Dikasih Waktu Buat Balik Lagi Ke Zaman SMA?!

Photo by THIS IS ZUN from Pexels


Bismillahirrahmanirrahiim

Mari berandai-andai…

The question is what did you do if you could turn back your time when you at Senior High School?

Hmm kalau dalam grammar ini termasuk dalam contoh conditional sentences type 2. Artinya impossible hihii. Tapi gak apa-apa sih, cuma mau lihat diri saya di masa lalu oleh saya yang sedang berada di masa kini.

Well, kata orang masa SMA itu adalah masa yang paling indah. Ya bisa dibilang gitu sih. Meski kenyatannya masa pahitnya juga dapet hahaa. Nah kalau emang dikasih kesempatan buat turn back ke masa itu maka jawabannya saya exactly, I would reset about everything that has happened. Hahaaa gak mungkin banget! Lol!

1. Belajar lebih dimaksimalkan

Seandainya saya bisa balik lagi ke bangku SMA tentu hal pertama yang ingin saya perbaiki adalah usaha saya dalam belajar. Meski iya dulu juga saya rajin belajar tapi rasanya kurang maksimal aja. Apalagi dipelajaran tertentu saya suka tidur. Ya Allah forgive me. Ngerasa dosa banget kalau inget ini sekarang. Ilmunya jadi gak dapet karena tidur di kelas atau enggak gak merhatiin guru atau paling oarah seolah-olah merhatiin tapi fikiran lagi melayang ke mana gitu. Kadang suka nyesel aja kenapa dulu gak mati-matian belajar kayak Kang Sol A di drakor Law School. Hehee. Tapi ya mau gimana lagi saya cuma bisa ceritain ini ke anak-anak asuh saya biar gak nyesel kayak saya atau ke adik saya.

2. Stop for loving someone who never love yourself

Ha! Ini memang kebodohan saya selama masa SMA. Uhh kalau aja bisa dikembalikan lagi waktu, saya mau langsung cabut perasaan saya itu dan lebih memilih untuk fokus mencintai diri saya sendiri. Saya sadar diri saya amat berharga dari pada perasaan bodoh itu. Tapi ya mau gimana lagi. Mungkin itu adalah salah satu fase kehidupan yang harus saya jalani. Meski menyakitkan pada saat itu, tapi saat ini kalau difikir-fikir lucu juga dan kadang bilang ke diri sendiri kok saya waktu itu mau ya dibego-begoin sama kelakuan dia? Tau gitu udah saya jauhin bahkan gak akan saya ladenin dari pada ujung-ujungnya cuma bikin saya jatuh sendirian.

3. Ambil kerja part time

Satu lagi yang saya sesalkan kenapa gak dari dulu saya mulai. Yap soal kerja! Meski pas zaman sekolah saya dulu saya suka berjualan dan di awal kelas 12 saya mulai mengajar kadang ya kalau liat dari kaca mata sekarang kenapa gak dimulai dari pas kelas X? Ya kerja apa kek yang emang bisa part time. Entah itu jadi kasir, penyiar radio, biar banyak pengalaman aja gitu. Tapi ya dulu gak mikir ke sana sih, Mikirnya cuma fokus buat sekolah aja belum ngerti duit. Heheee.

Semua yang saya tulis ini emang udah mustahil terjadi tapi setidaknya hal-hal yang menurut saya ini berharga sekali bisa saya sampaikan ke adik-adik saya, ke anak-anak asuh saya, atau mungkin ke anak saya sendiri nanti biar mereka bisa ambil hikmah dari pengalaman saya. Berharap mereka lebih baik dari saya dan enggak nyesel kayak saya sekarang. Saya yakin kok orang akan lebih tertarik untuk mendengarkan cerita apalagi ceritanya based on experience/true story ketimbang dinasehatin.

Cheers,



Share:

Kalau Lihat Ikan Lumba-Lumba Jadi Ingat...

Photo by Ádám Berkecz on Unsplash

Bismillahirrahmanirrahiim

Sore tadi ketika aku sedang memeriksa gambar hasil anak-anak, ada seorang anak yang menggambar seorang anak perempuan sedang dicium oleh ikan lumba-lumba. Aku tertegun dan cukup lama memandangi gambar itu di layar komputer. Aku tersenyum kecut mengingat aku tidak pernah ada diposisi si anak perempuan yang ada digambar ini.

Aku jadi inget masa TK aku. Let me tell you here.

Usiaku saat itu lima tahun. Anak TK yang kalau berangkat ke sekolah tuh gak pernah diantar. Jarak antara rumah dengan sekolah lumayan lah sekitar 650 meter pas aku cek sekarang pakai Google Maps. Jalan kaki sendiri atau bareng sama temen-temen yang lain tapi sih seringnya sendiri. Kalau zaman sekarang udah jarang ya anak TK jalan sendiri sekolah. Rata-rata diantar naik motor kan? Zaman aku dulu sih udah biasa anak ke sekolah sendiri. Jadi waktu itu sekolah aku ngadain semacam apa ya kayak main gitu lah atau kunjungan kali ya namanya? Ya pokoknya waktu itu diluar hari sekolah kalau gak salah, sekolah aku ngadain kunjungan buat nonton pertunjukan lumba-lumba tepatnya di acara festival kota. Sekolah ngasih pilihan antara orang tua boleh ikut tapi bayarnya double, atau yang gak ikut orang tuanya juga gak apa-apa karena semua guru ikut dan mendampingi juga. Orang tua aku pilih yang, ok kamu berangkat sendiri. Dan saat itu aku sebagai anak pertama yang gak punya pengalaman apa-apa (maksudnya pengalaman dari Kakak, iyalah namanya juga anak pertama) cuma ngangguk-ngangguk aja yang penting udah ikut aja asik kan nonton lumba-lumba.

Besoknya pas mau berangkat Mamah ngasih aku bekel makanan yang dimasukin ke kotak makanan. Aku lupa lagi makanannya apa yang jelas yang masih ingat makanan pasar lah ya dan juga uang Rp. 1000,-. Ini lebih gede dari uang jajanku yang biasanya cuma Rp. 500,-. Hanya saja Bapakku menegur Mamah kok ngasihnya cuma seribu dan Bapak ngambil uang aku yang seribu itu dan menggantinya dengan uang Rp. 5000,-. Waw! Lima ribu! Zaman dulu tahun 2003 duit lima ribu berharga banget! Bisa jajan sepuasnya! Ok. Aku dianterin dulu ke sekolah sebelum Bapak pergi ke bengkel, dibonceng naik sepeda. Sementara itu Mamah seperti biasa pergi ke rumah Ua buat bantu-bantu.

Sesampainya di depan sekolah, Bapak wanti-wanti sama aku soal uang, jangan hilang terus kalau bisa harus ada sisanya. Aku saat itu cuma iya iya aja, salim lalu berhamburan masuk kelas dengan perasaan bahagia. Namun begitu aku masuk kelas beberapa orang tua murid justru banyak yang ikut. Aku sih gak peduli banget ya waktu itu. Nah sebelum berangkat itu aku sama temen-temen jajan dulu di sekolah sampai akhirnya kembalian uang aku yang jumlahnya tiga ribu itu, aku langsung masukin aja ke kantong celana seragam aku. Dan tanpa aku sadari lagi itu kantong celananya ternyata dangkal banget. Dengan uang seribuan lembaran yang gak aku lipet rapih dan aku masukin langsung gitu ke aja ke kantong celana aku itu ternyata uangnya jatuh tepat di ambang pintu! Teman-teman aku yang lain pada ribut itu uang siapa yang jatuh. Aku yang liatnya masa bodo. Karena aku fikir  uang aku kan aman ada di kantong celana. Dan pada saat itu parahnya lagi aku gak ngecek uang aku masih ada apa enggak.

Berangkatlah kita ke festival kota itu naik kereta odong-odong. Sesampainya di sana tentu kita jalan ya, mengitari festival itu sendiri. Agak siangan kayaknya ketika sampai di acara pertunjukan lumba-lumba itu. aku buru-buru membuka bekal yang tadi disiapkan mamah dan memakannya begitu sampai di sana. Air minum pun aku cuma bawa sedikit. Ternyata acara lumba-lumba itu cukup lama lah ya (mungkin karena aku masih kecil waktu itu). nah pas diakhir acara si penjaganya bilang yang mau diphoto sama lumba-lumbanya bisa mendaftar terlebih dahulu dengan membayar Rp. 20.000,- Aku buru-buru merogoh isi saku celanaku dan aku langsung panik begitu ternyata isi saku celanaku kosong! Aku teringat uang yang tadi jatuh diambangppintu kelas. Jangan-jangan tadi  itu uang aku yang jatuh? Sementara itu teman-teman aku yang membawa uang lebih  udah ikut mendaftar, apalagi yang ikut bersama orang tuanya. Aku cuma menatap mereka dengan tatapan nanar kalau harus aku expresikan sekarang. Cuma waktu itu karena aku gak ngerti sama emosi yang aku rasakan saat itu, saat liat mereka antri buat diphoto rasanya kok sakit ya. Kenapa Mamah aku gak ikut juga sama aku di sini? Padahal pengen banget diphoto sambil dicium lumba-lumba.

Beberapa temanku yang sudah mendapatkan cetakan photonya langsung lonjak-lonjak bahagia sambil memamerkan cetakan photonya itu kepadanya ibunya, sementara aku yang masih duduk di kursi penonton cuma bisa nonton sambil kefikiran uang itu ilang ke mana

Hari semakin siang dan perut aku juga udah mulai keroncongan. Selain itu aku pun kehausan. Aku menahan lapar dan haus sejak menonton pertunjukkan lumba-lumba tadi. Dan setelah menonton pertunjukkan lumba-lumba itu acara dilanjutkan dengan belanja. Jadi bagi anak-anak yang mau belanja silahkan, apalagi yang sama orang tuanya. Aku saat itu karena sendirian gak tahu harus pergi kemana. Aku cuma membuntuti rombongan sambil menahan rasa lapar dan haus. Sementara itu fikiranku kembali pada uang yang hilang itu karena takut nanti kalau pulang ke rumah dan ditanyai Bapak terus aku jawab hilang Bapak pasti akan marah besar. Sepanjang jalan udahlah panas, pusing karena aku berjalan dikelilingi oleh orang-orang dewasa yang emang tinggi-tinggi ya jadi pusing gitu. Sambil megang perut karena lapar dan saat itu aku gak menemukan guru aku. Guru aku entah pergi ke mana. Saat itu yang ada difikiranku cuma pengen buru-buru naik kereta odong-odong dan sampai sekolah habis itu pulang.

Begitu sampai sekolah aku pulang sendirian. Tidak dijemput dan harus berjalan kaki menuju rumah. Sementara itu uang kan udah gak punya, minum juga udah habis. Aku berjalan sendiri menuju rumah sambil menahan rasa haus dan lapar. Belum lagi panasnya terik matahari. Sekitar 10-15 menit aku baru bisa sampai rumah. Waktu itu yang aku ingat begitu sampai rumah, Mamah udah pulang dari rumah Ua karena memang jamnya untuk sholat dzuhur. Nah sesampainya di rumah itu aku langsung ganti baju , mengambil air minum, makan, sholat, habis itu ya pergi tidur. Mamah aku gak bilang apapun dan aku juga tidak mengatakan apapun karena aku lelah dan aku takut kalau aku bilang aku haus dan lapar selama di sana terus mereka jawab kan dikasih uang lebih terus aku jawab uangnya hilang, mereka akan memarahiku. Nah waktu itu Bapak aku juga udah pulang dari bengkel terus Bapak nanya uangnya nyisa atau enggak ya aku jawab uangnya habis soalnya aku haus. Padahal yang terjadi sebenarnya uangnya hilang dan aku kehausan selama di festival itu.

Aku gak berani cerita ini ke mereka sampai akhirnya kisah aku ini kembali terulang ke adek aku.

Pas aku lagi di asrama, Mamah nelfon aku bilang katanya adek aku ada acara renang di sekolah dan orang tua boleh ikut atau enggak (kondisi sekarang jauh berbeda dengan yang dulu. Mamah dulu dingin dan cuek beda dengan sekarang. Dan aku lebih dekat sekarang dengan Mamah termasuk dengan Bapak.) otomatis aku langsung ngambek dong begitu Mamah bilang Mamah gak akan ikut karena jualan. Aku bilang Mamah harus ikut, kalau soal biaya biar aku yang bayar. Aku kembali teringat kejadian aku dulu dan aku gak mau kejadian itu terulang lagi ke ade aku. Tapi takdir berkata lain…

Begitu aku pulang ke rumah karena di asrama sedang gak ada jadwal, Bapak cerita sama aku kalau Mamah aku ternyata gak ikut ke acara renangnya ade aku karena gurunya bilang kalaupun orang tua gak ikut tetap ada guru yang memantau. Ah bullshit! Dalam hati aku.  Alhasil adek aku sendirian ke sana dan saat itu tetangga aku yang ikut ke acara renang itu ngomel-ngomel ke Bapak aku lantaran adek aku kasian banget gak ada yang ngurusin, bajunya basah, dll. Bapak aku langsung pergi ke skeolah buat jemput adek aku. Dan Bapak gak tega banget liat kondisi ade aku yang iya cuma liat sana-sini sambil bengong. Aku cuma nelen ludah aja karena gak tahan aku juga punya pengalaman yang sama dulu.

Dan pengalaman aku itu baru aku sampaikan kebenarannya ke mereka pas aku usia 22 tahun. Mamah aku cuma diam dan terlihat ngerasa berasalah banget sampai kalau tiap kita ngumpul dan ngomongin soal itu Mamah tuh langsung menitikan air mata dan suka minta buat berhenti cerita tentang itu. Aku sadar kok dengan sifat Mamah yang mudah percaya sama omongan orang.

Makannya kalau pergi ke festival bayang-bayang aku kecil dulu tuh suka tiba-tiba datang aja. Atau enggak iya kalau liat gambar lumba-lumba. Langsung keingetan momen itu. Dan sebelumnya aku pernah cerita soal ini ke teman-teman aku, sayangnya dari mereka cuma bilang, itu sih biasa aja. Atau enggak, lebai cerita gitu doang nangis. Semenjak saat itu aku tak ingin lagi berbagi kisahku yang memang menurutku sangat menyedihkan pada orang lain. Cukup ditulis di sini saja. Karena dengan menulis aku bisa bebas menyampaikan apa yang ingin aku sampaikan dan apa yang aku rasakan.

Dari pengalaman aku ini aku cuma mau nulis poin-poinnya aja buat bekal nanti kalau aku udah nikah dan punya anak:

  1. As a mother ternyata harus serba tahu segalanya, meski kamu tidak mengalaminya dulu di masa kamu kecil atau karena baru punya anak, kamu bisa bertanya kepada orang lain atau rajin baca.
  2. Kalau ada acara di sekolah terus kalau orang tua sekiranya boleh ikut dan anak masih kecil lebih baik ikut.
  3. Sebagai orang tua ternyata jangan langsung menyalahkan si anak kalau si anak berbuat salah. Kasusku kan begitu karena sebelumnya-sebelumnya orang tua aku, terutama Bapak yang suka marah dan ngasih hukuman kalau aku salah maka di kasus ini aku memilih berbohong dari pada harus dimarahi dan mendapat hukuman.
  4. Sebagai guru kalau mengadakan acara seperti ini harus extra perhatian pada murid yang tidak didampingi oleh orang tuanya.
  5. Suatu saat nanti jika aku menjadi seorang Ibu, aku ingin lebih perhatian pada anak aku. Aku ingin anak aku kelak bisa mencurahkan segala isi hatinya tanpa menyalahkan dan juga menggurui.

Tapi soal lumba-lumba ternyata gak sampai di situ. Lumba-lumba juga mengingatkan aku pada seseorang yang selama ini selalu aku harapkan ternyata dia meminang orang lain di saat ribuan pertanyaan untuk dia belum aku sampaikan.

Ya udah sih mau gimana lagi. Setiap tanya kadang gak butuh jawaban cuma butuh penerimaan aja. Bener gak?

Love,



Share:

Teruntuk Kegagalan

Photo by Steve Johnson on Unsplash

Bismillahirrahmanirrahiim

Teruntuk kamu yang sedang mengalami kegagalan.

Entah gagal karena gak lolos masuk PTN yang didambakan, gagal gak lolos test kerja, gagal nikah, gagal tunangan, gagal usaha, apapun itu bentuk kegagalannya. It’s ok. Gak apa-apa.

Dikecewakan, dikhianati, ditinggalkan, diremehkan, direndahkan.

Sakit rasanya. Ingin pergi, ingin lari, bahkan ingin rasanya mengakhiri hidup ini. Karena merasa dunia udah gak adil lagi bagi kehidupan kamu. Mimpi-mimpi yang sudah dibuat bahkan rasanya seperti bintang di angkasa yang amat teramat jauh untuk bisa digapai dan seolah-oleh menertawakan kamu tatkala kamu gagal untuk meraihnya. Bagimu bermimpi hanya membuat dirimu terlihat bodoh, terlihat bego, dan terlihat menyedihkan. Bukankah begitu?

Tak perlu terburu-buru. Tak perlu gusar. Tak perlu cepat-cepat.

Bukankah kamu hanya ditugaskan untuk berusaha? Berikhtiar? Mengapa kamu merasa hidup ini tak adil jika hasil akhir sudah ada yang mengaturnya dan bukan kuasa kamu untuk bisa mengendalikannya? Rasanya begitu bodoh dan ceroboh jika harus marah atas keputusanNya. Mungkin sebenarnya bukan marah atas keputusanNya, tapi harapan kita yang terlalu tinggi dan lupa tidak menyerahkannya pada sang Pemilik Skenario terhebat di alam semesta ini.

Aku tahu aku tak bisa menyembuhkan lukamu, kecewamu, meredakan amarahmu. Hanya dirimu yang bisa mengendalikan perasan-perasaan itu. Aku tahu itu tak mudah. Tapi kamu juga harus ingat bahwa hidup akan terus berlanjut dan segalanya perlahan pasti akan berubah. Yang di atas akan merasakan di bawah, yang di bawah begitupun sebaliknya. Maka sebaik-baiknya orang adalah yang melanjutkan kembali hidupnya meski kenyataan hidup nyaris membuat hatinya hancur berkeping-keping. Mengapa dia melanjutkan kembali hidupnya? Karena dia yakin bahwa tugasnya di dunia ini hanya untuk berusaha, berikhtiar, dan juga bertawakal. Hasil akhir sudah ada yang mengaturnya dan tak perlu dicemaskan. Meski kadang memang hal yang belum pasti selau membuat hati cemas. Tapi jika kita mencemaskan hal-hal yang belum tentu terjadi itu artinya sama saja dengan kita tidak percaya pada Allah?

Astaghfirullahal adziim

“He who created death and life, that He may try which of you is best in deed and He is The Mighty, The Forgiving.(Q.S Al-Mulk: 2)


Trying always be positive thinking,



Share:

Ketika Kamu Sering Ditanya “Kapan Nikah?”

Photo by Shardayyy Photography on Unsplash

Bismillahirrahmanirrahiim...

When I was early twentieth I ignored it and I didn’t care. Kayak ngapain sih nikah. Kan masih muda. Masih 20-an, masih banyak cita-cita yang harus dicapai, masih banyak hal yang harus dilakukan ketimbang menikah. Dan ketika ada orang yang nanya itu ya aku jawab sambil cengengesan dan aku anggap sebagai angin lalu. Gak pernah ditanggepin serius.

And when I’m turning 24 beberapa pertanyaan itu kerap muncul apalagi ketika aku udah lulus kuliah. Setiap aku ketemu orang pasti yang mereka tanyakan adalah,

“Udah nikah?”

“Udah punya calonnya?”

“Jadi mau kapan? Kan kuliah udah lulus.”

“Temen-temen udah pada nikah tuh, kamu kapan? Kerja mulu.”

“Ke orang mana sekarang?”

Dan beragam pertanyaan lainnya yang intinya “KAPAN NIKAH?!” Kadang suka mikir apa akhir dari hidup ini adalah menikah ya? Kenapa setiap orang hobi banget gitu nanya kapan nikah? Kayak yang ok dia sanggup buat nanggung biaya resepsinya, nanggung kehidupan aku setelah aku menikah nanti. I really don’t understand. So I’ll ask you once more: WHY?!

Atau ketika aku jawab kalau aku masih single, mereka gak percaya aku single dan nyuruh aku buat kenalan sama cowok. Wait, wait. Apa segitu hinanya ya menyandang status JOMLO di era sekarang ini? Lagi pula kejomloan aku enggak menganggu kehidupan kalian juga kan? Emang risih mana sih saat aku upload seorang diri, bareng sama temen-temen yang semuhrim atau foto aku yang mesra-mesraan dengan status “pacaran”? Alias non-mahram yang hukumnya adalah haram? L Please! I’m so sad about this. Kenapa foto aku yang sendirian aja atau barengan sama temen-temen malah dikomen dan disuruh cepet-cepet nyari cowok L Tau kan nyari cowok yang bisa satu frekuensi itu gak mudah. SULIT! Keculai atas izin Allah dan udah waktunya pasti dimudahkan.

Actually, I’m happy with what I have now. Aku bisa bebas melakukan apapun yang aku inginkan tanpa adanya kekangan atau batasan dari yang namanya “pacar” atau dengan status "istri." Aku bisa belanja apapun yang aku mau dari hasil kerja keras aku sendiri. Aku bisa bebas main sana-sini bareng sama temen-temen yang cuma minta izin sama orang tua aja yang pastinya bakal diizinin. Gak ada drama gak boleh ini-itu, gak boleh ada cowok. 😃 (Selama itu ada mahramnya, rame-rame perginya orang tua aku pasti ngizinin).

Orang tua aku aja bahkan gak nyuruh-nyuruh aku cepet nikah kok. Mereka bahkan minta sama aku selagi belum datang si jodoh, kerja yang bener, rintis karir dulu. Kalau udah waktunya juga semuanya akan dipermudah dan prosesnya pasti cepat gak akan lama-lama dan gak banyak drama juga. Karena Bapak aku tipikal orang yang anaknya jangan lama-lama pacaran mending langsung nikah. Jadi sekali lagi aku tanya, kenapa kamu mesti ribet ngurusin hidup aku sih? Cuma karena aku masih single seisi dunia heboh. Helloww 😢😢😢

Aku udah nyaman sama hidup aku ini. Bahkan aku akan risih ketika aku punya pacar dan pacarnya itu tipikal yang larang sana-sini ah udahlah aku bakal stress. Cuma ya itu saat aku sedang benar-benar menikmati kejomloan ini ada saja hal-hal yang bikin aku ciut lagi. Bikin aku gak ngerasa berharga lagi karena yang diliatnya adalah “AKU JOMLO.” Kenapa sih yang harus diliat itu KEJOMLOAANNYA? Emang kalau udah nikah masalah hidup akan kelar ya? Emang kalau udah nikah bakal ngebungkam mulut orang banyak? Bukannya sehabis nikah akan banyak rentetan pertanyaan lagi dari mulut-mulut para tetangga? Mulai dari:

“Kapan punya anak?”

“Kapan nambah lagi?”

“Kok suaminya gak kerja ya?”

“Kok istrinya kurusan sih?”

“Kok anaknya gitu ya? kayak kurang gizi.”

Huahhh emang gak akan pernah ada habisnya.

Atau yang lucu itu saat beberapa teman aku mulai menyarankan aku agar mau kenalan sama cowok. Ok. Aku ladenin dan aku mencoba untuk membuka diri dan juga hati. Tapi apa hasilnya? Jong! Belum ada satupun yang nyangkut dan rata-rata cowoknya itu masih sakit. Alias masih belum bisa move on dari rasa sakit atas mantannya. Kalau belum sembuh buat apa coba? Mau dijadiin lagi bahan pelampiasan? Please waktu aku lebih berharga dari pada harus dihabiskan menjadi bahan pelampiasaan. Lagi pula yang namanya sakit hati mau gak mau ya harus diobatin sendiri lah. Gak bisa kamu minta aku buat jadi penawarnya. Makasih banget! Ahahahahh. Aku ngomong gini karena aku pernah diposisi itu dan rasanya sakit! Dateng pas lagi butuh doang. Pas hati udah terlanjur jatuh nyatanya hati dia masih di isi sama orang lain.

So please stop ask me about GETTING MARRIED! Di saat diri udah mencoba buat fokus sama apa yang ada saat ini kan ditanya begituan nyali jadi ciut lagi. Hidup jadi liat orang lain lagi. Nengok tetangga sebelah lagi. Ngebanding-bandingin lagi L Udah ya. urusin aja hidup kamu sendiri. Kayak yang mau ngasih duit buat resepsinya aja. Kayak yang mau nanggung permasalahan rumah tangga aku nanti. Kayak yang siap tanggung jawab kalau ada apa-apa di pernikahan aku nanti. Tetep aja kan segalanya juga bakal aku sendiri yang bayarin? Aku sendiri yang ngejalaninnya, yang nanggungya?

Sekian dari segala kerasahan malam mingguku kali ini.


Love,

 

Share:

Ketika Surat Cinta Ketahuan Orang Tua

Photo by Kate Macate on Unsplash

Bismillahirrahmanirrahiim

Hello everyone! Malam minggu nih, btw kalian ngapain aja? Pergi keluar sama gebetan? Ngumpul sama keluarga di rumah? Menyendiri di kamar karena masih single? Atau masih ngerjain kerjaan karena dikejar deadline? Apapun itu aktifitasnya semoga jadi amalan baik buat kamu ya Aamiin:D Aku sendiri sih ya alhamdulillah karena jomlo jadi setiap malam minggu insya allah I’ve decided for writing the story of my sad love story 😂 hahaaa enggak deng. Karena kenyatannya banyaknya patah hati sih :-D. Semoga kamu berkenan buat baca tulisan aku yang receh ini.

Firstly, I wanna ask you. Punya pengalaman cinta-cintaan pas waktu umur masih kecil gak sih? Yah usia sekitar SD an lah atau mungkin TK? Coba fikir-fikir lagi. Gali lagi memori kamu. Yang udah senyum-senyum sendiri pasti lagi mengenang. Ciee…

Well, aku sendiri ngalamin juga. Honestly lucu sih kalau difikir-fikir sekarang. Dulu pas ngejalaninnya ketemu doang, gak ngobrol, cuma liat sekilas doang udah bikin jantung dag-dig-dug seerr. Udah pengen copot rasanya.

Semua berawal dari Mamah aku yang nyuruh aku beli bubur buat ade aku. Waktu itu posisinya lagi libur semester. Pagi itu entahlah malas sekali. Tapi si Mamah ngomel mulu. Hingga akhirnya aku bawa mangkok dari lemari, pergi ke tukang bubur dengan bibir manyun. Dan tukang bubur ini mangkalnya di pinggir rumah temen sekelas aku. Sebut saja Rei.

Dengan wajah mesem aku serahin tuh mangkuknya ke si Mang, membiarkan si Mang melakukan pekerjaannya. Sambil menunggu si Mang, pandanganku terhenti ketika melihat Rei melintasi jalan menuju warung. Kemudian dia menoleh kepadaku sambil tersenyum. Aku hanya mengangguk sambil membalas senyumnya. Hari itu tidak ada yang terjadi apa-apa dengan diriku.

Keesokan harinya Mamah kembali menyuruh aku untuk membelikan bubur di tempat yang sama. Seperti biasa aku malas, tidak mau tapi karena Mamah maksa akhirnya ya aku pergi dengan mulut manyun sambil komat-kamit. Dan kejadian kemarin terulang lagi. Rei melintasi jalan untuk pergi ke warung, tersenyum ke arahku dan aku hanya membalas senyumnya. Sampai pada ke esokan harinya saat kejadian serupa terjadi barulah perasaan aneh muncul, tiba-tiba datang menyusup ke dalam hati. Bedanya di hari itu, setelah Rei belanja dari warung dia menyapaku sambil tersenyum manis. Aku yang masih menunggu bubur dengan kesal karena mengantre lama langsung terdiam sambil memegang jantung yang dag-dig-dug aneh. Pulang-pulang ke rumah dengan perasaan bahagia sampai keesokan harinya saat Mamah gak nyuruh aku buat beli bubur aku malah maksa Mamah biar nyuruh aku pergi bubur. *dasar aneh 😆. Iyalah. Karena aku punya niat dan harapan lain. Biar ketemu lagi Rei. Biar disapa lagi sama dikasih senyum lagi sama Rei.

And you know what happened next? Rei gak ada! Jongg!! Aku gak ketemu Rei. Aku celingukan di balik roda si Mang bubur berharap sosoknya datang dari rumahnya atau sedang membeli sesuatu di warung sebrang. Hingga keesokan harinya aku melakukan hal yang sama namun aku tidak bertemu lagi hingga liburan semester habis dan kami naik ke kelas 4.

Di kelas, entah kenapa padahal udah dua tahun sekelas bareng (karena dia murid pindahan pas kelas 2 dan pas pindah dia sebangku sama aku 😄) baru kali ini aku merasakan deg-degan yang luar biasa saat bertemu dengannya. Ngobrol aja jadi grogi 😄. Dan waktu itu karena aku sendiri juga penasaran sama dia akhirnya aku ngirimin surat ke dia. Tepatnya ketika ngaji maghrib di masjid depan rumah. Isi suratnya yang masih aku inget adalah kira-kira seperti ini kurang lebih:

Kamu mau pilih siapa

a.       (namaku) b. (nama temenku yang cantik di kelas) c. (nama temanku juga tapi aku lupa lagi siapa)

Duh aku jadi ingin ketawa. Rasanya kayak disuruh ngisi soal ya. Dan waktu itu aku pesimis. Pasti dia milih temen aku yang cantik.  Si surat itu aku lipat hingga berbentuk pesawat. Ketika aku beres mengaji, aku langsung memanggilnya yang tengah asyik berkumpul bersama teman-temannya. Dia menoleh kemudian aku menerbangkan kertas pesawatnya sambil bilang baca ya! Dan yahhh.. kertas pesawatku tidak mendarat mulus kepadanya. Si kertas pesawatnya itu malah mendarat ke temen aku yang kemudian sama temen aku langsung dikasiin ke dia. Aku lupa lagi gimana dia ngasiin balasannya ke aku. Pokoknya yang aku ingat dia mencakra A! Itu artinya dia milih aku wkwkwkkw 😆

Seneng gak sih? Ya seneng lah. Ternyata perasaan aku disambut juga! Hahaaa. Keesokan harinya di kelas kita canggung banget, keliatan banget ada sesuatunya meski kita gak meresmikan kalau kita pacaran. Karena waktu itu mana ngerti yang gituan. Pokoknya kalau udah saling suka ya udah selesai 😃. Hingga akhirnya temen-temen aku mulai penasaran dan temen-temen aku mulai nanya sama aku dan juga dia, dan jawaban kita sama. Kalau kita emang sama-sama suka wkwkwkw. Dari sanalah rasanya pergi ke sekolah itu adalah hal yang menyenangkan.

Dulu kalau bagian sekolah kita siang, masuk jam 12, jam 11 kita udah pada di sekolah dan habis itu kita bakal nyamper ke rumah temen-temen sekelas yang belum hadir. Nah pada saat itu anak-anak kan banyak yang bawa sepeda termasuk dia, jadi pas aku mau ikut nyamper ke rumah temen, aku sama temen-temen aku yang lain disuruh naik sepeda dia, diboncengin gitu. Karena waktu itu sepeda aku rusak :D. sambil malu-malu aku nyamperin dia dan tanpa babibu dia langsung mempersilahkan aku duduk di frame sepedanya atau terkadang aku memilih berdiri di step foot  sambil tangan memegang pundaknya, duh!

Kemudian waktu itu pernah pas lagi olahraga giliran cewek yang main bola, di tengah-tengah permainan dia teriak dari pinggir lapangan bilang, “Siti I Love You!” Yang kemudian disambut ciee-cieean sama temen-temen 😃 atau waktu itu pas aku lagi baca buku di depan kelas di tengah-tengah kumpulan temen-temen aku, dia datang sama temennya sambil bilang, “Siti, I Love You.” Dan saat itu juga aku malah lari ke perpustakaan karena nahan malu.

Habis itu yaa entah gimana tiba-tiba kita jauh dan bubar tapi masih berteman baik sampai sekarang. Dan dia udah punya pacar sih 😃. Dulu tuh pokoknya Guru Agama aja sampai tahu kalau aku deket sama dia. Sampe-sampe si Bapak Guru nyeramahin kalau pacaran itu dilarang, gak boleh. Jadi aku harus putus sama dia. Tapi karena aku gak ngerasa pacaran jadi buat apa putus? 😃 

Kalau ketemu saat ini ya suka nanya, ya gitu biasa aja. Cuma kalau ketemu dia, aku suka mikir duh aku dulu pernah sesuka itu sama orang ini. Dan oh iyah yang lucu itu pas aku kuliah kemarin tuh aku gak tahu kalau dia ambil kampus yang sama, sama aku. Karena kita juga gak se smp-sma. Reunian aja jarang. Aku tau-tau sekampus sama dia itu pas ketemu di kampus aja sama dia pas lagi BAMBA (ospek). Nah pas pulangnya itu kan aku belum tahu daerah Ciamis dan pas aku nelfon sama Mamah terus aku bilang kalau dia juga satu kampus sama aku, si Bapak langsung ngerebut telfonnya dan bilang pulangnya bareng sama dia aja. Karena Bapak aku khawatir udah sore gini nunggu bis lama. Akhirnya aku chat dia (kalau gak salah dapet nomor dia dari grup kelas SD) buat pulang bareng dan dia bilang ok. 😃 Besoknya aku chat dia lagi buat berangkat bareng sama pulang bareng. Itupun karena Bapak aku yang minta selama ospek bareng aja pulang perginya sama dia. Kita sampai sekarang kan masih tetanggaan. Meski kehalang beberapa rumah sih. Ngakak sih tapi dalam hati deg-degan juga takut pacarnya tahu terus ngamuk.  Dulu diboncengin sepeda sekarang diboncengin motor. Sampai kemarin pun gak nyangka kita lulus bareng. Tau dia lulus juga pas aku buka buku alumni dan ada nama dia di buku. Karena kemaren kan aku lulusnya telat wkwkwk 😅.

Meski dari cerita yang semanis ini menurutku karena ini adalah satu-satunya kisah cinta aku yang gak bertepuk sebelah tangan (nanti mah insya allah pasti gak akan bertepuk sebelah tangan lagi sama yang akan jadi suami aku sampai maut memisahkan. Aamiin), ada pengalaman pahitnya. Yaitu saat surat yang aku bikin gagal sebelumnya dan aku simpen di lemari. Kemudian tanpa sepengetahuan aku, Mamah sama Bapak aku beresin lemari aku dan sampailah surat itu di tangan mereka. Hal yang aku terima adalah aku diolok-olok oleh Bapaku, dengan membacakan isi surat itu berkali-kali membuat aku marah dan menanggung malu. Kemudian Bapak aku bilang, “masih kecil udah cinta-cintaan.” Bahkan yang paling fatal menurutku, Bapak aku menuliskan nama aku kemudian bentuk love disusul nama dia di pintu dapur yang terbuat dari kayu. Sampai sekarang sisa-sisanya masih ada dan masih bisa terbaca. Itu dulu kejadiannya di rumah lama. Kalau baca tulisan itu gak tahu kenapa aku suka tetep ngerasa malu aja gitu. Malu banget. Perasaaan tidak diterima, tidak dihargai, diolok-olok, menyusup cepat ke dalam hati. Kalau difikir-fikir sekarang, emang ada yang salah ya dari anak kecil yang udah nyimpen perasaan ke lawan jenis? Lagi pula saat itu usia aku udah masuk usia 9 tahun.

Dulu kalau cerita ini pasti rasanya kayak beban. Karena kayak ngerasa aib sendiri: masih kecil udah pacaran. Masih kecil udah surat-suratan. Tapi setelah sedikit demi sedikit diterima perasaan itu, diakui alhamdulillah udah mulai reda namun efeknya sampai detik ini aku gak bisa terbuka mengenai kisah asmaraku kepada ke dua orang tuaku. Karena yang terlintas dibenakku adalah aku akan dicemooh lagi, aku akan diremehkan lagi, atau Bapak akan sebut-sebut nama cowok yang aku suka kayak dulu. Makannya orang tua aku gak pernah tahu gimana aku saat jatuh cinta, patah hati, dibohongin sama cowok, dikecewakan. Mereka gak tahu. Dari semenjak surat ketahuan itu aku gak pernah cerita apapun soal cowok terutama ke orang tua aku dan aku mengalihkan seluruh perasaan yang aku miliki saat itu melalui tulisan. Iya dari sana aku mulai menulis di diary. Itupun aku diam-diam beli diary nya dan selalu aku simpan di laci yang lacinya aku kunci, dan kuncinya selalu aku bawa kemanapun aku pergi.

Bahkan sampai ini. Sampai yang terakhir kemarin ketika orang yang aku tunggu ternyata malah nikah sama orang lain, they don’t know. Aku tipikal orang yang bisa menyembunyikan kesedihan dan hanya akan menangis jika keadaan sepi, jika tidak ada orang lain yang bisa melihatnya.

Jadi teman-teman, please don’t judge the feeling. Even perasaan dari seorang anak kecil. Anak yang kita anggap gak tahu apa-apa karena kita menganggapnya masih kecil padahal efeknya luar biasa. Seperti aku yang kini kesulitan untuk memulai pembicaraan soal asmara kepada orang tua.

I hope you can learn from my experience.

Semoga dengan menulis ini, perasaan-perasaan yang diremehkan dan dipermalukan bisa berdamai dengan aku. Karena memang perlu bicara soal asmara dengan orang tua. Makannya terkadang aku iri dengan mereka yang bisa bercerita bebas soal asmaranya kepada orang tuanya. Mungkin saat ini sebenarnya orang tua aku bisa mendengarkan, tapi pengalaman dulu begitu surat itu mereka dapatkan bukannya aku dinasehatin dengan cara yang baik ini malah diolok-olok😢 And I’m afraid this thing will happen. Even I never try for the second time. Because I’m afraid. I’m afraid.

Love,



 

Share:

Going To The Beach

Private Doc

Bismillahirrahmanirrahim

Hello everyone! Thanks for visiting my blog. How are you today? I hope you are fine. Aamiin. So in this beautiful day I want to talk about my experience when I go to the beach. Let’s start it!

Two weeks ago, I went to the beach. Namely Pamayang Beach which is located in Tasikmalaya Regency, West Java, Indonesia. I went to there with my friends by using a car. Actually, going to there is for visiting one of our students who had been unwell. Because the student’s home is near with the beach thus after visiting her home we were going to the beach. 

Before arriving at the destination, we had to through the winding road, up-downhill road, wavy road 😭. And while on the trip truly I couldn’t take it anymore. I was dizzy, felt like throwing up, and at the time I wanted to stop the car and also I already wanted to give up. But that was just in my mind and my heart. I was not brave enough to speak as of course I would be demoted on the middle road 😅.So the thing I could do at that time is to was quiet and then tried to close my eyes to fall asleep. In my heart I told, 

“If you want to see the beautiful beach view, you must through this trip. If you give up, you will demote at this moment and you can’t enjoy the beautiful view.” After that I felt asleep and unexpectedly we arrived. Waw! I was happy! I was jubilant!

When I enjoyed the beautiful beach view, I contemplated about our trip in Dunia. I thought is the same with my case above. Our destination in the Hereafter is Jannah. Aamiin. And in this Dunia we are going through life's journey full of twists and turns. To get to the beach with a beautiful view, we are tested by having to through a winding road. How to get the Jannah?

Allah SWT said in the Al-Qur’an:

“Or do ye think that ye shall enter the Garden (of bliss) without such (trials) as came to those who passed away before you? They encountered suffering and adversity, and were so shaken in spirit that even the Messenger and those of faith who were with him cried: “ When (will come) the help of Allah,” Ah! Verily, the help of Allah is (always) near!” (Q.S Al-Baqarah : 214)

I slapped with this verse. How come? I often complain with the life test who is given by Allah rather than making du’a, asking Allah for help. I also often feel disappointed for the chaos in my life. Whereas I have Allah, I have Him who can handle my chaos. He never leaves me. He always be there for me as His promise. But I realized, sometimes I forget Him, sometimes I negligent worship to Allah, or sometimes I’m so hard to do good deeds as my laziness.

Astaghfirullahaladziim…

So do you still think that easy to get the Jannah even you haven’t gotten a test from Allah? Or do you still wonder why Allah gives us a test in this life?

“We did test those before them, and Allah will certainly know those who are true from those who are false.” (Q.S Al-Ankabut : 3)

I write this because I want to remind myself to never stop doing good deeds. Even I face any difficulties when I live it. Remember that our destination is Jannah. May Allah always guide us in His way and save us from the torment of the fire. Aamiin Ya Rabb.

with love,




Note:

Feel free to provide your comment or some corrections to me. It really helps me!😉 

Source:

Al-Qur’an Al-Jamil, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah Inggris. Cipta Bagus Segara. Bekasi, 2012.

 

Share:

Mensyukuri Cinta yang Allah Beri

canva.com

Bismillahirrohmanirrahim

On last Thursday, I visited my old friend yang baru saja melahirkan anak pertamanya di sebuah rumah sakit di kota tempat tinggalku. Suasana suka cita sekaligus deg-degan menyelimuti ruangan pasien dikarenakan temanku, sang ibu menunggu kehadiran putranya yang masih berada di ruang bayi. Sayangnya pada hari itu aku tidak sempat bertemu dengan bayinya.

Ada satu pertanyaan yang sempat membuat aku agak ciut nyali.

Tos gaduh sabaraha hiji ayeuna?” Dalam bahasa Indonesia berarti sudah punya berapa sekarang? Pertanyaan itu diajukan oleh Ibundanya teman aku. Aku langsung ngeh. Maksud si ibu adalah anak.

Aku menggelengkan kepala sekaligus menjawab, “Belum nikah Bu,” yang tak lama kemudian ditimpali oleh temanku juga yang sama-sama menggelengkan kepala sambil bilang hal yang sama denganku.

Ibunda teman aku langsung mengusap punggungku, “Gak apa-apa. Tenang. Nanti juga ketemu sama jodohnya kalau sudah waktunya.”

Aku hanya tersenyum masam. Menahan getir.

Well, talking about searching for love, partner, marriage, for me it’s a something tiring. Mungkin karena udah sering kecewa, udah sering banget ngalamin patah hati, so honestly tiap coba kenalan suka nething duluan karena apa? Ya ujung-ujungnya patah sebelum dimulai atau kalau enggak ditinggalin pas udah punya rasa.

Memasuki usia 24 tahun, bagi aku sebagai cewek udah mulai tuh agak ngerasasa khawatir. Beberapa teman sekolah SMA aku dari 11 orang perempuannya 7 orang sudah menikah, 1 sudah tunangan dan sedang mempersiapkan pernikahannya, 3 orang masih single termasuk aku di dalamnya. Terkadang aku juga suka minder kalau udah ada kumpul-kumpul. Entah itu nengok temen atau menghadiri acara pernikahan karena mereka pasti bakal datang sama pasangannya sementara aku? Aku masih diantar jemput Bapak/adik atau enggak biasa pesen ojol. Dan yang paling nyesek kalau udah ditanyain soal calon pasangan kemudian aku jawab, I’m single. I’m still single. Dan dari mereka pada gak percaya.

Ada yang mencoba buat nenangin aku, menghibur aku seperti yang diucapkan oleh Ibu temanku itu, ada juga yang bilang karena aku terlalu sibuk belajar, kerja, bahkan ada yang sampai bilang kalau selera aku ketinggian.

Whatever you said, I don’t care! Cause you would never to be me and you would never to understand me till the end. Masing-masing dari kita punya masalah yang berbeda yang harus dihadapi bukan? Mungkin masalah aku ya di sini. This is my struggle.

Sometimes I would wonder, why is it happened to me? I’m beautiful enough, I’m pretty good, I’m a struggle woman.

I was almost crazy with these my questions. Thus, I try to slow down my mind and I say to myself like: “It’s ok. Your life is not just about searching for love, marriage. There are many important things that shall you do.” Even I truly know. It is so hard to do. But once more life must go on.

Hingga pada shubuh tadi, I just had read an e-mail from Aida Azlin yang dikirim pada 23 November 2021 lalu berjudul Are you seeking? Then you shall find. Her writing really realizes me and touches my heart.

I believe it is the same with searching for love – one may think it has to come in front of a partner, but love comes in many shapes and shades. Perhaps Allah SWT wants you to find love in knowledge, love in servitude, live in friendship, and in many other ways that only He knows what your soul in in dire need of.

Aida Azlin – Are you seeking? Then you shall find

Setelah membaca paragraf ini aku kemudian termenung. Betul urusan mencari pasangan memang menjadi struggle sendiri buat aku tapi cintanya Allah rupanya turun dalam bentuk lain untuk aku. Misal alhamdulillah urusan pekerjaan Allah mudahkan untuk aku, bisa kuliah dari hasil kerja keras sendiri, aku masih punya orang tua yang lengkap yang menyayangi aku, yang tidak pernah menuntut apapun dari aku, yang selalu mendukung di setiap keputusan hidup yang aku ambil. Teman-teman seperjuangan yang selalu ada, mengingatkan dalam hal-hal kebaikan. Adik-adik di rumah yang senantiasa membantu walau kadang menyebalkan.

“To find things with a grateful heart, not with an anxious heart.”

Aida Azlin – Are you seeking? Then you shall find

Dari pada aku capek-capek mengoceh atas hal yang selalu aku cari, dalam hal ini adalah searching for love, lebih baik aku mensyukuri cinta yang ada, cinta yang Allah beri dalam bentuk lain.

Namun terkadang terlintas dalam fikiran hal-hal yang tidak aku inginkan. Selama ini Allah telah memberikan aku cinta dalam wujud lain, nah ketika waktunya cinta dalam bentuk partner itu tiba, aku harus membayarnya dengan melepaskan wujud cinta lain yang aku miliki saat ini. Itu yang aku takutkan. Tapi ya di dunia ini memang betul tidak ada sesuatu yang bisa kita miliki kecuali harus ada pengorbanan yang dilakukan untuk mendapatkannya.

Tak bisa dipungkiri memang. Misal kalau lagi jalan sama temen-temen atau lagi jalan sama keluarga lihat pasangan muda-mudi pergi makan berdua, nonton di bioskop, atau sekedar jalan-jalan dalam hati tentu ada rasa iri.

Kok orang lain bisa ya begitu, kok aku susah sih? Pengen kayak gitu tapi difikir-fikir lagi, buat apa? Pacaran juga gak menjamin kamu bakal nikah sama dia. Yang ada kamu malah ngumpulin dosa. Harusnya kamu tuh bersyukur tiap kali kamu jatuh kemudian Allah patahkan. Itu tandanya Allah sayang sama kamu, biar kamu gak terjerumus sama hal-hal yang Allah gak suka.

Kini memasuki tahun baru aku sudah mulai bisa melepaskan fikiran-fikiran jelimet yang pada akhirnya hanya akan membuat aku kufur nikmat kepada Allah. Sembari menunggu jodoh yang datang, aku bisa bekerja dahulu, mewujudkan mimpi-mimpi yang belum terlealisasi, membahagiakan ke dua orang tua, adik-adik di rumah. Memperbanyak relasi, silaturahmi, mencari ilmu entah itu lewat membaca buku, mendengarkan podcast, menonton YouTube atau film, ikut majelis ta’lim.

Insya Allah, I believe that Allah will meet me with someone who is pleased by Him in His perfect time. Aamiin.

With love,

Share:

Diserobot Antrean?

www.pixabay.com


Bismillahirrahmanirrahiim

Pernah gak sih ngerasain gimana rasanya saat kamu udah susah payah mendisiplinkan diri buat tetep antre eh tiba-tiba orang yang paling akhir yang baru aja datang dengan mudahnya maju duluan, serobot antrean tanpa ngerasa bersalah? Jengkel gak sih? Ih pengen marah, pengen sumpah serapah but please Ihat, calm down. Take a breath. Jangan sampai isi tulisan kamu saat ini isinya malah makian kamu sama orang yang udah serobot antrean kamu. Huhuuuu.

I wanna talk to you about my today! Today is my bad day. :’(

Karena gigi berlubang aku gak ada perubahan membaik setelah di tambal sementara, dokter gigi yang di Puskesmas akhirnya memberikan rujukan untuk pengobatan gigi aku selanjutnya ke rumah sakit. Ok. I thought this was the same hospital as usually I visited a few days ago. But in the fact, aku dirujuk ke rumah sakit lain. Aku bertanya lagi ke dokternya and she said yes, I should go there. Ok. No problem. And I went to the hospital at 1 p.m.

I ordered ojol and when I arrived there I decided to use the emergency stairs karena liftnya penuh dan lama. Dan ternyata poli giginya ada di lantai 5 huhuuu. Capek? Iya tentu. Cuma yang aku fikirkan adalah it’s ok. Jalan kaki, naik tangga sekalian olahraga buang keringat. Enough. Dan pas aku sampai di lantai 5 karena ini pertama kalinya buat aku berobat ke rumah sakit ini mau gak mau aku tanya-tanya dulu dong ke petugasnya. Kata petugasnya aku harus nunggu jam 2 buat bisa ambil nomor antreannya. Aku mengiyakan cuma aku penasaran dan mengunjungi mesin nomor antrean, sambil mijit-mijit layarnya yang touchscreen tapi tetep aja belum bisa keluar karena emang belum waktunya. Masih tersisa 45 menit dan aku memilih untuk berjalan menuju jendela besar sambil melihat pemandangan dari lantai 5. Masya Allah! It’s amazing! Langit yang mulai mendung dan jalanan yang masih ramai dilalui kendaraan.

30 menit lagi dan aku balik lagi ke mesin pengambilan nomor antrean. Dipijit berkali-kali tetep aja belum bisa keluar nomor antreannya kemudian aku memilih untuk duduk di kursi tunggu sambil bertanya kepada pengunjung lain dan cowok bertopi yang duduk di depan aku langsung menjawab pertanyaanku.

“Kalau ke gigi nanti jam 2. Nanti kalau tombol giginya udah kuning baru bisa ambil nomor antrean.” Ucapnya dan aku hanya manggut-manggut.

10 menit lagi menuju jam 2, cowok bertopi itu udah siap siaga nunggu di depan mesin pengambil nomor antrean sedangkan aku masih santai duduk di kursi. 8 menit yang tersisa dia mengangguk kepadaku, isyarat agar aku ikut mengantre di belakangnya. Kemudian aku pun ikut mengantre di belakangnya yang kini sudah dahulu terhalang oleh satu orang. Saat jam 2 teng petugas sudah mulai memanggil nomor antrean 1 dan cowok bertopi itu langsung mengambil nomor antreannya disusul orang yang dihadapanku dan tanpa aba-aba ternyata orang lain sudah ikut mengerubungi mesin pengambil nomor antrean di pinggirnya. Aku yang masih melongo melihat orang rebutan ambil nomor ternyata malah ke serobot sama Ibu-ibu yang  bilang dia butuh dua nomor. Begitu ditekan lagi tombolnya si nomor sudah tidak keluar lagi dan si Ibu udah megang nomor antrean 10.

“Lho Bu?” Aku mulai panik. Ya kali aku gak dapet nomor antrean.

“Bentar Neng, saya butuh satu nomor lagi tapi kok gak keluar ya.” si ibu juga mulai panik dan keliatan wajah bersalah.

“Ibu nomor berapa itu?”

“Ini nomor 10.” Kemudian si Ibu bertanya ke pasien lain yang sudah mengambil nomor antrean. Begitu ditanyakan ke petugas kuota pasien hanya 10 orang.

Shit!

“Cuma 10 pak? Berarti udah habis?” Tanyaku

“Iya. Cuma 10 kuotanya.”

Antara kesal bercampur marah dan malu aku gak bisa ngelakuin apapun di depan meja pendaftaran selain mainin hp dengan fikiran kacau. Sementara itu cowok bertopi tadi sudah mendaftarkan diri di loket pendaftaran 1.

“Ya Allah lama-lama nunggu dari tadi dan hasilnya apa? Nihil? Harus balik lagi?”

Lihat tangga darurat udah males jalan, aku langsung berjalan menuju lift dan sialnya lagi liftnya lama bikin aku tambah kesel. Tak ada pilihan lain selain kembali menuruni anak tangga. Dan selama menuruni anak tangga itu tak henti-hentinya mulut aku komat-kamit di balik masker yang aku kenakan, saking nahan kesal.

Begitu sampai lobi depan aku langsung kirim pesan ke Mamah, kalau aku kesel banget sama kelakukan si ibu itu. Ditambah karena ini pertama kalinya bagiku berobat ke rumah sakit ini dan aku belum punya pengalaman apa-apa. That’s was my first time! First experience.

Gak apa-apa. Besok lagi aja. Jadi pengalaman. Kan baru pertama kali.

Meski jawaban Mamah gitu tetep aja rasa kesal di hati bercampur marah udah pengen meledak saat itu juga. Tapi ya mikir lagi, ini kan di rumah sakit. Ya kali marah-marah kayak orang kesurupan.

Diluar hujan udah mulai turun. Niat mau pesen ojol malah buru-buru  keluar dari halaman rumah sakit, jalan kaki cepet sambil mulut gak berhenti menggerutu. Mata udah mulai sembab karena sebenarnya udah pengen nangis kejer.

“Dasar si Ibu yaa mau disumpahin apa nyerobot….”

Teh mau ke mana?” belum selesai aku ngucapin sumpah serapah, seseorang datang berjalan di sisiku mengimbangi langkah kakiku yang cepat. Ternyata cowok bertopi tadi.

“Mau pulang.” Jawabku sedatar mungkin sambil liat ke langit biar air mata gak turun.

“Kok pulang?”

“Habis mau gimana lagi, antreannya diserobot. Kuotanya juga udah habis.”

“Pantesan saya cari kok malah pulang. Malah si ibu itu yang daftar. Padahal Teteh duluan kan ya tadi yang daftar.”

“Iya gak apa-apa kok.” Padahal dalam hati masih jengkel dan ini lagi duh nambah malu lagi. “Besok kira-kira jam berapa ya?”

“Besok jam 8 Teh atau enggak sama kayak sekarang jam 4 tan. Cuma gitu iya ambil antrian 2 jam sebelum pendaftaran.”

“Oh iya. Iya. Duluan ya.” kataku buru-buru karena sebenarnya malu ketahuan pulang duluan padahal antre bareng. Sementara itu dia hanya mengangguk sopan sambil mengepulkan asap rokok dari mulutnya.

Dan tanpa sadar aku malah sudah berjalan jauh dan hampir sampai rumah dengan pakaian yang agak kebasahan karena hujan.

Ya Allah mau sumpah serapah gak jadi karena keburu dipotong pertanyaan cowok tadi. Thanks Allah for saving me. Makasih karena pada akhirnya aku gak ngedoain yang enggak-enggak. Takut doa buruknya malah balik ke kita. Ya udah doain aja biar si ibunya sadar gak nyerobot antrean lagi.

“Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman setia.” (Q.S. Fussilat: 34)

But wait, I’ve realized. Kan tadi pas aku turun tangga itu dia masih ada di meja pendaftaran dan selama aku turun tangga juga gak ngerasa ada orang yang ngikutin dari belakang. Kok cepet banget ya jalannya? Bisa nyusulin gitu. Ah mungkin dia nyusulin aku takutnya aku malah pulang sehabis dapet antrean. Semoga gak ketemu lagi kalau berobat. Mau ditaruh di mana mukaku. Hiks :’(

Di sisi lain aku juga kurang cekatan. Yes, I admit that I was wrong. Besok-besok lagi mau diem depan mesin pengambil nomor antreannya aja sambil search dulu dokter mana yang bagian tugas. Biar gak kejadian kayak tadi lagi. Diserobot antrean sama orang lain.

Be patient,

Share:

Drowning (At Swimming Pool in 170 cm Depth!)

canva.com


Bismillahirrahmanirrahiim

On last Monday, I and my friends visited Jati Sewu Cibungbang swimming pool, located at Baregbeg, Ciamis. I was excited when arrived there. I immediately took a picture, went for a walk around, and I was so happy.

I didn’t know why I was so happy. Maybe because after six months I never travel, just stay at dormitory. I thought so. Udahlah habis itu I prepared for swimming, because my plan was swimming. My friend, Unni told me about the swimming pool but I didn’t care and I just followed Aa who tried the depth of swimming pool. You can guest what happen next. Of course. I drowned, I was panic and Unni didn’t realize that I drowned. She thought that I and Aa played together in the pool. OMG!

Doc. Pribadi

And it was true! There was no one helped me. I tried for holding Aa’s hand but he tried to let my hand. Aa is my friend’s son. He is third grade of Senior High School which his body is smaller than me. You can imagine it! Ya Allah. My mind was messed up and I just thought that I would die at that time. I tried to do the same thing but it wasn’t work out. I’ve given up and then I heard my other friends shouted that I drowned. Habis diteriakin gitu barulah yang lain mulai panik dan berkumpul di pinggir kolam. Temanku itu langsung menceburkan diri dan membantu aku untuk keluar dari air. The process was not easy! Gak tahu kenapa susah sekali untuk aku menapaki tangga kolamnya dan aku malah kembali lagi ketarik ke dalam dan temanku mulai kewalahan karena aku susah didorong menuju tangga kolam. Finally, I tried hard to step on the pool ladder and alhamdulillah I could! Huhuuuu.

From this experience I got some lessons:

  1. Beware. Follow the instruction. If you go to the swimming pool please ask the pool guard about the depth of swimming pool. Jangan kayak aku langsung nyebur gitu aja.
  2. If your friend is talking please listen her/him. Don’t just ignore it. Aku kan gitu, coba kalau aku mendengarkan dengan baik, maybe I wouldn’t drown.
  3. Don’t be panic. Actually, kalau aku kemarin bisa tenang pas lagi tenggelam, aku bisa mengapungkan diri aku sendiri kemudian berenang sedikit ke tepian. Karena panik itulah aku malah mencelakakan diri aku sendiri.
  4. Lastly, I think this is very important. Kalau gak bisa renang dan ingin berenang kamu WAJIB ditemani oleh teman atau orang tua atau siapapun itu agar kamu terawasi. Udahlah gak bisa renang, renangnya sendirian nanti giliran tenggelam siapa yang mau nolongin? Aku aja yang ada temen mereka nyadarnya telat kalau aku itu sebenarnya tenggelam.

Truly, when I got out from the pool I was embarrassed and wanted to cry. I hope you can learn from my experience.

Have a great holiday!

Love,

Share: