Siti Solihat


Share:

Momen Ketika Wisuda

Photo by RUT MIIT on Unsplash


Bismillahirrahmanirrahiim

Kalau ditanya,

Momen apa sih yang paling berkesan ketika wisuda?

Mmm… In my opinion sih gak ada. There was no special because we celebrated our graduation at home. We just sat down in front of the laptop and also made sure the signal was stable. Kalau unstable kebayang dong gimana apalagi pas pemanggilan nama, cuma itu doang sih yang ditunggu-tunggu dari awal habis itu di-screenshot, and finally upload in our social media. Just it.

Kalau pas pemidahan tali toga gimana?

Ya gak gimana-gimana sih. Waktu itu yang mindahin tali toga Mamah, itupun pas Mamah lagi cuci piring dan langsung lari-lari kecil dari dapur pas dibilang sama rektor buat dipindahin tali toganya. Pas graduation orang tua aku tetep jualan, as usually. And they said to me kalau misalkan gak online kayak gitu mereka juga bakal libur jualannya. Ya iyalah moment seumur hidup sekali (kalau buat saat ini ya, gak tau nanti apa bakal wisuda lagi ๐Ÿ˜€ dalam artian aku kuliah lagi aamiin) dan mereka hadir gitukan di acara yang emang sangat dinanti-nanti dari pas aku kuliah tingkat 1. Cuma ya qadarullah harus berjalan seperti ini. Tapi I’m so thankful to Allah, Alhamdulillah even I late to complete my study. Lebih satu semester sih. But it’s ok. I’m so proud of myself.

Ini berarti kan di rumah ya acara wisudanya, ada yang ngasih bunga gak ke rumah?

Iya exactly I celebrated it at my home. Kalau yang ngasih bunga gak ada sih, tapi mm.. kalau yang ngasih boneka wisuda ada. She is my best friend. Jadi sepulang dia nge-private English, she came at my home, she said to me that she just wanted taking picture with me. And so surprised I think, she brought the big bag paper and yah that was a gift for my graduation. Well, thanks a lot Teh Dini!

Oh iya, I remember, jadi H-1 nya itu my friends yang satu asrama sama aku ini, temen kerjaan ya maksudnya, mereka ngajakin aku buat photo studio. Dan mereka minta buat bawa aja baju wisudanya, even the graduation was tomorrow. Awalnya aku nolak, dalam hatiku masa iya sih wisudanya kan besok masa photo-photo pake baju wisudanya udah dari sekarang? Tapi ya they are so kind and they promised me for uploading the photo tomorrow. Jadi pas aku lagi wisuda baru mereka upload. Dan yah Alhamdulillah gak aku tolak. Aku dateng ke studio photonya saat itu dan kayaknya nyesel deh kalau aku nolak. Terharu banget pas sampai sana. Maksudnya ya mereka se care itu sama aku. Dan pas bagian bayar juga kalau liat kondisi kan harusnya aku ya yang bayarin secara yang punya hajatannya itu aku kan, but mereka bayar masing-masing. Duh pokoknya itu kado terbaik deh yang mereka kasih buat aku. And I wanna say thanks a bunch for Teteh, Teh Siti Rohayati, thanks for your idea. Aku aja gak kefikiran sampai sana buat photo-photo bareng sama temen seasrama. It was a brilliant idea.

Apa aja sih persiapan yang dilakukan buat wisuda?

Meski online ya, aku antusias banget buat merayakannya. Secara ini hasil dari kerja keras aku selama 4,5 tahun gitu kan. Aku mikirnya masa iya sih gak ada persiapannya. Ya maksudku, misal dari mulai kuota aku isi full H-1 nya itu, gak mau lah pas hari H nya tiba-tiba layarnya berhenti karena kuotanya habis. Bahkan aku sampai beli kartu baru. Besides, I also prepared for my makeup. Jadi dari awal aku beli beberapa produk dan aku belajar sendiri, belajar dari YouTube; cara makeup buat wisuda. Meski hasilnya abal-abal hehee tapi aku puas. Terus buat bajunya aku pake baju gamis aja, kado dari orang tua santri asuh aku. Awalnya aku mau jahit baju kebaya, kebaya gamis gitu. Cuma dananya aku pakai buat lunasin biaya wisuda aku, jadi gak jadi deh. Dan harganya lumayan juga lah, orang badan aku kebilang gede hehee. Dan H-1 itu sebelum aku pergi photo studio bareng temen-temen aku itu, paginya aku setrika baju gamisnya, baju wisudanya juga.

Ah ya! Ada satu moment yang sebenarnya bikin aku terharu plus kalau diingat bikin nangis sih. Jadi sehabis pulang photo studio itu, aku minta antar ke Bapak aku buat beli buket bunga. Tadinya kan mau beli ke temen ternyata temen aku lagi off dulu. Ya udah sore itu Bapak aku temenin aku buat cari itu buket bunga. Udah ke beberapa florits dan ternyata harganya lumayan lah. Dan saat itu gak ada satupun dari buket bunga yang aku suka. Aku fikirnya kalau aku gak suka kenapa aku mesti beli? Gak apa-apalah besok photo wisudanya gak pake buket bunga. Kataku gitu. Waktu itu udah ke tiga toko bunga, gak ada yang cocok dan udah mulai hujan juga ya jadi aku sama Bapak langsung pulang aja.

Ketika di rumah aku sempet ngedumel sendiri sih, kenapa gak dari kemaren-kemaren nyari, scroll di internet gitu. Sampai Mamah aku bingung sendiri, katanya apalagi yang harus dicari? Emang buket bunga buat apa? Kemudian aku jawab gini,

“Mah buket bunga itu sebagai hadiah pas acara wisudaan. Biasanya mereka tuh dapet buket bunga dari temen-temennya atau dari orang tuanya. Ya soalnya kan gak bakal ada yang kasih buket bunga ke aku jadi aku beli sendiri sebagai hadiah buat diri aku sendiri.”

Dan aku langsung diem begitu sadar aku jawab gitu. Sebenarnya gak ada maksud buat nyindir Mamah aku. Aku sadar, Mamah aku sama Bapak aku kan lulusan SD. Mereka baru akan mengalami momen wisuda ini besok. Selain itu juga harga segitu buat mereka terlalu wah. Bagi mereka dengan uang seharga buket bunga mending dipakai buat beli lauk pauk.

“Iya Mamah kan gak tau.” Jawab Mamah aku datar banget dan dari wajahnya keliatan rasa bersalah atas ketidaktahuannya.

Setelah itu Mamah pergi ke luar rumah entah ke mana dan aku memilih untuk pergi ke mandi. Begitu selesai mandi, Mamah aku juga baru aja sampai ke rumah. Mamah aku menyodorkan satu bungkus bubur ayam padaku,

“Ini aja ya,” ujar Mamahku dengan ekspresi wajah yang tak bisa kudefinisikan. Aku hanya diam sembari menerima bungkusan bubur ayam itu dan memakannya dengan perasaan campur aduk.

Terakhir?

Masih ada yang kirim kado rupanya. Dikirim via go-send isinya sepatu dan alhamdulillah cukup. Hehee. Jazakallohu khoiran kastiira Teh Miftah. Terus beberapa minggu setelah kelulusan itu anak-anak asuh aku main ke rumah, ngucapin ucapan Selamat secara langsung dan mereka nanya-nanya soal kuliah yang sebenarnya aku sendiri juga bingung harus jawab apa :D. Makasih yaa udah dateng jauh-jauh dari Bandung sampe nyetir sendiri, terus yang nyusul juga pake motor. Love you! And lastly alhamdulillah wa syukurlillah bisa photo studio bersama keluarga, lengkap!

Doc. Pribadi

Regards,



Share: